Monday 27 December 2010

Mari Bersama Melayani Ummat


liburan tiga hari ini, membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan. liburan Natal ditambah libur bersama HARPITNAS. sama mungkin dengan orang lain yang berencana liburan ini mau kemana, kami juga sebagai manusia biasa memiliki rencana-rencana kemana liburan ini. tapi, rencana mungkin sedikit beda, orang lain berencana pulang kampung atau jalan-jalan, sedangkan kami berencana Baksos pengobatan gratis plus jalan-jalan plus kuliner ( he he he). seperti kata pepatah sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Setelah sehari sebelumnya tiem medis yang di komandoi dr.bubuy mengadakan baksos di Ulak Karang, kali ini rencana kami akan baksos di Lubuk Basung dan Kabupaten 50 Kota.seperti biasa kami berangkat dengan mobul Ambulance BSMI yang penuh sejarah itu, meski duduk melantai di bawah relawan tetap semangat. kali ini kami berangkat 13 orang diantaranya dr. Taufik sebagai komandan lapangan, dr. uum, dr.Nana, saya sendiri, Dian Eka Putri,S.Ked, Karisna Agustin,S.ked, Sri Mardiati,S.Ked, Akhnal,S.Ked, Syaiful,S.Ked, Doni Fajri,seprianto, Diaz p Ayura dan Doni Herianto sekaligus sebagai Supir Ambulance ditambah lagi relawan yang sudah menunggu di tempat dr. Rita dan kawan-kawan. bayangkan 13 orang di dalam Ambulance, tapi meski sempit berdesak-desakkan hati yang perlu tetap lapang.
Baksos yang kami adakan hari Sabtu alhamdulillah sekitar 100 pasien terbantu, sedangkan baksos yang hari Minggu juga sekitar 100 orang pasien.

sedangkan sedikit bercerita tentang jalan-jalannya, karena kami melewati danau Maninjau, ya sekalianlah menikmati keindahan Danau Maninjau, berfoto-foto di Mesjid Bayur yang indah, makan pensi yang bikin bibir tambah tebal 5 senti. kemudian di Payakumbuh jalan-jalan ke rumah adat minangkabau di sungai beringin, makan sate Danguang-Danguang.luar biasa, membantu orang lain plus jalan-jalan dan kuliner.

terimakasih buat seluruh relawan yang telah berpartisipasi, kita mengisi tahun ini dengan sekitar 30 an lebih baksos, beberapa kali sunatan massal, tanggap darurat Mentawai,pembinaan Bulan Sabit Merah Remaja dan kita tutup tahun ini juga dengan hal-hal yang bermamfaat. semoga tahun depan kita lebih baik lagi.semangat BSMI, tetap terdepan melayani Ummat. care for life!!!

Saturday 18 December 2010

Atlet Iran, Tetap Anggun dalam balutan Jilbab

DI DUNIA OLAH RAGA IZZAH TETAP DI JAGA
I'M PROUD TO BE A MOSLEM










(sumber : facebook ilham fadli)

Monday 13 December 2010

Jawabku Dalam Diam

cemasmu bertanya "kau menjemput kematian???"
ntahlah kenapa engkau terlalu memikirkan itu

jawabku dalam diam....
bukan, ia lah yang akan menjemputku suatu saat nanti
aku hanya menjemput sisa-sisa harapan di sana

ku tahu amalku tidaklah seberapa
pahalaku tidaklah cukup buat bekal
tapi,
setidaknya ia datang saat aku berbuat kebaikan
bukan saat bergumul dalam maksiat


(dalam perjalanan relawan di atas kapal Ambu-ambu ke Mentawai, 28 oktober 2010)

Monday 6 December 2010

BERHENTI, MELANGKAH LAGI



Saat itu masih ku ingat
Saat wajahmu sesenggukan menceritakan semua masalah
Tangismu menceritakan semua kekesalan
Saat itu aku melihat diriku dalam dirimu
Ya , kita pernah memilki masalah yang sama
Ku dengarkan tuturmu, sama seperti aku mendengarkan dirku sendiri yang bertutur

“ saya mau keluar bang, saya merasa tidak pantas disini…”
Ah…kata-kata itu pernah saya ucapkan dulu
Sebuah ungkapan kekecewaan yang mendalam
Saat pendapat kita dianggap sebagai sebuah penentangan
Kritik sebagai pemberontakan
Kita pun adalah seorang yang Futur, ya…. beban mental yang menyakitkan

Saya mulai bercerita kepadamu,saat engkau meminta nasehat
Tak pantas memang,
Ingatkah saat pasukan Muslimin bertemu dengan musuh di Mu’tah perbatasan dengan Syam
Melihat makin banyaknya sahabat yang gugur
Panglima perang yang di pegang Khalid bin Walid akhirnya memilih mudur ke Madinah
“wahai kalian yang lari dari perang, kalian lari dari jalan Allah” teriak kaum muslimin di Madinah
Bukan keharuan yang menyambut mereka,tapi cacian yang luar biasa
Apa mereka keluar dari Islam?
Tidak kawan,mereka mundur untuk menyerang kembali
mereka berhenti untuk melangkah lagi

di sini,
di jalan ini kita tak mengharapkan penghargaan
meski sisi manusiawi kita selalu ingin dihargai

masih ingat, disaat bincang-bincang kita saling berbagi
bekerjalah meski tak ada yang melihat
kita sudah sepakat dengan itu kawan
berhentilah sejenak ,tapi jangan untuk selamanya

(for my brother)

Keinginanku Nanti.....


menjadi dokter adalah cita-cita saya dulu sewaktu SMP, kemudian masuk SMA saya memutuskan untuk mengubahnya menjadi seorang ahli nuklir, ya Teknik Nuklir ITB adalah sasaran saya. sangat menarik menurut saya menjadi seorang ahli nuklir, dan kebetulan juga saya sangat menyukai Fisika, kimia dan Matematika. di saat sebagian kawan-kawan sekelas berwajah lesu saat pelajaran Fisika, saya mungkin adalah orang yang paling semangat. kebalik dengan klu belajar biologi, benci juga sih nggak, tapi kecintaan saya kepada biologi tak sebesar kecintaan saya terhadap Fisika,Kimia dan Matematika. ntah kenapa kelas 3 SMA menjelang SPMB, kembali saya putar keinginan saya untuk memilih Dokter dengan konsekuensi kesenangan saya akan itung-itungan harus lenyap dan berubah dengan hafalan-hafalan buku setebal antah barantah....sampai sekarang saya masih bingung kenapa dulu saya bisa berubah pilihan dan mengambil dokter di lembar SPMB saya.

itu mungkin sedikit kenangan masa lalu saat ditanya kemana saya nantinya, apa cita-cita saya, mau jadi apa saya. sekarang di saat kawan2 mulai ada yang ikut CPNS bahkan sudah ada yang diterima menjadi Dosen saya belum memilih keduanya. sering kali orang lain bertanya, ikut CPNS? Kok gak ikut CPNS? kok gak ikut ujian Dosen bang?. menurut saya kita punya pilihan masing-masing, untuk saat ini saya pribadi tak tertarik untuk jadi PNS, bisa jadi suatu saat saya memilih untuk ikut, tapi bukan saat ini. bisa jadi saat ini saya tak tertarik sama sekali buat mengajar dan jadi dosen, tapi bisa jadi suatu saat saya sudah berdiri di depan mahasiswa saya dan mengajar. untuk sekarang rencana dikepala saya berseliweran selesai ini mau ke sini, trus ke sini, trus setahun lagi disini, trus ambil ini, trus begini...ha ha ha (yg jelas ada satu yang gak boleh lupa...mau tau??? ada aja..ha ha ha)....

trus melihat senior-senior saya yang sudah banyak di terima jadi PPDS alias Residen, semangat saya juga semakin membara untuk mengikuti jejak mereka. padahal dulu ada sebagian yang masih bareng koasnya ama mereka, ada yang sama-sama sibuk di aktivitas kampus.cerita-cerita sedikit mengenai keinginan mau ngambil apa nanti klo ada kesempatan buat PPDS, dulu sewaktu koas saya senang banget liat residen di Obgyn, ntahlah ya saya jadi berminat mau jadi SpOG, iya kuat bangat keinginnan buat jadi ahli kandungan. sebagaian kawan2 mendukung ,tapi sebagian besar menolak..alasannya kok Ikhwan ngambil Obgyn???...tapi menurut saya tak ada yang salah di sana, selagi niat kita bagus gak ada masalah ( sorry beda pendapat..itu hal yg wajar ^_^).akhirnya keluar dari Obgyn dapat A. disiklus2 terakhir dunia perkoasan keinginan mau jadi spesialis kandungan masih bertengger di posisi pertama, sampai akhirnya masuk kulit dan kelamin posisi itupun di gantikan SpKK, senang sekali di Kulit dan Kelamin...ya saya mau jadi SpKK itu tekad saya...sampai selesai koas jadi dokter saya masih suka baca2 buku kulit dan kelamin, buku merah pavorit saya. jangan bilang sama siapa-siapa dikulit juga saya dapat A.....ha ha aha....
tapi ntah kenapa belakangan ini posisi teratas jadi SpKK sudah mulai bergeser, saya mulai jatuh hati dengan neurologi alias Syaraf....saya juga bingung kenapa saya mulai tertarik buat ngambil spesialis syaraf padahal dulu saya berputar-putar di neuro , hampir-hampir saya Tawaf di sana ngulang terus, tapi syukurlah akhirnya mereka juga kasihan melihat saya dan meluluskan saya di putaran yang ke 3....wow...kereeeen...trauma saya ^_^.

klo di urutkan sekarang apa yang mau saya ambil
-Neurologi
-Kulit dan Kelamin
-Obgyn
-selain Bedah.....^_^

apapun itu semoga diberikan yang terbaik....amin.jangan berhenti untuk sebuah cita-cita!!!

Saturday 4 December 2010

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING PKS50 KOTA

AMT PKS 50 KOTA MINGGU 5 DESEMBER 2010 DIIKUTI SELRUH KADER PKS 50 KOTA

















MUJAHID MUDA GENERASI PEWARIS NEGERI
















GAMES MENARIK DI ACARA ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING PKS 50 KOTA

BULAN SABIT MERAH REMAJA SMP IT INSAN CENDIKIA








Thursday 2 December 2010

Pernah Ada Masa-Masa


pernah ada masa-masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu

pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai

di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman
bahkan saling nasehatpun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api

kubaca cendikiawan dinasti ming, feng meng long
menuliskan sebaitnya dalam ‘yushi mingyan’;
“bungapun layu jika berlebih diberi rawatan
willow tumbuh subur meski diabaikan”

maka kitapun menjaga jarak dan mengikuti nasihat ‘ali
“berkunjunglah hanya sekali-sekali, dengan itu cinta bersemi”

padahal saat itu, kau sedang dalam kesulitan
seperti katamu, kau sedang perlu bimbingan
maka seolah aku telah membiarkan
orang bisu yang merasakan kepahitan
menderita sendiri, getir dalam sunyi
-ataukah memang sejak dulu begitulah aku?-

dan sekarang aku merasa bersalah lagi
seolah hadirku kini cuma untuk menegur
hanya mengajukan keberatan, bahkan menyalahkan
bukan lagi penguatan, bukan lagi uluran tangan
-kurasa uluran tanganku yang dulupun membuat kita
hanya berputar-putar di kubangan yang kau gali itu-

kini aku hanya menangis rindu membaca kisah ini;
satu hari abu bakr, lelaki tinggi kurus itu menjinjing kainnya
terlunjak jalannya, tertampak lututnya, gemetar tubuhnya
“sahabat kalian ini”, kata Sang Nabi pada majelisnya, “sedang kesal
maka berilah salam padanya dan hiburlah hatinya..”

“antara aku dan putera al khaththab”, lirih abu bakr
dia genggam tangan nabi, dia tatap mata beliau dalam-dalam
“ada kesalahfahaman. lalu dia marah dan menutup pintu rumah.
kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya,
tapi dia tak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkan.”

tepat ketika abu bakr selesai berkisah, ‘umar datang dengan resah
“sungguh aku diutus pada kalian”, Sang Nabi bersabda
“lalu kalian berkata ‘engkau dusta!’, wajah beliau memerah
“hanya abu bakr seorang yang langsung mengiya, ‘engkau benar!’
lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya.
masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?”

‘umar berlinang, beristighfar dan berjalan simpuh mendekat
tapi tangis abu bakr lebih keras, air matanya bagai kaca jendela lepas
katanya, “tidak ya Rasulallah.. tidak.. ini bukan salahnya..
demi Allah akulah memang yang keterlaluan..”
lalu diapun memeluk ‘umar, menenangkan bahu yang terguncang

ya Allah jika kelak mereka berpelukan lagi di sisiMu
mohon sisakan bagian rengkuhannya untuk kami
pada pundak, pada lengan, pada nafas-nafas ini..

salim a. fillah –www.fillah.co.cc-

Wednesday 1 December 2010

Kecewa Adalah Tanda Cinta


“Orang-orang partai politik itu mudah kecewa. Begitu keinginannya tidak terpenuhi, lalu keluar dari partainya dan membuat partai baru”, kata seorang teman kuliah di Lemhannas berapi-api. Aku hanya mengatakan, “Tergantung partainya, dan tergantung orangnya”. Dia terus saja mengomel tentang jeleknya orang-orang parpol, dan jawabanku pun tetap sama.

Ini soal perasaan kecewa. Sesungguhnyalah kecewa muncul karena adanya harapan yang tidak kesampaian. Ada harapan yang ditanam, dan ternyata tidak didapatkan dalam kenyataan. Inilah yang menyebabkan muncul kekecewaan. Jarak yang terbentang antara harapan dengan kenyataan itulah ukuran besarnya kekecewaan. Semakin lebar jarak yang terbentang, semakin besar pula kekecewaan. Oleh karena itu, kecewa itu ada di mana-mana, di lingkungan apa saja, di dunia mana saja, selalu ada kecewa.

Mari kita mulai dari yang paling kecil dan sederhana. Kadang kita kecewa dengan diri kita sendiri. “Mengapa saya tidak begini, mengapa saya tidak begitu”, adalah contoh kekecewaan yang kita alamatkan kepada keputusan kita sendiri yang telah terjadi. Kita menyesal di kemudian hari.

Dalam kehidupan rumah tangga yang isinya hanya dua orang saja, yaitu suami dan isteri, bisa muncul kekecewaan. Suami kecewa kepada isteri, dan isteri kecewa kepada suami. Hidup berdua saja bisa menimbulkan kecewa, apalagi kehidupan organisasi atau negara. Jika di dalam rumah tangga mulai ada anak-anak, kekecewaan bisa bertambah luas. Anak kecewa dengan sikap orang tuanya, dan orang tua kecewa dengan kelakuan anaknya. Satu anak dengan anak lainnya juga bisa saling kecewa mengecewakan.

Satu keluarga bisa kecewa atas perbuatan keluarga lainnya dalam sebuah lingkungan tempat tinggal. Satu desa bisa kecewa dengan desa lainnya dalam satu kecamatan. Indonesia sangat kecewa dengan sikap Amerika yang arogan, kecewa dengan sikap Israel yang merampas hak warga sipil Palestina secara semena-mena. Sebagaimana Amerika kecewa dengan Indonesia karena kurang akomodatif dengan kebijakan Amerika. Israel kecewa dengan Indonesia karena tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Jamaah sebuah masjid bisa kecewa dengan sikap imam masjid, sebagaimana imam masjid bisa kecewa dengan kondisi jamaah. Masyarakat gereja bisa kecewa terhadap pendeta sebagaimana pendeta bisa kecewa terhadap keadaan jemaatnya. Suporter sepak bola sering kecewa terhadap tim yang dibelanya, sebagaimana pemain sepak bola sering kecewa kepada sikap para suporter.

TNI bisa kecewa terhadap kebijakan dan sikap Polri sebagaimana Polri bisa kecewa terhadap TNI. Angkatan Darat bisa kecewa terhadap Angkatan Laut dan Udara, sebagaimana Angkatan Laut bisa kecewa terhadap Angkatan Darat dan Udara, atau Angkatan Udara kecewa terhadap Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Di Angkatan Darat, seorang komandan bisa kecewa terhadap anak buahnya, sebagaimana anak buah bisa kecewa kepada komandannya.

Dalam gerakan dakwah, seorang kader bisa kecewa kepada pemimpin, sebagaimana pemimpin bisa kecewa atas sikap para kader. Seorang kader PKS menyampaikan pesan lewat SMS kepada saya, yang isinya mengatakan sangat kecewa dengan PKS dan akan keluar serta bergabung dengan sebuah gerakan dakwah tertentu, sebut saja gerakan G. Saya menjawab dengan dua kali jawaban. Pertama, bahwa hak masuk dan keluar dari PKS adalah di tangan anda sendiri, tak ada yang boleh memaksa. Kedua, kalau anda keluar dari PKS karena kecewa dan akan bergabung dengan gerakan dakwah G, maka ketahuilah bahwa gerakan G itu juga pernah mengecewakan anggotanya. Ada banyak orang kecewa dari gerakan G dan berpindah ke gerakan yang lainnya. Di setiap gerakan dakwah, selalu ada orang yang kecewa dan meninggalkan gerakan dakwah itu. Selalu.

Sepanjang sejarah kemanusiaan paska masa kenabian, tidak ada satupun organisasi yang tidak pernah mengecewakan anggotanya. Semua organisasi, semua gerakan, semua harakah pernah mengecewakan anggotanya. Selalu ada anggota organisasi atau anggota gerakan yang kecewa dan terluka. Selalu.

Ini bukan soal benar atau salahnya kondisi tersebut. Ini hanya potret sesungguhnya, begitulah kenyataan yang ada. Cobalah sebut satu saja contoh organisasi, ormas, gerakan dakwah, instansi, atau apapun. Pasti ada riwayat pernah ada anggota atau pengurus yang kecewa. Kalau tidak ada yang pernah dikecewakan, berarti organisasi tersebut belum pernah beraktiviktas nyata.

Bahkan organisasi yang dibuat dari kumpulan orang kecewa, pasti pernah mengecewakan anggotanya pula. Misalnya sekelompok orang kecewa dengan kebijakan organisasi A, lalu mereka menyingkir dan berkumpul. Mereka bersepakat, “Kita berkumpul di sini karena dikecewakan para pemimpin kita. Sekarang kita himpun potensi kita, dan kita berjanji untuk tidak saling mengcewakan lagi. Jangan ada yang dikecewakan disini”. Tatkala mereka sudah eksis sebagai organisasi, maka pasti ada yang kecewa di antara mereka.

Mereka tidak tahu, bahwa kecewa itu tanda cinta. Kalau tidak cinta, tidak mungkin kecewa. Karena cinta, maka muncullah berbagai harapan kita. Setelah harapan tertanam, ternyata apa yang kita lihat dan kita alami tidak seperti yang diharapkan. Maka muncullah kecewa.

Mengapa beberapa orang parpol yang kecewa lalu membuat parpol baru lagi ? Karena boleh menurut Undang-undang. Coba kalau Undang-undang membolehkan membuat TNI baru, atau Polri baru, atau Mahkamah Agung baru, atau DPR baru, pasti sudah banyak orang membuat dari dulu. Banyak orang kecewa dengan TNI, banyak orang kecewa dengan Polri, banyak orang kecewa dengan Mahkamah Agung, banyak orang kecewa dengan DPR, banyak orang kecewa dengan Presiden dan Wakil Presiden, banyak orang kecewa dengan Menteri, banyak orang kecewa dengan Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kepala Desa, Ketua RW atau Ketua RT.

Jadi, kecewa itu ada dimana-mana, karena cinta ada dimana-mana, karena harapan ada dimana-mana. Namun muncul pertanyaan, pantaskah kita tidak berani memiliki harapan karena takut dikecewakan ? Jawabannya jelas, tidak pantas !

Karena harapan itulah yang membuat kita bersemangat, karena harapan itulah yang membuat kita bekerja, karena harapan itulah yang membuat kita selalu berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik, bahkan karena harapan itu pula yang membuat kita ada. Jangan takut memiliki harapan masuk surga. Jangan takut memiliki harapan Indonesia yang makmur dan sejahtera. Jangan takut memiliki harapan Indonesia menjadi negara paling adil dan paling maju di seluruh dunia.

So, teruslah memiliki dan memupuk harapan. Teruslah bekerja, teruslah berkarya, hingga akhir usia. Jangan takut kecewa.

Pancoran Barat 30 Nopember 2010
sumber:http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=519

Tuesday 30 November 2010

Sekilas di Puskesmas Parit Rantang....


Berakhir sudah tugas saya di Puskesmas Parit Rantang, tak terasa 4 bulan itu cukup cepat berlalu. Hari-hari yang tidak akan bisa saya lupakan, berinteraksi dengan orang-orang yang luar biasa, staff yang ramah . 4 bulan sebenarnya adalah waktu yang sangat singkat untuk mengenal mereka lebih dekat, namun jujur saya salut luar biasa buat mereka.
Anda mungkin tak mengenal Puskesmas Parit Rantang, dimana tempatnya, bagaimana..sedikit saya akan memperkenalkan Puskesmas yang tak terkenal ini. Sebesar apapun usaha anda mencari di dalam peta, insyaallah gak bakal ketemu tempatnya dimana (memang gak ada..he hehe). Secara fisik jujur Puskesmas Parit rantang ini kalah jauh dengan beberapa Puskesmas lainnya di Payakumbuh, dah gedung bangunannya tua, sempit, di tengah sawah lagi…(smg jadi perhatian pemerintah), eiiits..tapi jangan salah dulu klu dari segi prestasi Puskesmas ini kagak kalah saing sama beberapa Puskesmas lain yang gedung fisiknya bagus…contohnya aja terakhir dapat kabar klo program Gizi dapat juara 1…mantapkan??? ( kita2 aja tinggal nunggu undangan makan2nya dari ni Merry), pernah juara satu senam…dan sederet prestasi lainnya…memang benar kita tak boleh menilai sesuatu itu hanya dari segi yang tampak luar aja. Wilayah kerja puskesmas ini mencakup 7 kelurahan. Kebayang juga klo kami dah gak ada di puskesmas atau sebelum kami datang, dokter Cuma 2 orang. Dr. ade sebagai kepala puskesmas dan dr.meldona sebagai fungsional…trus klo dr.ade sibuk ke sana kemari agenda rapat , tinggallah dr. meladona untuk di BP sama KIA, pasien banyaknya minta ampun…trus kasusnya gak menarik, tambah lagi pasien yang betingkah, minta rujukan pake maksa….hohohoho gak kebayang repotnya, belum lagi program puskesmas di luar seperti posyandu dan program yang lain…oh no….terkadang kita berpikir mereka nyantai aja kerjanya di puskesmas …ternyata???...ampun semoga saya kagak jadi Kapus nantinya…
Selama 4 bulan, saya pernah ngasih penyuluhan lansia beberapa kali…yang namanya dokter masih muda, ganteng, trus masih single..ya wajar aja jadi Fansnya ibu-ibu (wkwkwk..narsis mode on)…tiap kali penyuluhan pasti pertanyaan banyak, kadang yang gak penting pun ditanya, yang udah ditanya juga ditanya lagi….pernah ikut MMD alias muasyawarah desa ternyata begini rasanya jadi klo jadi kapus, rapat dengan orang2 kelurahan dan nenek-nenek lansia . juga pemeriksaan kesehatan di sekolah2, penyuluhan kesehatan di sekolah….Monev TB trus pulangnya dapat duit….( ni ade 10%nya kapan2 aja ya…he he he)…satu lagi hampir tiap hari sarapan di kantin ( gak penting) tapi penting buat kesehatan saya….he he he
Klo lagi gak ada kerjaan menggosip adalah pilihan yang tepat, pernah kami mengosipkan dr. Ade kepala puskesmas kami (moga aja beliau gak baca…).
Saya:“Ni mel….pantas aja dr. ade kecil ya?”
Dr.meldona : “ iya..emang kenapa?”
Saya : “saya aja dari tadi capek liatnya mondar mandir mulu”
Dr. meldona: “ dia mah emang gak bisa diam….makanya gizinya agak kurang”….
Ha ha ha ha….salahin dokter Mel..ni Ade…..
Trus pernah saya diminta ngasih ceramah agama hari jum’at pagi, klo yang ini gara-gara ketularan gaya ustadnya dokter muhammadi ni..sama saya juga akhirnya kena buat ngasih ceramah….jujur saya bukan ustad, ilmu agama masih sedikit..ya sudahlah kebayang gimana jadinyakan???tapi, alhamdulilah saya Cuma dapat kesempatan sekali itu aja gara2 puskesmas sibuk….selamaaaaaat
Yang paling saya sukai acara makan-makan yang sering diadain puskesmas…terakhir tadi makan duren satu truck…pake nasi ketan….wuihh enaknyaaaa…..liat adegan rebutannya, belum selasai dibuka dah pada ambil ancang2, pas durennya kebuka, langsung ludes…yang tukang buka gak dapat dapat….terasa sekali gak ada celah antara petinggi dan bawahan di puskesmas ini, tak ada istilah itu yang ada semuanya tiem yang solid.
Satu lagi yang saya perhatikan …klo pagi2 biasanya ni ade suka merepet sama staff, tapi memang kayaknya seperti itu diperlukan …biasanya sebentar ini beliau marah-marah, ntar lagi dah lupa beliau…baik lagi biasanya, padahal belum tau yang direpetin sudah baikan…( bisalah belajar gaya cueknya….ha ha ha)….
Kayaknya bakal lama klo diceritain semua..capek..lagian mata dah ngantuk…., terkhusus buat Bundo yang sudah kami anggap orang tua kami sendiri semoga cepat selesai urusan pensiunnya dan bisa tenang buat ibadah di rumah,trus klo ada kesempatan semoga secepatnya bisa ke tanah suci buat haji, trus kami minta maaf yang sudah menggusur Bundo dari BP, klo bundo mau ke situ lagi silahkan, he he he ^_^, ….
Buat dokter Ade dan uni-uni semuanya…terimakasih banyak atas pengalaman dan semua yang telah kami dapatkan, bersyukur sekali bisa mengenal dan berinteraksi dengan uni-uni semua…..
Bye bye Puskesmas Parit Rantang, suatu hari nanti insyaallah kami kembali ( apalagi ada undangan makan –makannya he he ehe )

Sunday 28 November 2010

Ayo....Bina BSMR di sekolah-sekolah


salah satu keinginan saya ke depan pengen membina anak-anak sekolahan, bosan dengan suasana anak kuliahan. ya, yang namanya keinginan pastinya kita gak cuma mimpi, terus berharap sim sala bim semuanya langsung jadi. butuh pejuangan, tekad, dan tentunya proses..ya semuanya harus berproses.keinginan saya ke depan membina BSMR alias Bulan Sabit Merah Remaja di sekolah-sekolah terutama buat anak2 eS eM Pe sama eS eM A...bukannya anti dengan lambang Palang Merah, tapi yang namanya kenyamanan hati jujur saja saya lebih nyaman memakai lambang bulan sabit. ada yang bilang " kan itu cuma sekedar lambang"....tapi menurut saya lambang alias simbol adalah menggambarkan semangat saya, apa yang saya perjuangkan, sebuah Izzah. ya saya bangga dengan diri saya sebagai Muslim dan saya harus memperjuangkan itu. coba kita lihat bagaimana Zionis dan Freemasonry begitu banyak memakai simbol-simbol yang kadang kita sendiri tidak tau berapa jumlahnya, salah satu alasan mereka adalah kecintaan mereka sebagai Yahudi. suatu saat nanti berharap Bulan Sabit itu akan bersinar di sekolah-sekolah, mengenalkan kemanusiaan dan sosial kepada anak2 sekolah. berharap juga suatu saat nanti jika punya rumah sakit sendiri Bulan Sabit adalah lambangnya, di jas saya lambang itulah yang disematkan.

alhamdulillah, untuk yang pertama di SUMBAR akhirnya terbentuk BSMR di Payakumbuh , di SMP IT Insan Cendikia. sudah dua kali pertemuan dengan adek2 tersebut, senang luar biasa bisa berbagi ilmu dengan mereka. tidak mudah memang, apalagi kurikulum BSMR sendiri dari BSMI Pusat juga belum jelas. akhirnya tidak lagi berharap dan menunggu kawan2 dari pusat untuk mengerjakannya, kami putuskan untuk membuat sendiri kurikulum dan materi yang akan diberikan untuk adek2 BSMR. dengan semangat luar biasa insyaallah kami akan menerbitkan buku panduan BSMR sekaligus materinya dalam minggu ini. dimana ada kemauan disitu ada jalan...ya...falsafah yang saya rasakan kebenarannya. di sela-sela kesibukan di puskesmas saya membuat materi-materi BSMR, seorang staff yang melihat sekilas kurikulumnya sangat tertarik dan meminta BSMI untuk membina sekolah-sekolah di wilayah keraja Puskesmas tersebut. alhamdulillah baru langkah awal, sudah ada respon yang baik dari orang lain. tapi fokus dulu untuk membina BSMR di SMPIT Insan Cendikia, seandainya nanti berjalan dengan baik dengan senidirinya sekolah-sekolah lain akan mengikut.

setahun, 2 tahun lagi insyaallah Bulan Sabit itu akan bersinar di sekolah-sekolah....semoga impian ini menjadi kenyataan....

* semoga kawan2 di Medis bisa bergabung untuk membina BSMR-BSMR di sekolah....ayo kami tunggu partisipasinya....salam kemanusiaan!!!

Friday 26 November 2010

Selamat Buat Ikhwan/Akhwat yg diterima menjadi Staff dan Dosen FK


"RencanaNYA memang luar biasa, tak ada satupun yang bisa menghalangi jika IA sudah berkehendak....". tak terkira bahagia ini saat jari jemariku menari di atas keyboard notebookku, tarian yang indah merangkai kata demi kata mengungkapkan kebahagiaan ini.

masih ingat kawan cerita senior2 kita dulu, bagaimana kita diperlakukan?. gedung warna putih itu tak seindah yang kita bayangkan dan tak senyaman yang dilihat orang lain dari luar, pakaian putih2 yang berseliweran itu tak sebaik itu bisa menerima kehadiran kita di rumah sakit. saat jilbab di cap sebagai sumber infeksi, betapa malunya saat saudari kita disuruh paksa harus buka jilbabnya di ruang OK( kamar operasi) dan kita disitu hanya tertunduk malu tanpa bisa berbuat apapun. saat jenggot ini harus dibabat habis dulu sebelum presentasi kasus di depan para konsulen. saat celana menggantung ini di cap orang-orang kebanjiran. di saat rok itu adalah penghambat kinerja di rumah sakit. benar kawan, tak ada alasan logis dari mereka sehingga melarang ini itu, kecuali mereka tak siap untuk sebuah perubahan. tak jarang si akhwat ini harus menelan gagal beberapa kali ujian dengan konsulen ini, tak jarang si ikhwan ini harus mengulang disiklus berikutnya. bukan karena mereka bodoh kawan, mereka hanya diperlakukan dengan tidak adil untuk sebuah alasan yang lagi-lagi tak masuk akal. "sok suci" adalah papan nama yang disematkan di dada mereka. sehingga tak jarang satu persatu memilih mundur dan melepas idealismenya karena sudah tak tahan lagi dengan tekanan. itu adalah cerita dulu. zaman itu sudah berakhir kawan.

Ya....generasi itu akan berganti kawan, kekuasaan itu akan dipergilirkan. sekarang IA berikan amanah itu untuk antum. hampir disetiap bagian rumah sakit "kita" sekarang ada di sana meski belum dalam jumlah yg banyak, bukan lagi sebagai koas yang terbiasa di hardik dan dilecehkan, tapi sekarang menyandang gelar dosen sebagai tenaga pendidik. masih ingatkah cita-cita kita dulu..."kampus islami".."rumah sakit Islami"....betapa mimpi itu sangat indah kawan dan semoga itu tidak hanya tinggal mimpi.

Selamat buat ikhwan/akhwat yang diterima sebagai dosen dan staff di rumah sakit M.Djamil Padang.

Wednesday 17 November 2010

Selamat Tinggal Persia


Aku harus menemui Muhammad secepatnya, kemarahan yang Mulia Kisra sungguh luar biasa setelah pengiriman utusan Muhammad kepada Raja kami itu. Rasanya kurang tepat ajakan Muhammad untuk mengajak sang Raja mengikuti agamanya, mengingat posisi Muhammad tidaklah baik, selain permusuhannya dengan Quraisy , beberapa kali penghianatan dari Yahudi baik di dalam dan di luar Madinah sungguh luar biasa. Meskipun sekarang Persia sering mengalami kekalahan dari Raja Heraklius di Romawi tapi bukan alasan Muhammad menganggap remeh bangsa kami, terakhir bangsa Persia mengalami kekalahan perang dengan Romawi di Niniveh 2 tahun silam 626 Masehi, sungguh kerugian yang luar biasa di pihak kami.dan sangat wajar yang Mulia Kisra marah apalagi ditengah gejolak bangsa Persia, selain itu kami sendiri sudah memiliki Avesta kitab suci Zoroastrian, kami memilki Dewa Ahura Mazda Sang Dewa terang. Selama ini bangsa Arab tak pernah terlintas di benak kami untuk memilikinya begitu juga dengan Romawi, tak ada untungnya memilki daerah ini, daerah tandus padang pasir tak memiliki kekayaan apapun kecuali gurun pasir yang luas.
Langkah kaki kudaku melambat di celah-celah bebatuan pegunungan Asir, kota Thaif ini di apit oleh pegunungan Asir dan pegunungan Al-Hada, meski kota ini didominasi oleh bebatuan akan tetapi tanahnya sangat subur dan didukung oleh iklim yang sejuk sehingga Thaif terkenal sebagai daerah penghasil sayur mayor. Dari Thaif ke Mekkah masih harus menempuh sekitar 80 Km, kira-kira masih butuh 2 hari perjalanan atau bahkan lebih kalau ada halangan di perjalanan. Ku pandangi surat Guburnur Yaman Badzah yang masih terselip dipinggangku, gulungan kertas kayu yang berisi panggilan Raja Kisra untuk Muhammad agar menemuinya. Pepohonan berduri tajam sesekali ku temui di kiri kanan jalan setapak di celah bebukitan.
Suhu dingin Thaif sudah berganti dengan panasnya gurun Pasir Mekkah, seakan tanah ini sudah dikutuk Ahura Mazda, murkanya sangat terasa menyengat menembus baju yang ku pakai hingga kulit. Ntah makhluk seperti apa yang sanggup bertahan di tanah kutukan ini. Saya menemui pembesar Quraisy menyampaikan berita gembira bahwa yang Mulia Kisra akan membunuh Muhammad . seperti mendapat hadiah yang luar biasa dari Persia kepada Mekkah, sehingga kaum Quraisy menyambutku dengan baik dan penuh bahagia. Menurut informasi yang ku terima dari Mekkah ke Madinah masih berjarak 420 km bisa sekitar seminggu lagi dengan mengendarai kuda.
Aku mulai membayangkan Muhammad seperti apa, Istananya sebesar dan semegah apa sehingga dia sanggup mengirimi yang Mulia Kisra sepucuk surat ajakan masuk Islam, sebuah agama baru yang bahkan di sini ditempat asalnya mendapat penolakan yang luar biasa. Aku juga sudah mempersiapkan diri bilamana kepalaku melayang dipenggal pengikutnya Muhammad karena ini adalah resiko pekerjaanku sebagai pengirim pesan Raja. Tak jarang kepala kami melayang di depan Raja-raja, kami dipenjarakan tanpa ada jaminan untuk dibebaskan.
Perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya aku sampai di kota kecil Madinah, kota yang di kelilingi bebukitan dan pegunungan, di beberapa tempat ku temui kebun kurma. Setelah beberpa kali bertanya kepada penduduk setempat akhirnya aku berdiri deadpan Istananya Muhammad, aku masih tak yakin gubuk reot ini adalah tempatnya Muhammad, rasanya aku seperti dibohongi penduduk disini.
“ Muhammad..keluarlah saya utusan Raja Kisra.” Saya memanggilnya masih dari atas kuda
Tiba-tiba sesosok tubuh keluar dari balik pintu, pasti ini yang disebut-sebut pembesar Qurais beberapa hari yang lalu, jangan sampai tersihir dengan penampilannya, hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya dia adalah penyihir hebat. Aku terdiam sesaat….
“ wahai Muhammad, Raja Kisra menyuruhmu untuk menemuinya….”
“ Istirahatlah dulu, besok temui aku kembali….”. seperti tersihir dengan kata-kata lembutnya yang penuh karisma, aku langsung menurut mengikuti orang suruhan Muhammad untuk menuju penginapan yang disediakan.
Keesokan harinya saya menemui Muhammad kembali
“ pulanglah temui Badzah kembali, sampaikan bahwa rajamu Kisra sudah di bunuh anaknya tadi malam, sampaikan padanya untuk mengikuti agama Islam niscaya Yaman akan kuberikan kepadanya….”
Orang ini memang sudah benar-benar gila, bagaimana ia sok tahu mengatakan Raja saya sudah mati.
“ bagaimana aku bisa mempercayaimu Muhammad?.” Aku semakin bingung, apakah perjalananku berhari-hari dari Yaman ke sini tidak menghasilkan apa-apa kecuali berita kematian yang Mulia Kisra yang telah dibunuh anaknya Kavadh II. Mustahil,,mustahil..pasti ini akal bulusnya Muhammad agar ia tak ikut bersamaku.
Memang lagi-lagi Muhammad telah menyihirku, aku mengikuti apa yang dikatakannya, aku segera berbalik lagi kembali menemui Badzah di Yaman…..
Kutulis ini disaat Persia mulai runtuh, puing-puing kekuasaan Kisra yang mulai hancur di tangan pemberontakan anaknya Kavadh 2 dan serangan-serangan yang beruntun dari Romawi dan pengikut agama Muhammad. Terlebih ketika aku menyampaikan berita yang disampaikan Muhammad kalau Kisra dibunuh kavadh II dengan berakhir gubernur Yaman memeluk Islam…akhirnya beberapa diantara kami pemeluk agama penyembah api memilih untuk berpindah ke India dan beberapa yang lain memilih tinggal di bawah kekuasaan Islam, sedangkan tak sedikit juga memilih mengikuti agama Muhammad itu. Aku sendiri tetap berpegang pada agama nenek moyangku…..Gathas yang berisi puji-pujian kitab pegangan kami setelah Avesta ku masukkan dalam tas perbekalanku. Selamat tinggal Persia…..

Tuesday 16 November 2010

Partai Kurang Sorotan Masih Bersama Pengungsi


mereka jauh dari sorotan kamera wartawan, langka dari pemberitaan bagus, kenyang dengan caci maki, kesalahan kecil senantiasa dibesar-besarkan. namun mereka tetap tersenyum, kita akan berbuat yang terbaik untuk negeri ini....
inilah hal yang saya bangga dan salut dengan kader-kader Partai ini, di tengah pemberitaan yang tidak bagus dengan mereka, mereka senantiasa tetap semangat untuk membangun negeri ini. di Mentawai sendiri pasca tanggap darurat yang dikeluarkan pemerintah yang berakhir tanggal 9 November kemarin, kader-kader Partai berlambang bulan sabit kembar mengapit padi ini tetap berada bersama pengungsi hingga tulisan ini saya tulis di hari ied Adha ini. semangat yang luar biasa. terlepas dari apa kata orang kalau mereka hanya mengejar suara di 2014, tapi dibanding Partai lain yang hanya muncul menjelang pemilu atau muncul tapi hanya sekedar spanduk. mereka juga paling tercepat memberikan bantuan kepada masyarakat di daerah bencana, menembus daerah2 yang sulit untuk dijangkau.
ah...memanglah di negeri yang aneh ini, hal seperti ini sangat kurang dihargai, dinegeri yang memelihara rasa curiga yang luar biasa.
Harapan itu masih ada saudaraku!!!!

Sunday 14 November 2010

Salam Kemanusiaan Buat Pak Mentri....


Setelah beberapa kali koordinasi dengan Pemerintah tidak membuahkan hasil, akhirnya kami memilih untuk berjalan sendiri-sendiri. Tak mungkin korban harus menunggu lama dan kami hanya mondar-mandir ke sana kemari buat mengurus ini itu dengan pemerintah. BSMI membagi beberapa tiem agar kerja lebih efektif dan bisa menjangkau lebih banyak daerah yang masih perlu bantuan. Satu team untuk menangani 12 pasien operasi di rumah sakit Yonkes TNI, satu team ke Pagai selatan, satu team di posko Utama, dan satu team ke Pagai Utara. Yang paling mengecewakan dari seluruh koordinasi adalah saat kapal yang sudah kami naiki tiba2 disuruh untuk ditunda keberangkatannya ke Pagai Selatan karena agenda kedatangan salah satu menteri yang katanya akan melepaskan kapal bantuan dan memberangkatkan relawan, sehingga kapal akan berangkat besok atau lusa. Apakah memang lebih penting acara seremonial ini dibandingkan 2 pasien yang terinfeksi di Pagai Selatan sesuai keterangan dari TNI. Sontak saja kami semua kecewa dengan pembatalan ini. Kawan-kawan dari relawan Muhammadiyah juga memutuskan untuk bergerak sendiri tanpa koordinasi lagi dengan pemerintah, beberapa relawan dari Muslim Aid juga harus menelan kekecewaan. Sehingga akhirnya kami memutuskan untuk menurunkan obat-obatan kembali dari kapal.

Team yang ke Pagai Selatan menempuh jalur laut dengan perahu kecil yang terdiri dari dr.Johan,dr.Triatma,dr. Hendra, dua orang perawat dan seorang penunjuk jalan yaitu Pak Petrus. Saya sendiri bersama dr.rizka, dr. uum, dan Ayumi menempuh jalur darat dengan berjalan kaki membelah Hutan Pagai Utara. Butuh waktu 2 jam berjalan kaki hingga sampai Muara Taikeko, ditambah hujan lebat yang mengguyur. Obat-obatan kami masukkan ke dalam rangsel agar lebih mudah dibawa, sepatu Bot dan Jas Hujan melengkapi perjalanan kami, kami siap tempur . apapun yang terjadi kami harus menuju daerah yang sudah kami bagi. Di Muara Taikeko saya dan dr. uum menangani pengobatan di pengungsian sedangkan dr. Rizka dan Ayumi melakukan Trauma Healing bersama anak-anak pengungsi. Luar biasa !!!saya sangat salut dengan makhluk Tuhan yang dua ini, semangatnya menempuh jalan berjam-jam di bawah hujan lebat sungguh luar biasa, terlebih-lebih mereka adalah relawan perempuan.

Berharap ke depannya agar kita tidak usah terlalu mementingkan agenda seremonial belaka, lebih baik kita utamakan kondisi pengungsi dan pasien di banding menyambut kedatangan pak Mentri ke sini. Salam kami Buat Pak Mentri….Salam kemanusiaan!!!

Khitanan Gratis BSMI


Minggu 14 November 2010, Bulan Sabit Merah Indonesia kembali mengadakan kegiatan social berupa khitanan massal gratis. Seperti biasa target BSMI adalah masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Di tengah kesibukan dengan masa pemulihan daerah bencana di Mentawai ,kami juga tetap harus menjalankan program rutin pengabdian untuk masyarakat minimal sekali dalam sebulan. Saat acara ini berlangsung ketua umum BSMI padag sendiri Hisyam Sanudi masih berada di Mentawai bersama beberapa orang relawan lainnya. Acara kali ini bertempat di Piladang Kabupaten 50 Kota. Acara yang di motori bidang pelayanan masyarakat ini di ketuai langsung oleh coordinator bidang pelayanan BSMI cabang Padang dr. Taufik Hidayat. Khitanan massal ini sekaligus bekerjasama dengan mahasiswa Gonjong Limo. Dari BSMI sendiri menurunkan 3 orang dokter dan 7 relawan medis. Jumlah keseluruhan pasien adalah 37 orang . acara yang dimulai sekitar jam 9.00 ini berakhir sekitar jam 15.00.
Warga sendiri sangat merasa terbantu dengan di adakannya acara Khitanan gratis ini, harapan mereka agar acara ini terus berlanjut untuk ke depannya. Mengingat biaya khitanan yang cukup mahal buat masyarakat yang kurang mampu, satu pasien bisa mencapai 100 ribu bahkan lebih. Di Tahun 2010 sendiri BSMI cabang Padang sudah mengadakan 30 puluh kali pengobatan gratis dan pemeriksaan mata gratis serta 5 kali mengadakan khitanan massal gratis. Acara-acar ini tersebar di seluruh Sumatera Barat terutama daerah-daerah yang masih butuh banyak bantuan.
Semangat terus buat relawan BSMI dimanapun anda berada, semangat untuk saling berbagi, semangat kita untuk bersama membangun negeri ini. Salam kemanusiaan!!!.. Care for Life!!!

Saturday 13 November 2010

Kisah Perjalanan Relawan ke Mentawai #1


Wajah-wajah lelah kami menunggu keberangkatan semakin terpancar satu persatu, awan yang semakin hitam menyelimuti pelabuhan Bungus , beberapa detik kemudian Hujan deraspun mengguyur bersama angin kencang yang bertiup. Kami berlindung di sebuah tempat pelelangan ikan , duduk pasrah dan masih berharap cuaca membaik lagi. Semoga keberangkatan kali ini tidak tertunda lagi seperti kemarin. Satu persatu saya tatapi wajah lelah sahabat-sahabat saya, namun semangat mereka tetap tak bisa dibendung. Saya yang di tunjuk sebagai ketua rombongan tentu harus lebih bijak mengambil keputusan, dipaksakanpun untuk pergi kalau membahayakan menurut saya bukanlah sebuah keputusan yang tepat. Sesekali saya dilempar pertanyaan dan kritikan dari kawan2. Tetap saja saya meyakinkan mereka untuk lebih bersabar, kita semua berniat membantu ke sana, tapi jangan sempat kita yang merepotkan orang lain . hujan semakin deras, kami pun mengalihkan perhatian dengan bercanda, membosankan adalah kata yang paling tepat untuk menunggu, sebagian ada yang memutuskan untuk membeli makanan karena lapar yang mulai terasa. Hati kecil saya terus berdoa, semoga perjalanan ini dimudahkan, luruskan niat kami ya Rabb semata-mata untuk membantu saudara-saudara kami di sana. Kasihan juga kalau seandainya keberangkatan kami ke Mentawai tidak jadi, padahal sebagian besar dari kami sudah berusaha keras untuk mendapatkan izin dari orang tua. Jam di HP saya sudah menunjukkan pukul 2 siang, namun hujan belum juga reda, awan gelap juga belum berkurang sama sekali.
“ pak, maaf kita tidak bisa berangkat hari ini, kita tunda sampai besok subuh, klu mau nginap di sini juga gak papa, masih ada penginapan yang kosong”. Nakhoda kapal Patroli DKP menghampiri saya
Beberapa relawan mengusulkan untuk tetap menunggu hujan reda, dengan semangat luar biasa mereka tak mau keberangkatan di tunda lagi. Saya putuskan untuk menunggu sampai subuh sesuai saran dari Nakhoda kapal, saya tak ingin terjadi apa-apa kalau keberangkatan ini dipaksakan. Penginapan yang ditawarkan dengan halus kami tolak karena ada dua orang relawan perempuan yang ikut, sedangkan kamar yang disediakan Cuma satu. Kami memutuskan untuk kembali ke secretariat Bulan Sabit Merah Indonesia, menginap di sana dan menunggu sampai subuh. Saya telepon kembali ketua BSMI Cabang Padang agar menjemput kami kembali ke pelabuhan karena keberangkatan di tunda. Jam 15.30 hujan mulai berhenti, awan hitam mulai berkurang, siap-siap menuju secretariat BSMI…tiba-tiba Nakhoda Kapal menemui kami kembali….” Kita coba aja untuk berangkat, semoga perjalanan lancar”. Tepat pukul 15.45 jum’at 29 Oktober 2010 kami bertolak dari Pelabuhan Bungus menggunakan Kapal Patroli Dinas Kelautan dan Perikanan, kami dari BSMI sendiri terdiri dari 5 orang dokter dan 2 relawan non Medis,2 orang dari Muslim Hands, 2 orang mahasiswa Universitas Bung Hatta yang juga akan mengirimkan bantuan logistic, dan sekitar sepuluh orang kru kapal. Saya meng-sms beberapa kawan kalau kami sedang bertolak dari Bungus…..
Baru sekitar 30 menit perjalanan Badai kencang muncul lagi, awan mulai menghitam, hujan kembali turun. Akhirnya Nakhoda kapal memutuskan untuk bersembunyi di balik Pulau Sikuai sampai menjelang magrib kami berada disitu, sampai akhirnya kami disuruh harus pergi oleh penghuni Pulau tersebut karena katanya kami akan merusak trumbu karang disitu, padahal Hujan dan Badai lagi kencang2nya diluar. Ya ..tanpa ingin membuat masalah jadi lebih panjang akhirnya kami meninggalkan Sikuai menuju Pulau yang lain, padahal kami hanya ingin berlindung di Pulau itu. Sekitar 15 menit perjalanan dengan menempuh ombak yang sebesar rumah dan lebih gede dari kapal kami, akhirnya kami sampai di Pulau Simangke, beberapa dari kami sudah muntah-muntah akibat mabuk laut, beberapa pucat pasi melihat ombak yang segede2 rumah….^_^ ( termasuk saya he he he). Nakhoda kapal akhirnya memutuskan kami bermalam di sekitar pulau Simangke. Alhamdulillah semua aman2 saja.kembali saya mengabari beberapa kawan di Padang bahwa kami tidak apa-apa. Pagi menjelang hujan sudah berhenti, namun ombak masih tinggi, kapal memutuskan menuju ke Painan, karena rute Painan Mentawai lebih dekat di bandingkan rute Padang-Mentawai . sekitar jam 8.00 pagi kami merapat di pelabuhan Carocok Painan. Belum ada tanda-tanda kapal bisa menembus ke Mentawai karena Badai masih kencang, sebagian kawan2 sudah mulai tak sabar untuk berangkat. Kami diminta Nakhoda menunggu sampai jam 11 untuk kemudian nanti mencoba lagi. Tapi sampai jam 11 memang badainya tak reda juga, saya telpon ke Padang. Katanya ada Kapal besar Ambu-Ambu yang berangkat ntar sore, disana juga ada kawan2 relawan BSMI dari Lampung, dari BSMI pusat dan dari Malaysia. Akhirnya saya memutuskan kami kembali ke Padang untuk naik kapal Besar karena kapal kecil sudah tidak memungkinkan. Melalu jalur darat dengan naik Ambulance BSMI kami menuju padang. Alhamdlillah akhirnya Do’a kami terkabul, kamipun berangkat bersama Kapal Ambu-Ambu Menuju Mentawai…..Salam Kemanusiaan!!!
( salam rindu buat seluruh relawan BSMI, dr.uum, dr. iat, dr.Hendra, dr. rizka, Ayumi, dr.Johan, dr.Aidi, sopyan, aziz, mas Novi, mas erfan, pak rudi, uni ani, uni Teppy, mas syekh, Rizki, Pak Hisyam……semangat kalian luar biasa).
Nanti tunggu ceritanya di episode selanjutnya

Wednesday 10 November 2010

Jangan Mempersoalkan Bendera



Kawula nyuwun agenging samudra pangaksami, Kanjeng Sultan.

Sangat terkejut mendengar arahan Kanjeng Sultan, agar semua pihak menurunkan bendera di pengungsian Merapi. “Saya kok melihat itu ada gejala pemanfaatan korban. Seolah-olah korban dimanfaatkan untuk kelompok lain. Kan tidak harus pasang bendera, foto dan dimasukkan ke koran, itu kuno,” kata Sultan saat meninjau Posko Utama Pakem, Sleman, Yogyakarta, Senin 1 Nopember 2010.

Kanjeng Sultan, siapa yang akan kita salahkan ? Kenyataannya, sebagaimana telah dilihat banyak pihak, keberadaan institusi-institusi pemerintah yang bertugas menangani masalah seputar dampak bencana alam nyaris sia-sia karena fungsi koordinasi tidak jalan, disamping ruang lingkup tanggung jawab masing-masing tumpang tindih. Ini yang membuat penanganan korban dan dampak bencana alam, seperti dalam kasus letusan Gunung Merapi dan gelombang tsunami di Mentawai sekarang ini berjalan sangat lamban dan amburadul (lihat ulasan di www.suarakarya-online.com, 10 Nopember 2010).

Fungsi dan kewenangan lembaga yang menangani masalah seputar dampak bencana alam ini mestinya disandarkan hanya kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selaku institusi yang dibentuk dengan amanat undang-undang. Sementara institusi-institusi lain diposisikan penuh di bawah koordinasi BNPB. Kenyatannya, fungsi koordinasi sangat lemah dan berdampak tidak tertanganinya secara terpadu korban bencana alam. Masing-masing pihak bertindak sendiri-sendiri.

BNPB sendiri belum menunjukkan kinerja yang optimal. Sebagai contoh, dalam menangani korban gelombang tsunami di Mentawai, BNPB kalah cepat oleh sukarelawan Palang Merah Indonesia (PMI) dibawah komando mantan Wapres Jusuf Kalla. Padahal, BNPB sudah dibekali dengan penyediaan dana tanggap darurat sebesar Rp 150 miliar. Sebuah jumlah yang tidak bisa disebut kecil. Mungkin masyarakat justru tidak mengetahui mana BNPB, yang mereka tahu justru TNI yang datang pertama, dan beberapa parpol selalu datang awal di setiap bencana.

Kondisi belum optimalnya koordinasi penanganan bencana inilah yang menjadi pemacu munculnya banyak bendera di lingkungan pengungsi. Saya kira sangat wajar jika suatu ormas atau parpol merasa terpanggil untuk mengamankan warga, apalagi ormas atau parpol tersebut merasa memiliki banyak anggota di wilayah bencana. Mereka membuat posko untuk melakukan berbagai kegiatan menolong keperluan para korban bencana. Masyarakat justru akan mempertanyakan jika di sebuah wilayah yang menjadi basis massa sebuah ormas atau parpol, namun ormas atau parpol tersebut tidak menampakkan aktivitas di wilayah bencana.

Jika para anggota TNI tidak mengenakan seragam dan tidak membuat posko khas TNI di wilayah bencana, pasti masyarakat akan mempertanyakan dimana keberadaan mereka, walaupun mereka telah berbuat optimal untuk korban bencana dengan pakaian warga sipil. Jika personil kepolisian tidak mengenakan seragam, dan tidak membuat posko khas Polri, saya yakin masyarakat akan mencari-cari dimana peran Polri di dalam menolong bencana, walaupun setiap hari mereka telah bekerja tanpa kenal lelah dengan pakaian biasa. Jika PMI tidak membawa bendera, masyarakat akan kebingungan apa peran mereka saat bencana.

Jadi jangan dipersoalkan bendera apapun yang dipakai, bendera apapun yang datang, bendera apapun yang dibawa, selama mereka mau datang, membantu, berkontribusi, berbuat sekuat tenaga demi menolong para korban bencana. Ingatkan mereka agar selalu berkoordinasi dengan pihak yang berwenang dan memiliki otoritas di setiap barak pengungsian, juga berkoordinasi dengan BNPB setempat. Esensinya adalah kesediaan berkoordinasi dan selalu berkomunikasi, bukan soal bendera.

Saya mempersoalkan bendera hanya dari dua aspek. Pertama, mereka yang memasang bendera padahal tidak ada aktivitas nyata untuk para korban bencana. Ini berarti penipuan dan kebohongan publik. Kedua, mereka yang sesungguhnya punya bendera, namun tidak tergerak untuk datang membantu korban bencana. Mereka hanya bangga dengan benderanya, namun saat ada bencana tidak mau datang membantu para korban dengan potensi yang mereka punya. Nah, ini dua jenis bendera yang patut dipersoalkan.

Apakah membawa bendera berarti tidak ikhlas ? Kawula nyuwun agenging samudra pangaksami, Kanjeng Sultan. Ikhlas itu letaknya di dalam dada, di dalam hati. Bukan di mulut, bukan di bendera, bukan dimana-mana. Orang yang beramal dengan diam-diam belum tentu lebih ikhlas dari orang yang beramal dengan terang-terangan. Ikhlas itu urusan manusia dengan Tuhannya. Ikhlas itu tidak ada yang mengetahui, tidak ada orang yang punya otoritas untuk memberikan penilaian bahwa anda ikhlas dan anda tidak ikhlas.

Kalau warga datang membawa bendera, dan dibalik kibarnya terdapat semangat dan epos kepahlawanan membela para korban bencana, berikan ucapan selamat kepada mereka. Jika di balik gemerlapnya bendera terdapat kecemerlangan kerja dan semangat membara melakukan tugas kemanusiaan dengan berbagai potensi yang mereka miliki, doakan untuk kebaikan dan kejayaan mereka. Izinkan saya sampaikan ucapan selamat kepada para relawan Mentawai dan Merapi, apapun bendera anda,

Izinkan saya menyapa dan memberikan penghargaan penuh bangga kepada partai politik, ormas, LSM, dan berbagai instansi, institusi, lembaga, bahkan kelompok masyarakat dan pribadi-pribadi yang telah datang memberi bantuan dan berkontribusi. Kibarkan bendera anda, jangan malu, jangan takut. Kibarkan semangat anda. Bela dan tolonglah sesama yang menjadi korban bencana, dan jangan lupa selalu mengkoordinasikan aktivitas lapangan anda dengan pihak berwenang setempat.

Izinkan saya mengucap salam dan selamat pula untuk semua pihak yang telah berkontribusi bagi korban bencana, baik dari unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, legislatif, TNI, Polri, dan semua saja yang telah mengorbankan jiwa, harta, waktu, tenaga dan pikiran untuk menolong sesama. Semoga Allah berikan ganti semua yang anda korbankan dengan segala yang lebih baik.

Saestu, kawula nyuwun agenging samudra pangaksami, Kanjeng Sultan. Mohon jangan pernah mempersoalkan kibaran bendera. Bukan soal kuno atau modern. Ini soal gerakan hati nurani menolong korban bencana. Tolong fokus persoalkan kepada penguatan koordinasi lapangan. Efektifkan jalur-jalur koordinasi dan komunikasi antar seluruh elemen yang sekarang sudah terjun ke lapangan membantu para korban bencana. Percayalah, Pemerintah tidak mungkin mampu mengatasi korban bencana sendirian, BNPB tidak mungkin bisa bekerja sendirian. TNI tidak mungkin bisa bekerja sendirian, dan begitu pula semua pihak tak akan bisa berbuat banyak kalau sendirian.

Kita harus bersama-sama membangun negara, tak bisa kita bangun sendirian saja. Di balik maraknya banyak bendera, kita koordinasikan, kita konsolidasikan, kita optimalkan semua potensi anak bangsa. Jangan cerca mereka yang telah sangat lelah bekerja. Kritik saja mereka yang tidak pernah berbuat apa-apa untuk membantu korban bencana…..

Sepindah malih, saestu kawula nyuwun agenging samudra pangaksami, Kanjeng Sultan.

Lereng Merapi, 8 Nopember 2010


*sumber: cahyadi-takariawan.web.id

Thursday 4 November 2010

Relawan Tsunami mnetawai



berangkat ke Mahonai dan Purorogat daerah terparah terkena Tsunami



hari pertama nyampai di Sikakap kepulauan mentawai setelah sehari 2 malam terombang ambing dilautan

Monday 25 October 2010

Mengajar anak SD

Baru aja saya ngucap salam beberapa anak udah mulai betingkah di kursi belakang, ada yang nyolek kawannya lah, ada yang mulai tukaran tempat duduk.
" pak..pak..kami gak mau disuntik..."
ha ha ha..ternyata ini yang membuat mereka kasak kusuk sedari tadi...
"gak..kita gak ada suntik menyuntik, kita mau belajar cara mencuci tangan yang baik..."
sambil ngasih materi kesehatan tentang cuci tangan, saya ajak mereka buat memperagakannya sambil bermain. ya yang namanya anak-anak klu di ajak maen pasti seneng.
inilah pengalaman pertamaku ngajar anak SD, luar biasa. butuh kesabaran tingkat tinggi. asyik juga sebenarnya berinteraksi dengan mereka, keingintahuan yang luar biasa. tapi, ngontrol kelas yang muridnya hampir 40 orang itu luar biasa juga menguras tenaga....suaraku mulai hilang mengimbagi murid yang paling ribut di belakang....

" pak, kalau main wak lai pak"...seorang anak yang dibarisan depan mengingatkan klu waktu istirahat sudah masuk....

seperti inilah ternyata mengajar anak SD, salut saya buat Guru2 SD yang mendedikasikan diri mendidik anak-anak Negeri ini. terimaksih Guruku....

PKS dan Harapan yang Tersisa untuk Indonesia


PKS dan Harapan yang Tersisa untuk Indonesia
Oleh: Anugrah Roby Syahputra

Jika mendengar nama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) disebut, kita akan langsung terbayang pada sosok anak-anak muda berjenggot rapi dan kaum perempuan berbusana rapi dengan jilbab besar yang rajin berdemonstrasi. Ya, partai yang cikal bakalnya disebut Ali Said Damanik (Fenomena Partai Keadilan, 2002) berakar dari Gerakan Tarbiyah yang marak di kampus-kampus pada dekade 80-an itu kini melaksanakan Musyawarah Wilayah ke-2 untuk wilayah Sumatera Utara yang berlangsung di Medan pada tanggal 7-10 Oktober 2010. Ini merupakan momentum yang tepat untuk merumuskan perbaikan bagi tanah bertuah yang berbudi luhur ini.

Banyak hal yang telah ditorehkan oleh partai berlambang dua bulan sabit kembar mengapit padi ini. Sejak awal mula pendiriannya saja, partai yang dulunya bernama Partai Keadilan (PK) ini telah mencengangkan publik Indonesia. Deklarasi pendiriannya di halaman Masjid Al-Azhar, Jakarta dihadiri lima puluh ribu kader. Ini mengagetkan banyak pihak bagaimana mungkin sebuah partai baru bisa menghadirkan massa sebanyak itu. Terlebih lagi setelah mengetahui hasil Pemilu 1999 di mana PK berhasil merebut 7 kursi DPR RI, 26 kursi DPRD Propinisi, 163 kursi DPRD Kabupaten/Kota dan 1,4 juta suara pemilih atau 1,6 % dukungan rakyat. Ini sebuah debut perdana yang mengagumkan. Cuma PK satu-satunya partai baru yang bisa mendapat raihan suara sebanyak itu.

Lalu keajaiban kembali terjadi di 2004. Electoral treshold yang saat itu menjegal banyak kekuatan politik reformasi, tidak menjadi penghalang bagi partai dakwah ini untuk terus bekerja. Mereka memilih baju baru PKS untuk mewarisi dan melanjutkan cita-cita perjuangan PK. Dan hasilnya PKS (bersama Partai Demokrat) menjadi rising star dalam percaturan politik nasional. Capaian suaranya melejit tajam hingga 7,34% (8.325.020) dari jumlah total pemilih dan mendapatkan 45 kursi dari total 550 kursi di DPR. Sementara di Pemilu 2009 sebenarnya PKS mengalami “kekalahan” di beberapa kota besar yang menjadi basis mereka seperti Jakarta, Bandung dan Medan setelah disapu oleh tsunami iklan SBY dan Demokrat, meskipun syukurnya PKS bisa melakukan ekstensifikasi konstituen yang kini semakin melebar tidak hanya di wilayah urban.

Namun, hal yang amat patut diapresiasi adalah semangat PKS yang tak pernah pupus untuk berbuat kebaikan bagi bangsa. Program-program sosial mereka tetap dijalankan, meski tidak diekspos besar-besaran oleh media massa. Dalam penanggulangan bencana, PKS tetap menurukan relawan dan bantuan dana yang tidak pernah sedikit. Termasuk ketika membantu korban musibah gempa Sumatera Barat, Situ Gintung, dan banjir di beberapa daerah. Aksi-aksi solidaritas tetap mereka jalankan meskipun sering difitnah menjadikan kepedihan saudara sendiri di Palestina sebagai komoditas politik. Tulus atau tidak, sedikitnya sudah lebih dari 22 milyar rupiah yang berhasil dihimpun dan disalurkan PKS untuk perjuangan kemerdekaan dan misi kemanusiaan di bumi Al-Quds sana. Begitu pula para anggota legislatifnya yang sampai saat ini Insya Allah masih amanah dan tetap menolak budaya suap walaupun tak jarang dicemooh sebagai orang munafik. Seperti yang dilansir berbagai media, PKS masih tetap menjadi partai terdepan dalam perlawanan terhadap kultur koruptif di pemerintahan. Hal ini dibuktikan dengan data KPK yang menunjukkan bahwa PKS adalah partai yang paling tinggi angka pengembalian gratifikasinya dan tingkat kepatuhan dalam melaporkan kekayaan.

Di samping itu, sejauh ini partai yang kini dipimpin Luthfi Hassan Ishak itu mau tak mau harus diakui telah berhasil melakukan strategi political marketing yang jitu. Terbukti slogan Bersih, Peduli dan Profesional yang didengung-dengungkan telah melekat di benak masyarakat. Hal ini bukanlah semata karena faktor keunggulan konsultan politik sebagaimana yang dilakoni parpol lain, melainkan lebih disebabkan oleh kesantunan sikap berpolitiknya yang tetap mengedepankan prilaku jujur dan bersih, kepekaan pengurus dan kadernya terhadap masalah sosial dan isu-isu kerakyatan serta keberhasilan kader-kadernya yang didaulat menjadi pejabat publik. Kementerian Pertanian yang telah dua kabinet dipegang oleh kader PKS misalnya telah mencatatkan prestasi memperoleh swasembada pangan. Selain itu, kader PKS yang menjad kepala daerah pun juga tak kalah prestasinya. Misalnya, Nurmahmudi Ismail yang mendapat amanah sebagai walikota Depok mendapatkan penghargaan dari KPK sebagai kota yang paling bersih dan tranparan proses pengadaan barang dan jasanya.
Membaca Jalan Moderat PKS

Sejak Mukernasnya pada 2008 di Denpasar, wacana perubahan PKS menjadi partai terbuka menggema di mana-mana. Partai yang selama ini dicap ekslusif ini menyatakan kesiapannya untuk membersamai seluruh komponen bangsa tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, agama dan ras. Apalagi setelah Munas ke-2 PKS di Hotel Ritz Carlton, Jakarta yang semakin meneguhkan komitmen mereka menghargai pluralitas dan kebhinekaan Indonesia dengan mengundang tokoh-tokoh Amerika dan negara Eropa untuk duduk bersama membincangkan masa depan bangsa. Hal tersebut, ungkap J. Kristiadi, menunjukkan bahwa PKS adalah partai yang percaya diri dan bukan harus inferior terhadap negara adidaya. Ditambah lagi iklan-iklan yang menampilkan sosok-sosok beragam mulai dari kyai sampai anak punk, mulai dari Natsir sampai Soekarno dengan merahnya yang menyala. Barangkali pencitraan keberagaman yang ditampilkan tersebut adalah dalam kerangka mewujudkan visi dan misi PKS sebagai “Partai Dakwah Penegak Keadilan dan Kesejahteraan dalam Bingkai Persatuan Ummat dan Bangsa” sebagaimana tercantum dalam AD/ART partai. Partai ini kemudian ingin bisa dikategorikan sebagai kelompok “moderat” (Collins, 2004; ICG, 2005), dalam pengertian menerima demokrasi dan bekerja dalam kerangka konstitusional dan non-kekerasan demi memperoleh simpati masyarakat. Sebab, beberapa waktu sebelumnya, santer tuduhan bahwa PKS membawa hidden agenda untuk menegakkan negara Islam yang dikhawatirkan sebagian kalangan akan merugikan kelompok minoritas. Kekhawatiran itu setidaknya terungkap dalam buku Ilusi Negara Islam yang diterbitkan oleh Ma’arif Institute dan LibforAll Foundation. PKS mendapat fitnahan keji sebagai agen kelompok transnasional garis keras yang akan merongrong kedaulatan NKRI. Begitupun, rakyat jualah yang akan menilai siapa yang santun dan siapa yang bersikap kasar layaknya teroris.

PKS dan Harapan yang Tersisa

Jujur saja, mungkin polah politik otoriter orde baru yang koruptif telah membuat sebagian besar masyarakat republik ini mengimani kepercayaan Machiavelli bahwa politik itu kotor. Wajar saja kalau kepercayaan rakyat terhadap parpol rendah. Hal itu tercermin dari semakin rendahnya tingkat partisipasi pemilih di berbagai Pemilu dan Pilkada. Hingga kemudian datang PKS yang menggabungkan dua unsur kebaikan: semangat anak muda (hamasatusy-syabab) dan kebijaksanaan para ulama (hikmatusy-syuyukh). Inilah jawaban akan penantian masyarakat akan perbaikan negeri ini. Satu-satunya harapan yang masih tersisa setelah berbagai perilaku amoral dipertontonkan oleh pejabat pemerintahan dan kader partai lain. Maka, sisa harap itu tertumpu di pundak PKS yang menasbihkan diri sebagai agent of change.

Oleh karenanya, PKS tak boleh membuat rakyat kecewa. PKS harus terus berikhtiar untuk kebaikan Indonesia. Dan, tentunya partai ini bukanlah kumpulan malaikat tanpa noda dan dosa. Ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam tubuh partai ini. Pertama, menjaga orisinalitas (ashalah) gerakan. Menjadi partai terbuka memanglah tuntutan konstitusi dan agama. Sebab ini adalah sarana untuk menyebarkan kebaikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Namun yang harus digarisbawahi adalah jangan sampai karena kepentingan taktis seperti ini PKS kehilangan ruhnya sebagai sebuah gerakan dakwah. Core aktivitasnya sebagai pemikul amanah dakwah tak boleh terlupakan. Para pemimpinnya juga harus mengingat bahwa PKS bukanlah partai yang besar karena popularitas atau kharisma pemimpinnya, namun ia besar karena loyalitas dan militansi kadernya yang terbangun dari proses kaderisasi yang matang. Itulah mengapa aspek pembinaan internal dengan mensolidkan struktur dan terus-menerus meng-up-grade kader menjadi prioritas penting.

Kedua, memelihara keteladanan tokoh dan kader. Kasus yang menimpa Misbakhun sudah semestinya menjadi pelajaran bagi pengurus PKS. Meski aleg PKS tersebut belum terbukti bersalah, namun tak pelak kejadian itu telah mencoreng nama baik PKS yang telah lama dibangun. Ibarat kata pepatah, gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga. Profil kader PKS yang kokoh dan mandiri, dinamiis dan kreatif, spesialis dan berwawasan global dan lainnya itu haruslah terejawantahkan dalam laku sehari-hari kadernya sehingga kalau bisa akan terbit lagi seri-seri berikutnya dari buku Bukan di Negeri Dongeng (Kisah Para Pejuang Keadilan). Karena rakyat kita merindukan sosok yang sederhana dan bersahaja layaknya KH Rahmat Abdullah atau DR. Hidayat Nur Wahid yang bisa mereka teladani, yang sama antara tutur dan lakunya.

Ketiga, mengeluarkan kebijakan dan sikap politik yang populis. Sejarah adalah guru yang paling jujur. Maka PKS wajib bercermin pada gonjang-ganjing akibat iklan Soeharto dan tokoh-tokoh ormas Islam yang dicatut. PKS juga harus mengevaluasi statement kontroversial yang sering disampaikan oleh kadernya seperti Fahri Hamzah dan Anis Matta. Tak ada salahnya memang melakukan manuver politik. Apalagi untuk sebuah strategi agar dapat menjadi headline media massa. Namun ijtihad itu perlu dikaji ulang jika kemudian justru menimbulkan keresahan di masyarakat atau bahkan tubuh internal partai sendiri. Ada baiknya PKS berhati-hati dalam menyampaikan sikap politik ini khususnya yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak semisal harga BMM dan tarif dasar listrik.

Termasuk bagaimana PKS harus mencari posisi aman atas dua tuntutan kelompok yang berseberangan: pendukung formalisasi syariat Islam yang kaffah dan pembela kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia yang berideologi liberal bahkan cenderung fobia terhadap Islam. Untuk hal ini, PKS dapat belajar dari merosotnya suara PAS di Malaysia setelah mereka mengeluarkan buku yang berjudul Negara Islam, sebuah buku yang secara tegas memuat platform dan visi PAS untuk menerapkan Islam dalam hukum positif di negara jiran itu. Sebaliknya, partai AKP di Turki bisa menggapai kemenangan besar di sana dan menguasai 100% kabinet pemerintahan dengan “perngorbanan” merelakan sebagian nilai-nilai sekuler tetap bersemi dan saling berebut posisi dengan nilai Islam di tengah masyarakatnya.

Keempat, menyiapkan SDM yang mumpuni untuk mengelola negara. Sudah bukan rahasia lagi kalau PKS dihuni oleh kader-kader muda yang berpendidikan dan punya latar belakang sebagai aktivis mahasiswa di kampusnya. Ini membuat idealisme dan cita-cita mereka menemukan muara yang tepat. Hal seperti inilah yang perlu terus dimatangkan oleh PKS agar ketika kelak masyarakat memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada PKS, tidak ada lagi keterkejutan. Mengelola negara bukanlah pekerjaan sepele yang semudah membalikkan telapak tangan. Sebab untuk menyusun kembali puing reruntuhan yang terserak ini tak cuma dibutuhkan orang shalih dan jujur, namun juga harus cakap dan kapabel.

Akhirnya, kita harus terus berikhtiar, berdo’a dan memupuk harapan itu agar mindset masyarakat tak lagi berbunyi, “Ah, buat apa nyontreng, siapapun yang terpilih, tetap juganya awak hidup susah.” Alangkah indahnya kalau kemudian yang terdengar dari mereka adalah optimisme menyongsong kebangkitan kembali kejayaan zamrud khatulistiwa ini bersama PKS. Semoga.

Tulisan ini memenangkan Juara Pertama dalam Lomba Penulisan Opini Muswil ke-2 PKS Sumut 2010

Sunday 24 October 2010

Suara-suara Minoritas

sore itu,selepas ku tunaikan kewajibanku shalat Ashar. saya langsung mencari teman2 dan menunggu Ustad H. Yos Sariadi untuk melihat seorang pasien kurang mampu di kabupaten 50 Kota. lelahku sehabis dinas di rumah sakit bukanlah penghalang untuk memberi sedikit apa yang ku bisa . apakah saya ikhlas? terlalu mudah kalau hanya sekedar bibirku yang berucap, biarlah masalah ikhlas atau tidak hanya saya dan Tuhan yang tahu, kamu tak perlu tahu akan hal yang menjadi sebuah privasi bagiku dan Rabbku.

kami susuri jalan2 kecil menuju sebuah desa di Mungka, kalau orang Minang lebih mengenalnya dengan sebutan Jorong, perjalanan yang cukup jauh hampir 45 menit dengan mobil reot Ustad H. Yos yang nota benenya adalah seorang anggota DPRD kab 50 kota. seringkali jalanan berlobang memperlambat laju mobil tua yang kami tumpangi. setelah perjalanan dengan mobil kemudian kami lanjutkan dengan berjalan kaki menapaki lereng bukit menuju rumah pasien. benar-benar melelahkan....

seorang ibu dengan kepala terikat menderita sakit kepala hebat sudah hampir 3 bulan ini, tak bisa ke rumah sakit dengan alasan biaya yang tidak ada. gurat2 wajahnya yang menahan sakit sungguh jelas terlihat meski senyumnya menyambut kedatangan kami. setelah dilakukan pemeriksaan, dengan gejala yang ada kemungkinan besar ada peningkatan tekanan intrakranial, namun untuk memastikan diagnosisnya harus di bawa ke rumah sakit. lagi-lagi pasien tak bisa mengiyakan anjuran ntuk ke rumah sakit... biar saya yang ngantar nanti dan menanggung biayanya jawab Ustad. alhamdulillah, ternyata masih ada orang yang peduli.

saya akui memang buruknya citra anggota dewan di mata kita sudah tak bisa dipungkiri. jalan2 keluar negeri dengan alasan yang tidak tepat di saat rakyat banyak menderita kemiskinan, belajar etika seakan dinegeri ini tak ada yang bisa mengajarkan etika. menghabiskan uang rakyat untuk kepentingan pribadi. sehingga keprcayaan kita terhadap mereka perlahan mulai habis. tapi, tidak tepat juga kalau kita menghakimi mereka semua sama. semua busuk, semua menghabiskan uang rakyat. di saat yang lain melancong ke luar negeri ternyata masih ada satu dua orang yang melancong dari rumah ke rumah penduduk miskin menanyakan keadaannya, memeriksa kesehatannya. yakinlah suara-suara minoritas itu dengan lantang menyuarakan kepentingan rakyat di gedung DPR sana, suara2 minoritas yang seringkali diacuhkan, suara-suara minoritas yang seringkali dicemooh dengan kata-kata sok suci, sok bersih.
saya tetap yakin harapan itu masih ada untuk negeriku tercinta

Friday 22 October 2010

Amanahku di Kota Himsh


“ ya Amirul Mukminin, Gubernur kami selalu datang di tempat tugas setelah matahari tinggi”.
Aku hanya terdiam, kubiarkan masyarakat menyampaikan apa yang mereka rasakan kepada khalifah Umar. Mungkin banyak ketidakpuasan mereka atas kepemimpinanku. Khalifah Umar menatapku, beliau seperti menginginkan jawabanku. Tak ingin rasanya aku menjawabnya, tapi ini harus dijelaskan agar tidak ada fitnah.
“wahai Sa’id, apakah benar apa yang disampaikan rakyatmu?”
Ku tegakkan kepalaku, ku pandangi Khalifah Umar, wajahnya yang begitu teduh tapi penuh wibawa, gurat-gurat di wajahnya sudah mulai menunjukkan usianya yang kian senja, Umar yang sangat ditakuti kaum Quraisy dulu saat Hijrah ke Madinah sudah tidak semuda saat itu lagi, tak ada satu pun makhluk yang berani menghalanginya….Amanah yang beliau pikul memanglah lebih besar dari amanahku yang hanya seorang Gubernur Himsh.
“ benar ya Amirul Mukmin, saya memang selalu datang saat matahari sudah tinggi. Di rumah saya tak memiliki seorang pembantupun untuk membantu istriku memasak. Saya harus menyiapkan roti buat keluarga saya, saya membuatnya sendiri kemudian saya menunggu dan memasaknya, setelah selesai saya mengambil wudhu saya melaksanakan shalat Dhuha”.
“Apalagi yang mau kalian laporkan?”. Lanjut Khalifah Umar
“sewaktu-waktu Gubernur sering menutup diri dan tak mau berbicara dengan kami, saat ada majlis beliau terkadang pergi begitu saja.”
Makin banyak rakyat mengadu dengan Khalifah, aku hanya menanggapi seperlunya karena memang ada alasanku untuk semua pertanyaan mereka.
Kembali Khalifah meminta jawabanku untuk pertanyaan itu. Ruangan kembali hening menunggu jawabanku, sikap kritis rakyatku kuterima dengan lapang dada. Tak terasa air mataku mulai terjatuh. Langsung teringat wajah Khubaib yang merintih kesakitan dipaku di kayu salib saat aku belum masuk Islam dulu.
“ seringkali aku merasa bersalah ya Amirul Mukminin, aku sering terbayang dengan Khubaib yang dibunuh oleh orang-orang Quraisy sedangkan aku tak bisa berbuat apapun kecuali menonton penyiksaan itu”.
Saat itu aku masih remaja, dengan semangat yang begitu membara saya berlari ke Tan’im sebuah tempat di luar Kota Makkah yang dijadikan tempat penyiksaan para pengikut Muhammad. Terik padang pasir tak bisa menyurutkan keinginanku menuju kesana saat kudengar ada seseorang yang akan disalib dan disiksa oleh petinggi Quraisy. Muhammad saat itu sudah pergi ke Madinah beserta beberapa pengikutnya, akan tetapi selalu saja satu dua orang masih ada pengikutnya yang kian bertambah di Kota Mekkah, aku tak habis pikir apa yang menyebabkan mereka kian bertambah dari hari ke hari, bahkan dengan berbagai penyiksaan mereka tanggung untuk seorang Muhammad. Dan cara-cara mempertontonkan penyiksaan seperti ini Quraisy beranggapan akan membuat jera penduduk Mekkah yang lain. Tubuhku yang kecil saat itu mencoba menerobos kerumunan orang, teriakan dimana-mana, aku harus melihat siapa kali ini yang berada di tiang salib itu.
“ bunuh…bunuh …bunuh…” seakan panasnya padang pasir semakin membuat garang petinggi2 Quraisy…
Ku saksikan di sana ada Abu sofyan bin Harb, Safwan bin Ummayyah dan petinggi lainnya. Cambukan beberapa kali sudah menghujani tubuh Khubaib…
“ izin kan saya shalat dua rakaat sebelum kalian bunuh….” Kata-kata itu mengalir begitu saja dari lidah Khubaib tanpa rasa takut sedikitpun.
Kemudian khubaib pun melaksanakan shalatnya sampai selesai…
“ sudikah engkau jikalau Muhammad menggantikanmu, dan kamu kami bebaskan”. Tawaran beberapa petinggi Quraisy.
“ saya tak ingin bersenang-senang dengan istri dan anak2 saya, sedangkan Muhammad tertusuk duri…” jawabnya dengan lantang.
Merinding saat aku mendengar jawaban itu, keyakinan yang luar biasa besar. Garangnya gurun pasir tak sedikitpun menggoyahkan keyakiannnya, puluhan paku yang satu persatu mulai tertancap tak menyurutkan imannya, puluhan tombak tertancap hingga khubaib menghembuskan nafasnya di kayu salib…..
Lama aku tak bisa melupakan kejadian penyiksaan itu, wajah khubaib yang dipaku di kayu salib seakan membayang-bayangiku. sEringkali bahkan aku bermimpi bertemu dengan Khubaib dan melihatnya melakukan shalat 2 rakaat persis seperti saat beliau mau dibunuh….setelah kejadian itu akupun memutuskan untuk berangkat ke Madinah menemui Rasulullah dan akupun masuk Islam. Tapi bayang2 Khubaib selalu tak bisa aku hilangkan, sesalku yang tak bisa berbuat apa2 saat itu sangat besar.
“ Terimakasih Sa’id, engkau tidaklah mengecewakanku”kata Umar mengakhiri penjelasanku
Amiril Mukminin kembali ke Madinah, tak ada lagi rasa curiga dari rakyatku, mereka semua sudah tau alasan yang menjadi pertanyaan selama ini.
Tidak berapa lama setelah kunjungannya ke Himsh, Umar mengirimiku beberapa Dinar. Ku mintai pendapat istriku.
“ bersyukurlah Sa’id, kita akan membeli makanan dan pembantu untuk meringankan kerja kita.” Jawab istriku. Ku pandangi pundi2 dinar yang masih di tanganku.
“ wahai Istriku adakah usulan yang lebih baik dari itu”.
Wajah istriku bingung dengan pertanyaanku. “ bagaimana menurutmu sendiri wahai Sa’id?”. Istriku balik bertanya.
“ bagaimana kalau kepingan-kepingan dinar ini kita bagikan saja kepada fakir miskin di Kota ini, kita tidak lebih butuh dibanding mereka. Kita menabung untuk akhirat.” Jawabku
“kalau itu memang lebih baik, laksanakan wahai Sa’id”. Ku pandangi istriku, tak ada sesal di wajahnya dengan keputusanku. Dia selalu mendukungku di jalan ini.
Senja mulai menghilang di langit kota Himsh, malam pun mulai datang menyelimuti Kota ini. Saatnya aku bercengkrama dengan Rabbku, menghabiskan malam-malam yang panjang bersamaNYA, mengadukan segala permasalahan rakyatku. Semoga besok saat matalu terbuka kedamaian selalu menyelimuti kota ini.

Tuesday 19 October 2010

Siapa Bilang Jadi dokter harus Mahal???




Maret 2004
“ ayah,…saya mau kuliah di kedokteran “. Tiba-tiba suasana meja makan malam itu menjadi sunyi, masing-masing melanjutkan makannya setelah beberapa saat berhenti dengan pertanyaanku, saya pandangi ibuku untuk meminta sedikit dukungannya….ah apalah yang bisa beliau bantu, ia hanya seorang istri yang sangat penurut apapun kata ayah. Ibu hanya mendukung keinginanku apabila dibelakang ayah.
“ kuliah di kedokteran? Darimana nak, ayah bisa dapat uang sebanyak itu…100 juta? Dikumpulin dari harta kakek ampe buyutmu aja gak bakal terkumpul sampe segitu….tak usah berpikir yang macam-macam.”
Kembali saya telan penolakan ayah dengan makanan yang serasa tersekat di kerongkonganku…
“ siapa bilang 100 juta yah?...”
“itu anak tetangga kita contohnya, bapaknya yang sekaya itu aja kewalahan bayar uang kuliahnya…”
“ Diakan kuliahnya di swasta yah….” saya masih terus meyakinkan orang tua.
“ sama aja gak jauh beda di Negeri sama swasta….kamu ambil Hukum saja”
Halah…mulai ayahku terobsesi lagi dengan anaknya seorang ahli hukum, pengen sekali beliau klu saya mengikuti jejak kakek semargaku Adnan Buyung Nasution mungkin….ha ha ha….nggak saya akan buktikan saya bisa. Ku bulatkan tekadku malam itu di meja makan.

Saya terlahir sebagai anak ke 6 dari 8 bersaudara, ayah seorang wiraswasta berdagang kecil-kecilan, klu saya melihatnya ayah lebih sering ruginya dari pada untungnya, ntahlah ya mungkin jiwa bisnisnya sangat kurang sekali. Ibu seorang tukang jahit biasa, penghasilan beliau Cuma cukup buat kebutuhan kami sehari-hari. Meski setengah mati menelusuri garis silsilah keluarga tak bisa saya temukan kalau saya berdarah biru, memang ternyata saya hanya makhluk berdarah merah..he he he…tak juga keturunan raja-raja di tanah Batak, dipaksa-paksakan pun jadi cucunya Sisinga Mangaraja atau Willem Iskandar tetap gak bisa….ah ya sudahlah saya harus menerima takdir sebagai anak dari keluarga biasa-biasa aja. Tak ada “vertebre” yang bisa menyokong untuk berdiri. Seperti kata seorang kawan kami hanyalah Molluska yang bertekad untuk menjadi tingkatan yang lebih tinggi.
Syukurlah Tuhan memang adil menciptakan kita ke dunia ini, ada kekurangan dan ada juga kelebihan yang diberikan kepada kita. Singkat cerita saya masuk di salah satu sekolah bagus di Kota Padangsidempuan, saya masuk di salah satu sekolah swasta yang menerapkan system boarding school alias asrama. Di saat orang lain yang sederajat dengan kami berpikir seribu kali untuk masuk SMA swasta karena biaya yang super mahal, Alhamdulillah saya tetap mendaftar ke SMA swasta untuk test di sana. Islamic Boarding School SMP-SMA Nurul ‘Ilmi salah satu sekolah islam terpadu syukurlah saya diterima di sana diantara ratusan siswa yang ikut test. Seperti sangkaan kebanyakan orang SMA swasta mahal, ternyata tidaklah demikian. 3 tahun sekolah dan diasramakan di sana, semuanya saya menikmatinya gratis tanpa biaya apapun, mulai biaya sekolah, biaya makan, biaya asrama, hanya 500 ribu sumbangan untuk pustaka sekolah dan itupun bisa dicicil selama 3 tahun. Sekolah yang luar biasa menurut saya, meski gratisan sekolahnya kwalitasnya tetap bagus, sehingga di atas 80% kami lulus di perguruan tinggi negeri.
Tamat dari SMA bukanlah hal mudah untuk saat ini, masuk kedokteran katanya harus butuh duit ratusan juta, punya orang tua konglomerat atau minimallah punya orang tua seorang dokter. Percakapan beberapa bulan yang lalu di meja makan dengan ayahku masih terngiang-ngiang saat lembaran SPMB ini mau di isi. Ah…semua rezeki dah ada yang ngatur pikirku, Allah takkan menyianyiakan keninginan saya. Akhirnya saya bulati pilihan FK Universitas Andalas sebagai pilihan pertama saya. Orang tua juga tak tahu apa sebenarnya yang saya pilih saat itu, mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur lagi. Baru setelah keluar pengumuman di Koran saya kasih tau sama orang tua, bukan wajah gembira yang saya dapat dari orang tua saat mendengar kelulusanku di kedokteran, tapi wajah cemas memikirkan kemana mau dicari pinjaman ratusan juta.
Saat itu Cuma 3 juta uang yang saya bawa menuju kota Padang untuk daftar ulang, itulah semua simpanan orang tua saya. Di saat orang lain diantar orang tuanya untuk sekedar mendaftar, saya berangkat tanpa mereka untuk lebih menghemat biaya. Dengan bantuan beberapa orang senior, khirnya dalam satu hari urusan daftar ulangpun selesai, tak ada ratusan juta, tak ada yang ditakutkan orang tua saya, tak ada yang ditakutkan oleh semua orang. 1,6 juta total keseluruhan biaya daftar ulang saat itu, sudah termasuk biaya kuliah satu semester, biaya praktikum, baju almamater, biaya bakti, test Toefel, biaya bus kampus. Lebih mahal uang masuk anak SD swasta di sebelah kost saya, anaknya masuk SD saja sudah 2 juta saat itu. Mendengar kabar itu, terisak ibu saya di ujung telpon di seberang sana…..
Saya bukanlah seorang kutu buku apalagi kutu busuk..he he he..sehingga nyampe kampus rasanya gak betah Cuma jadi seorang mahasiswa yang taunya Cuma kost ama kampus, saya pun masuk ke salah satu UKM di FK saya memilih untuk aktif di Lembaga Dakwah Kampus, tak cukup dengan kegiatan itu di tahun ke 2 saya masuk kesalah satu Perhimpunan Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia cabang Padang. Aktif diberbagai kegiatan kampus bukan berarti saya harus mengorbankan kuliah saya,kuliah nomor satu dan oraganisasi saya juga nomor satu. teman2 seangkatan saya lulus , alhamdulilah saya juga lulus. Mereka jadi dokter saya juga akhirnya jadi dokter dalam masa pendidikn 5 tahun 3 bulan dengan predikat sangat memuaskan. Desember 2009 kemarin akhirnya saya wisuda meski seorang ibu yang sangat saya cintai sudah tiada, beliau menghadapNya saat saya masih di tahun 3 di kampus. Tapi semangat juangnya masih mengalir di darah saya yang bukan berdarah biru ini.

Tulisan ini saya rangkai bukanlah untuk berbangga diri, hanya sekedar membuka sedikit mata kita dan cara berfikir yang jangan terlalu sempit. Memberikan semangat buat ibu-ibu yang memiliki harapan dan jiwa juang yang besar, menambah semangat buat adek-adek saya yang hendak merangkai mimpi kuliah di kedokteran. Bermimpilah…… jadi dokter itu tidak harus mahal….^_^