Tuesday 30 November 2010

Sekilas di Puskesmas Parit Rantang....


Berakhir sudah tugas saya di Puskesmas Parit Rantang, tak terasa 4 bulan itu cukup cepat berlalu. Hari-hari yang tidak akan bisa saya lupakan, berinteraksi dengan orang-orang yang luar biasa, staff yang ramah . 4 bulan sebenarnya adalah waktu yang sangat singkat untuk mengenal mereka lebih dekat, namun jujur saya salut luar biasa buat mereka.
Anda mungkin tak mengenal Puskesmas Parit Rantang, dimana tempatnya, bagaimana..sedikit saya akan memperkenalkan Puskesmas yang tak terkenal ini. Sebesar apapun usaha anda mencari di dalam peta, insyaallah gak bakal ketemu tempatnya dimana (memang gak ada..he hehe). Secara fisik jujur Puskesmas Parit rantang ini kalah jauh dengan beberapa Puskesmas lainnya di Payakumbuh, dah gedung bangunannya tua, sempit, di tengah sawah lagi…(smg jadi perhatian pemerintah), eiiits..tapi jangan salah dulu klu dari segi prestasi Puskesmas ini kagak kalah saing sama beberapa Puskesmas lain yang gedung fisiknya bagus…contohnya aja terakhir dapat kabar klo program Gizi dapat juara 1…mantapkan??? ( kita2 aja tinggal nunggu undangan makan2nya dari ni Merry), pernah juara satu senam…dan sederet prestasi lainnya…memang benar kita tak boleh menilai sesuatu itu hanya dari segi yang tampak luar aja. Wilayah kerja puskesmas ini mencakup 7 kelurahan. Kebayang juga klo kami dah gak ada di puskesmas atau sebelum kami datang, dokter Cuma 2 orang. Dr. ade sebagai kepala puskesmas dan dr.meldona sebagai fungsional…trus klo dr.ade sibuk ke sana kemari agenda rapat , tinggallah dr. meladona untuk di BP sama KIA, pasien banyaknya minta ampun…trus kasusnya gak menarik, tambah lagi pasien yang betingkah, minta rujukan pake maksa….hohohoho gak kebayang repotnya, belum lagi program puskesmas di luar seperti posyandu dan program yang lain…oh no….terkadang kita berpikir mereka nyantai aja kerjanya di puskesmas …ternyata???...ampun semoga saya kagak jadi Kapus nantinya…
Selama 4 bulan, saya pernah ngasih penyuluhan lansia beberapa kali…yang namanya dokter masih muda, ganteng, trus masih single..ya wajar aja jadi Fansnya ibu-ibu (wkwkwk..narsis mode on)…tiap kali penyuluhan pasti pertanyaan banyak, kadang yang gak penting pun ditanya, yang udah ditanya juga ditanya lagi….pernah ikut MMD alias muasyawarah desa ternyata begini rasanya jadi klo jadi kapus, rapat dengan orang2 kelurahan dan nenek-nenek lansia . juga pemeriksaan kesehatan di sekolah2, penyuluhan kesehatan di sekolah….Monev TB trus pulangnya dapat duit….( ni ade 10%nya kapan2 aja ya…he he he)…satu lagi hampir tiap hari sarapan di kantin ( gak penting) tapi penting buat kesehatan saya….he he he
Klo lagi gak ada kerjaan menggosip adalah pilihan yang tepat, pernah kami mengosipkan dr. Ade kepala puskesmas kami (moga aja beliau gak baca…).
Saya:“Ni mel….pantas aja dr. ade kecil ya?”
Dr.meldona : “ iya..emang kenapa?”
Saya : “saya aja dari tadi capek liatnya mondar mandir mulu”
Dr. meldona: “ dia mah emang gak bisa diam….makanya gizinya agak kurang”….
Ha ha ha ha….salahin dokter Mel..ni Ade…..
Trus pernah saya diminta ngasih ceramah agama hari jum’at pagi, klo yang ini gara-gara ketularan gaya ustadnya dokter muhammadi ni..sama saya juga akhirnya kena buat ngasih ceramah….jujur saya bukan ustad, ilmu agama masih sedikit..ya sudahlah kebayang gimana jadinyakan???tapi, alhamdulilah saya Cuma dapat kesempatan sekali itu aja gara2 puskesmas sibuk….selamaaaaaat
Yang paling saya sukai acara makan-makan yang sering diadain puskesmas…terakhir tadi makan duren satu truck…pake nasi ketan….wuihh enaknyaaaa…..liat adegan rebutannya, belum selasai dibuka dah pada ambil ancang2, pas durennya kebuka, langsung ludes…yang tukang buka gak dapat dapat….terasa sekali gak ada celah antara petinggi dan bawahan di puskesmas ini, tak ada istilah itu yang ada semuanya tiem yang solid.
Satu lagi yang saya perhatikan …klo pagi2 biasanya ni ade suka merepet sama staff, tapi memang kayaknya seperti itu diperlukan …biasanya sebentar ini beliau marah-marah, ntar lagi dah lupa beliau…baik lagi biasanya, padahal belum tau yang direpetin sudah baikan…( bisalah belajar gaya cueknya….ha ha ha)….
Kayaknya bakal lama klo diceritain semua..capek..lagian mata dah ngantuk…., terkhusus buat Bundo yang sudah kami anggap orang tua kami sendiri semoga cepat selesai urusan pensiunnya dan bisa tenang buat ibadah di rumah,trus klo ada kesempatan semoga secepatnya bisa ke tanah suci buat haji, trus kami minta maaf yang sudah menggusur Bundo dari BP, klo bundo mau ke situ lagi silahkan, he he he ^_^, ….
Buat dokter Ade dan uni-uni semuanya…terimakasih banyak atas pengalaman dan semua yang telah kami dapatkan, bersyukur sekali bisa mengenal dan berinteraksi dengan uni-uni semua…..
Bye bye Puskesmas Parit Rantang, suatu hari nanti insyaallah kami kembali ( apalagi ada undangan makan –makannya he he ehe )

Sunday 28 November 2010

Ayo....Bina BSMR di sekolah-sekolah


salah satu keinginan saya ke depan pengen membina anak-anak sekolahan, bosan dengan suasana anak kuliahan. ya, yang namanya keinginan pastinya kita gak cuma mimpi, terus berharap sim sala bim semuanya langsung jadi. butuh pejuangan, tekad, dan tentunya proses..ya semuanya harus berproses.keinginan saya ke depan membina BSMR alias Bulan Sabit Merah Remaja di sekolah-sekolah terutama buat anak2 eS eM Pe sama eS eM A...bukannya anti dengan lambang Palang Merah, tapi yang namanya kenyamanan hati jujur saja saya lebih nyaman memakai lambang bulan sabit. ada yang bilang " kan itu cuma sekedar lambang"....tapi menurut saya lambang alias simbol adalah menggambarkan semangat saya, apa yang saya perjuangkan, sebuah Izzah. ya saya bangga dengan diri saya sebagai Muslim dan saya harus memperjuangkan itu. coba kita lihat bagaimana Zionis dan Freemasonry begitu banyak memakai simbol-simbol yang kadang kita sendiri tidak tau berapa jumlahnya, salah satu alasan mereka adalah kecintaan mereka sebagai Yahudi. suatu saat nanti berharap Bulan Sabit itu akan bersinar di sekolah-sekolah, mengenalkan kemanusiaan dan sosial kepada anak2 sekolah. berharap juga suatu saat nanti jika punya rumah sakit sendiri Bulan Sabit adalah lambangnya, di jas saya lambang itulah yang disematkan.

alhamdulillah, untuk yang pertama di SUMBAR akhirnya terbentuk BSMR di Payakumbuh , di SMP IT Insan Cendikia. sudah dua kali pertemuan dengan adek2 tersebut, senang luar biasa bisa berbagi ilmu dengan mereka. tidak mudah memang, apalagi kurikulum BSMR sendiri dari BSMI Pusat juga belum jelas. akhirnya tidak lagi berharap dan menunggu kawan2 dari pusat untuk mengerjakannya, kami putuskan untuk membuat sendiri kurikulum dan materi yang akan diberikan untuk adek2 BSMR. dengan semangat luar biasa insyaallah kami akan menerbitkan buku panduan BSMR sekaligus materinya dalam minggu ini. dimana ada kemauan disitu ada jalan...ya...falsafah yang saya rasakan kebenarannya. di sela-sela kesibukan di puskesmas saya membuat materi-materi BSMR, seorang staff yang melihat sekilas kurikulumnya sangat tertarik dan meminta BSMI untuk membina sekolah-sekolah di wilayah keraja Puskesmas tersebut. alhamdulillah baru langkah awal, sudah ada respon yang baik dari orang lain. tapi fokus dulu untuk membina BSMR di SMPIT Insan Cendikia, seandainya nanti berjalan dengan baik dengan senidirinya sekolah-sekolah lain akan mengikut.

setahun, 2 tahun lagi insyaallah Bulan Sabit itu akan bersinar di sekolah-sekolah....semoga impian ini menjadi kenyataan....

* semoga kawan2 di Medis bisa bergabung untuk membina BSMR-BSMR di sekolah....ayo kami tunggu partisipasinya....salam kemanusiaan!!!

Friday 26 November 2010

Selamat Buat Ikhwan/Akhwat yg diterima menjadi Staff dan Dosen FK


"RencanaNYA memang luar biasa, tak ada satupun yang bisa menghalangi jika IA sudah berkehendak....". tak terkira bahagia ini saat jari jemariku menari di atas keyboard notebookku, tarian yang indah merangkai kata demi kata mengungkapkan kebahagiaan ini.

masih ingat kawan cerita senior2 kita dulu, bagaimana kita diperlakukan?. gedung warna putih itu tak seindah yang kita bayangkan dan tak senyaman yang dilihat orang lain dari luar, pakaian putih2 yang berseliweran itu tak sebaik itu bisa menerima kehadiran kita di rumah sakit. saat jilbab di cap sebagai sumber infeksi, betapa malunya saat saudari kita disuruh paksa harus buka jilbabnya di ruang OK( kamar operasi) dan kita disitu hanya tertunduk malu tanpa bisa berbuat apapun. saat jenggot ini harus dibabat habis dulu sebelum presentasi kasus di depan para konsulen. saat celana menggantung ini di cap orang-orang kebanjiran. di saat rok itu adalah penghambat kinerja di rumah sakit. benar kawan, tak ada alasan logis dari mereka sehingga melarang ini itu, kecuali mereka tak siap untuk sebuah perubahan. tak jarang si akhwat ini harus menelan gagal beberapa kali ujian dengan konsulen ini, tak jarang si ikhwan ini harus mengulang disiklus berikutnya. bukan karena mereka bodoh kawan, mereka hanya diperlakukan dengan tidak adil untuk sebuah alasan yang lagi-lagi tak masuk akal. "sok suci" adalah papan nama yang disematkan di dada mereka. sehingga tak jarang satu persatu memilih mundur dan melepas idealismenya karena sudah tak tahan lagi dengan tekanan. itu adalah cerita dulu. zaman itu sudah berakhir kawan.

Ya....generasi itu akan berganti kawan, kekuasaan itu akan dipergilirkan. sekarang IA berikan amanah itu untuk antum. hampir disetiap bagian rumah sakit "kita" sekarang ada di sana meski belum dalam jumlah yg banyak, bukan lagi sebagai koas yang terbiasa di hardik dan dilecehkan, tapi sekarang menyandang gelar dosen sebagai tenaga pendidik. masih ingatkah cita-cita kita dulu..."kampus islami".."rumah sakit Islami"....betapa mimpi itu sangat indah kawan dan semoga itu tidak hanya tinggal mimpi.

Selamat buat ikhwan/akhwat yang diterima sebagai dosen dan staff di rumah sakit M.Djamil Padang.

Wednesday 17 November 2010

Selamat Tinggal Persia


Aku harus menemui Muhammad secepatnya, kemarahan yang Mulia Kisra sungguh luar biasa setelah pengiriman utusan Muhammad kepada Raja kami itu. Rasanya kurang tepat ajakan Muhammad untuk mengajak sang Raja mengikuti agamanya, mengingat posisi Muhammad tidaklah baik, selain permusuhannya dengan Quraisy , beberapa kali penghianatan dari Yahudi baik di dalam dan di luar Madinah sungguh luar biasa. Meskipun sekarang Persia sering mengalami kekalahan dari Raja Heraklius di Romawi tapi bukan alasan Muhammad menganggap remeh bangsa kami, terakhir bangsa Persia mengalami kekalahan perang dengan Romawi di Niniveh 2 tahun silam 626 Masehi, sungguh kerugian yang luar biasa di pihak kami.dan sangat wajar yang Mulia Kisra marah apalagi ditengah gejolak bangsa Persia, selain itu kami sendiri sudah memiliki Avesta kitab suci Zoroastrian, kami memilki Dewa Ahura Mazda Sang Dewa terang. Selama ini bangsa Arab tak pernah terlintas di benak kami untuk memilikinya begitu juga dengan Romawi, tak ada untungnya memilki daerah ini, daerah tandus padang pasir tak memiliki kekayaan apapun kecuali gurun pasir yang luas.
Langkah kaki kudaku melambat di celah-celah bebatuan pegunungan Asir, kota Thaif ini di apit oleh pegunungan Asir dan pegunungan Al-Hada, meski kota ini didominasi oleh bebatuan akan tetapi tanahnya sangat subur dan didukung oleh iklim yang sejuk sehingga Thaif terkenal sebagai daerah penghasil sayur mayor. Dari Thaif ke Mekkah masih harus menempuh sekitar 80 Km, kira-kira masih butuh 2 hari perjalanan atau bahkan lebih kalau ada halangan di perjalanan. Ku pandangi surat Guburnur Yaman Badzah yang masih terselip dipinggangku, gulungan kertas kayu yang berisi panggilan Raja Kisra untuk Muhammad agar menemuinya. Pepohonan berduri tajam sesekali ku temui di kiri kanan jalan setapak di celah bebukitan.
Suhu dingin Thaif sudah berganti dengan panasnya gurun Pasir Mekkah, seakan tanah ini sudah dikutuk Ahura Mazda, murkanya sangat terasa menyengat menembus baju yang ku pakai hingga kulit. Ntah makhluk seperti apa yang sanggup bertahan di tanah kutukan ini. Saya menemui pembesar Quraisy menyampaikan berita gembira bahwa yang Mulia Kisra akan membunuh Muhammad . seperti mendapat hadiah yang luar biasa dari Persia kepada Mekkah, sehingga kaum Quraisy menyambutku dengan baik dan penuh bahagia. Menurut informasi yang ku terima dari Mekkah ke Madinah masih berjarak 420 km bisa sekitar seminggu lagi dengan mengendarai kuda.
Aku mulai membayangkan Muhammad seperti apa, Istananya sebesar dan semegah apa sehingga dia sanggup mengirimi yang Mulia Kisra sepucuk surat ajakan masuk Islam, sebuah agama baru yang bahkan di sini ditempat asalnya mendapat penolakan yang luar biasa. Aku juga sudah mempersiapkan diri bilamana kepalaku melayang dipenggal pengikutnya Muhammad karena ini adalah resiko pekerjaanku sebagai pengirim pesan Raja. Tak jarang kepala kami melayang di depan Raja-raja, kami dipenjarakan tanpa ada jaminan untuk dibebaskan.
Perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya aku sampai di kota kecil Madinah, kota yang di kelilingi bebukitan dan pegunungan, di beberapa tempat ku temui kebun kurma. Setelah beberpa kali bertanya kepada penduduk setempat akhirnya aku berdiri deadpan Istananya Muhammad, aku masih tak yakin gubuk reot ini adalah tempatnya Muhammad, rasanya aku seperti dibohongi penduduk disini.
“ Muhammad..keluarlah saya utusan Raja Kisra.” Saya memanggilnya masih dari atas kuda
Tiba-tiba sesosok tubuh keluar dari balik pintu, pasti ini yang disebut-sebut pembesar Qurais beberapa hari yang lalu, jangan sampai tersihir dengan penampilannya, hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya dia adalah penyihir hebat. Aku terdiam sesaat….
“ wahai Muhammad, Raja Kisra menyuruhmu untuk menemuinya….”
“ Istirahatlah dulu, besok temui aku kembali….”. seperti tersihir dengan kata-kata lembutnya yang penuh karisma, aku langsung menurut mengikuti orang suruhan Muhammad untuk menuju penginapan yang disediakan.
Keesokan harinya saya menemui Muhammad kembali
“ pulanglah temui Badzah kembali, sampaikan bahwa rajamu Kisra sudah di bunuh anaknya tadi malam, sampaikan padanya untuk mengikuti agama Islam niscaya Yaman akan kuberikan kepadanya….”
Orang ini memang sudah benar-benar gila, bagaimana ia sok tahu mengatakan Raja saya sudah mati.
“ bagaimana aku bisa mempercayaimu Muhammad?.” Aku semakin bingung, apakah perjalananku berhari-hari dari Yaman ke sini tidak menghasilkan apa-apa kecuali berita kematian yang Mulia Kisra yang telah dibunuh anaknya Kavadh II. Mustahil,,mustahil..pasti ini akal bulusnya Muhammad agar ia tak ikut bersamaku.
Memang lagi-lagi Muhammad telah menyihirku, aku mengikuti apa yang dikatakannya, aku segera berbalik lagi kembali menemui Badzah di Yaman…..
Kutulis ini disaat Persia mulai runtuh, puing-puing kekuasaan Kisra yang mulai hancur di tangan pemberontakan anaknya Kavadh 2 dan serangan-serangan yang beruntun dari Romawi dan pengikut agama Muhammad. Terlebih ketika aku menyampaikan berita yang disampaikan Muhammad kalau Kisra dibunuh kavadh II dengan berakhir gubernur Yaman memeluk Islam…akhirnya beberapa diantara kami pemeluk agama penyembah api memilih untuk berpindah ke India dan beberapa yang lain memilih tinggal di bawah kekuasaan Islam, sedangkan tak sedikit juga memilih mengikuti agama Muhammad itu. Aku sendiri tetap berpegang pada agama nenek moyangku…..Gathas yang berisi puji-pujian kitab pegangan kami setelah Avesta ku masukkan dalam tas perbekalanku. Selamat tinggal Persia…..

Tuesday 16 November 2010

Partai Kurang Sorotan Masih Bersama Pengungsi


mereka jauh dari sorotan kamera wartawan, langka dari pemberitaan bagus, kenyang dengan caci maki, kesalahan kecil senantiasa dibesar-besarkan. namun mereka tetap tersenyum, kita akan berbuat yang terbaik untuk negeri ini....
inilah hal yang saya bangga dan salut dengan kader-kader Partai ini, di tengah pemberitaan yang tidak bagus dengan mereka, mereka senantiasa tetap semangat untuk membangun negeri ini. di Mentawai sendiri pasca tanggap darurat yang dikeluarkan pemerintah yang berakhir tanggal 9 November kemarin, kader-kader Partai berlambang bulan sabit kembar mengapit padi ini tetap berada bersama pengungsi hingga tulisan ini saya tulis di hari ied Adha ini. semangat yang luar biasa. terlepas dari apa kata orang kalau mereka hanya mengejar suara di 2014, tapi dibanding Partai lain yang hanya muncul menjelang pemilu atau muncul tapi hanya sekedar spanduk. mereka juga paling tercepat memberikan bantuan kepada masyarakat di daerah bencana, menembus daerah2 yang sulit untuk dijangkau.
ah...memanglah di negeri yang aneh ini, hal seperti ini sangat kurang dihargai, dinegeri yang memelihara rasa curiga yang luar biasa.
Harapan itu masih ada saudaraku!!!!

Sunday 14 November 2010

Salam Kemanusiaan Buat Pak Mentri....


Setelah beberapa kali koordinasi dengan Pemerintah tidak membuahkan hasil, akhirnya kami memilih untuk berjalan sendiri-sendiri. Tak mungkin korban harus menunggu lama dan kami hanya mondar-mandir ke sana kemari buat mengurus ini itu dengan pemerintah. BSMI membagi beberapa tiem agar kerja lebih efektif dan bisa menjangkau lebih banyak daerah yang masih perlu bantuan. Satu team untuk menangani 12 pasien operasi di rumah sakit Yonkes TNI, satu team ke Pagai selatan, satu team di posko Utama, dan satu team ke Pagai Utara. Yang paling mengecewakan dari seluruh koordinasi adalah saat kapal yang sudah kami naiki tiba2 disuruh untuk ditunda keberangkatannya ke Pagai Selatan karena agenda kedatangan salah satu menteri yang katanya akan melepaskan kapal bantuan dan memberangkatkan relawan, sehingga kapal akan berangkat besok atau lusa. Apakah memang lebih penting acara seremonial ini dibandingkan 2 pasien yang terinfeksi di Pagai Selatan sesuai keterangan dari TNI. Sontak saja kami semua kecewa dengan pembatalan ini. Kawan-kawan dari relawan Muhammadiyah juga memutuskan untuk bergerak sendiri tanpa koordinasi lagi dengan pemerintah, beberapa relawan dari Muslim Aid juga harus menelan kekecewaan. Sehingga akhirnya kami memutuskan untuk menurunkan obat-obatan kembali dari kapal.

Team yang ke Pagai Selatan menempuh jalur laut dengan perahu kecil yang terdiri dari dr.Johan,dr.Triatma,dr. Hendra, dua orang perawat dan seorang penunjuk jalan yaitu Pak Petrus. Saya sendiri bersama dr.rizka, dr. uum, dan Ayumi menempuh jalur darat dengan berjalan kaki membelah Hutan Pagai Utara. Butuh waktu 2 jam berjalan kaki hingga sampai Muara Taikeko, ditambah hujan lebat yang mengguyur. Obat-obatan kami masukkan ke dalam rangsel agar lebih mudah dibawa, sepatu Bot dan Jas Hujan melengkapi perjalanan kami, kami siap tempur . apapun yang terjadi kami harus menuju daerah yang sudah kami bagi. Di Muara Taikeko saya dan dr. uum menangani pengobatan di pengungsian sedangkan dr. Rizka dan Ayumi melakukan Trauma Healing bersama anak-anak pengungsi. Luar biasa !!!saya sangat salut dengan makhluk Tuhan yang dua ini, semangatnya menempuh jalan berjam-jam di bawah hujan lebat sungguh luar biasa, terlebih-lebih mereka adalah relawan perempuan.

Berharap ke depannya agar kita tidak usah terlalu mementingkan agenda seremonial belaka, lebih baik kita utamakan kondisi pengungsi dan pasien di banding menyambut kedatangan pak Mentri ke sini. Salam kami Buat Pak Mentri….Salam kemanusiaan!!!

Khitanan Gratis BSMI


Minggu 14 November 2010, Bulan Sabit Merah Indonesia kembali mengadakan kegiatan social berupa khitanan massal gratis. Seperti biasa target BSMI adalah masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Di tengah kesibukan dengan masa pemulihan daerah bencana di Mentawai ,kami juga tetap harus menjalankan program rutin pengabdian untuk masyarakat minimal sekali dalam sebulan. Saat acara ini berlangsung ketua umum BSMI padag sendiri Hisyam Sanudi masih berada di Mentawai bersama beberapa orang relawan lainnya. Acara kali ini bertempat di Piladang Kabupaten 50 Kota. Acara yang di motori bidang pelayanan masyarakat ini di ketuai langsung oleh coordinator bidang pelayanan BSMI cabang Padang dr. Taufik Hidayat. Khitanan massal ini sekaligus bekerjasama dengan mahasiswa Gonjong Limo. Dari BSMI sendiri menurunkan 3 orang dokter dan 7 relawan medis. Jumlah keseluruhan pasien adalah 37 orang . acara yang dimulai sekitar jam 9.00 ini berakhir sekitar jam 15.00.
Warga sendiri sangat merasa terbantu dengan di adakannya acara Khitanan gratis ini, harapan mereka agar acara ini terus berlanjut untuk ke depannya. Mengingat biaya khitanan yang cukup mahal buat masyarakat yang kurang mampu, satu pasien bisa mencapai 100 ribu bahkan lebih. Di Tahun 2010 sendiri BSMI cabang Padang sudah mengadakan 30 puluh kali pengobatan gratis dan pemeriksaan mata gratis serta 5 kali mengadakan khitanan massal gratis. Acara-acar ini tersebar di seluruh Sumatera Barat terutama daerah-daerah yang masih butuh banyak bantuan.
Semangat terus buat relawan BSMI dimanapun anda berada, semangat untuk saling berbagi, semangat kita untuk bersama membangun negeri ini. Salam kemanusiaan!!!.. Care for Life!!!

Saturday 13 November 2010

Kisah Perjalanan Relawan ke Mentawai #1


Wajah-wajah lelah kami menunggu keberangkatan semakin terpancar satu persatu, awan yang semakin hitam menyelimuti pelabuhan Bungus , beberapa detik kemudian Hujan deraspun mengguyur bersama angin kencang yang bertiup. Kami berlindung di sebuah tempat pelelangan ikan , duduk pasrah dan masih berharap cuaca membaik lagi. Semoga keberangkatan kali ini tidak tertunda lagi seperti kemarin. Satu persatu saya tatapi wajah lelah sahabat-sahabat saya, namun semangat mereka tetap tak bisa dibendung. Saya yang di tunjuk sebagai ketua rombongan tentu harus lebih bijak mengambil keputusan, dipaksakanpun untuk pergi kalau membahayakan menurut saya bukanlah sebuah keputusan yang tepat. Sesekali saya dilempar pertanyaan dan kritikan dari kawan2. Tetap saja saya meyakinkan mereka untuk lebih bersabar, kita semua berniat membantu ke sana, tapi jangan sempat kita yang merepotkan orang lain . hujan semakin deras, kami pun mengalihkan perhatian dengan bercanda, membosankan adalah kata yang paling tepat untuk menunggu, sebagian ada yang memutuskan untuk membeli makanan karena lapar yang mulai terasa. Hati kecil saya terus berdoa, semoga perjalanan ini dimudahkan, luruskan niat kami ya Rabb semata-mata untuk membantu saudara-saudara kami di sana. Kasihan juga kalau seandainya keberangkatan kami ke Mentawai tidak jadi, padahal sebagian besar dari kami sudah berusaha keras untuk mendapatkan izin dari orang tua. Jam di HP saya sudah menunjukkan pukul 2 siang, namun hujan belum juga reda, awan gelap juga belum berkurang sama sekali.
“ pak, maaf kita tidak bisa berangkat hari ini, kita tunda sampai besok subuh, klu mau nginap di sini juga gak papa, masih ada penginapan yang kosong”. Nakhoda kapal Patroli DKP menghampiri saya
Beberapa relawan mengusulkan untuk tetap menunggu hujan reda, dengan semangat luar biasa mereka tak mau keberangkatan di tunda lagi. Saya putuskan untuk menunggu sampai subuh sesuai saran dari Nakhoda kapal, saya tak ingin terjadi apa-apa kalau keberangkatan ini dipaksakan. Penginapan yang ditawarkan dengan halus kami tolak karena ada dua orang relawan perempuan yang ikut, sedangkan kamar yang disediakan Cuma satu. Kami memutuskan untuk kembali ke secretariat Bulan Sabit Merah Indonesia, menginap di sana dan menunggu sampai subuh. Saya telepon kembali ketua BSMI Cabang Padang agar menjemput kami kembali ke pelabuhan karena keberangkatan di tunda. Jam 15.30 hujan mulai berhenti, awan hitam mulai berkurang, siap-siap menuju secretariat BSMI…tiba-tiba Nakhoda Kapal menemui kami kembali….” Kita coba aja untuk berangkat, semoga perjalanan lancar”. Tepat pukul 15.45 jum’at 29 Oktober 2010 kami bertolak dari Pelabuhan Bungus menggunakan Kapal Patroli Dinas Kelautan dan Perikanan, kami dari BSMI sendiri terdiri dari 5 orang dokter dan 2 relawan non Medis,2 orang dari Muslim Hands, 2 orang mahasiswa Universitas Bung Hatta yang juga akan mengirimkan bantuan logistic, dan sekitar sepuluh orang kru kapal. Saya meng-sms beberapa kawan kalau kami sedang bertolak dari Bungus…..
Baru sekitar 30 menit perjalanan Badai kencang muncul lagi, awan mulai menghitam, hujan kembali turun. Akhirnya Nakhoda kapal memutuskan untuk bersembunyi di balik Pulau Sikuai sampai menjelang magrib kami berada disitu, sampai akhirnya kami disuruh harus pergi oleh penghuni Pulau tersebut karena katanya kami akan merusak trumbu karang disitu, padahal Hujan dan Badai lagi kencang2nya diluar. Ya ..tanpa ingin membuat masalah jadi lebih panjang akhirnya kami meninggalkan Sikuai menuju Pulau yang lain, padahal kami hanya ingin berlindung di Pulau itu. Sekitar 15 menit perjalanan dengan menempuh ombak yang sebesar rumah dan lebih gede dari kapal kami, akhirnya kami sampai di Pulau Simangke, beberapa dari kami sudah muntah-muntah akibat mabuk laut, beberapa pucat pasi melihat ombak yang segede2 rumah….^_^ ( termasuk saya he he he). Nakhoda kapal akhirnya memutuskan kami bermalam di sekitar pulau Simangke. Alhamdulillah semua aman2 saja.kembali saya mengabari beberapa kawan di Padang bahwa kami tidak apa-apa. Pagi menjelang hujan sudah berhenti, namun ombak masih tinggi, kapal memutuskan menuju ke Painan, karena rute Painan Mentawai lebih dekat di bandingkan rute Padang-Mentawai . sekitar jam 8.00 pagi kami merapat di pelabuhan Carocok Painan. Belum ada tanda-tanda kapal bisa menembus ke Mentawai karena Badai masih kencang, sebagian kawan2 sudah mulai tak sabar untuk berangkat. Kami diminta Nakhoda menunggu sampai jam 11 untuk kemudian nanti mencoba lagi. Tapi sampai jam 11 memang badainya tak reda juga, saya telpon ke Padang. Katanya ada Kapal besar Ambu-Ambu yang berangkat ntar sore, disana juga ada kawan2 relawan BSMI dari Lampung, dari BSMI pusat dan dari Malaysia. Akhirnya saya memutuskan kami kembali ke Padang untuk naik kapal Besar karena kapal kecil sudah tidak memungkinkan. Melalu jalur darat dengan naik Ambulance BSMI kami menuju padang. Alhamdlillah akhirnya Do’a kami terkabul, kamipun berangkat bersama Kapal Ambu-Ambu Menuju Mentawai…..Salam Kemanusiaan!!!
( salam rindu buat seluruh relawan BSMI, dr.uum, dr. iat, dr.Hendra, dr. rizka, Ayumi, dr.Johan, dr.Aidi, sopyan, aziz, mas Novi, mas erfan, pak rudi, uni ani, uni Teppy, mas syekh, Rizki, Pak Hisyam……semangat kalian luar biasa).
Nanti tunggu ceritanya di episode selanjutnya

Wednesday 10 November 2010

Jangan Mempersoalkan Bendera



Kawula nyuwun agenging samudra pangaksami, Kanjeng Sultan.

Sangat terkejut mendengar arahan Kanjeng Sultan, agar semua pihak menurunkan bendera di pengungsian Merapi. “Saya kok melihat itu ada gejala pemanfaatan korban. Seolah-olah korban dimanfaatkan untuk kelompok lain. Kan tidak harus pasang bendera, foto dan dimasukkan ke koran, itu kuno,” kata Sultan saat meninjau Posko Utama Pakem, Sleman, Yogyakarta, Senin 1 Nopember 2010.

Kanjeng Sultan, siapa yang akan kita salahkan ? Kenyataannya, sebagaimana telah dilihat banyak pihak, keberadaan institusi-institusi pemerintah yang bertugas menangani masalah seputar dampak bencana alam nyaris sia-sia karena fungsi koordinasi tidak jalan, disamping ruang lingkup tanggung jawab masing-masing tumpang tindih. Ini yang membuat penanganan korban dan dampak bencana alam, seperti dalam kasus letusan Gunung Merapi dan gelombang tsunami di Mentawai sekarang ini berjalan sangat lamban dan amburadul (lihat ulasan di www.suarakarya-online.com, 10 Nopember 2010).

Fungsi dan kewenangan lembaga yang menangani masalah seputar dampak bencana alam ini mestinya disandarkan hanya kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selaku institusi yang dibentuk dengan amanat undang-undang. Sementara institusi-institusi lain diposisikan penuh di bawah koordinasi BNPB. Kenyatannya, fungsi koordinasi sangat lemah dan berdampak tidak tertanganinya secara terpadu korban bencana alam. Masing-masing pihak bertindak sendiri-sendiri.

BNPB sendiri belum menunjukkan kinerja yang optimal. Sebagai contoh, dalam menangani korban gelombang tsunami di Mentawai, BNPB kalah cepat oleh sukarelawan Palang Merah Indonesia (PMI) dibawah komando mantan Wapres Jusuf Kalla. Padahal, BNPB sudah dibekali dengan penyediaan dana tanggap darurat sebesar Rp 150 miliar. Sebuah jumlah yang tidak bisa disebut kecil. Mungkin masyarakat justru tidak mengetahui mana BNPB, yang mereka tahu justru TNI yang datang pertama, dan beberapa parpol selalu datang awal di setiap bencana.

Kondisi belum optimalnya koordinasi penanganan bencana inilah yang menjadi pemacu munculnya banyak bendera di lingkungan pengungsi. Saya kira sangat wajar jika suatu ormas atau parpol merasa terpanggil untuk mengamankan warga, apalagi ormas atau parpol tersebut merasa memiliki banyak anggota di wilayah bencana. Mereka membuat posko untuk melakukan berbagai kegiatan menolong keperluan para korban bencana. Masyarakat justru akan mempertanyakan jika di sebuah wilayah yang menjadi basis massa sebuah ormas atau parpol, namun ormas atau parpol tersebut tidak menampakkan aktivitas di wilayah bencana.

Jika para anggota TNI tidak mengenakan seragam dan tidak membuat posko khas TNI di wilayah bencana, pasti masyarakat akan mempertanyakan dimana keberadaan mereka, walaupun mereka telah berbuat optimal untuk korban bencana dengan pakaian warga sipil. Jika personil kepolisian tidak mengenakan seragam, dan tidak membuat posko khas Polri, saya yakin masyarakat akan mencari-cari dimana peran Polri di dalam menolong bencana, walaupun setiap hari mereka telah bekerja tanpa kenal lelah dengan pakaian biasa. Jika PMI tidak membawa bendera, masyarakat akan kebingungan apa peran mereka saat bencana.

Jadi jangan dipersoalkan bendera apapun yang dipakai, bendera apapun yang datang, bendera apapun yang dibawa, selama mereka mau datang, membantu, berkontribusi, berbuat sekuat tenaga demi menolong para korban bencana. Ingatkan mereka agar selalu berkoordinasi dengan pihak yang berwenang dan memiliki otoritas di setiap barak pengungsian, juga berkoordinasi dengan BNPB setempat. Esensinya adalah kesediaan berkoordinasi dan selalu berkomunikasi, bukan soal bendera.

Saya mempersoalkan bendera hanya dari dua aspek. Pertama, mereka yang memasang bendera padahal tidak ada aktivitas nyata untuk para korban bencana. Ini berarti penipuan dan kebohongan publik. Kedua, mereka yang sesungguhnya punya bendera, namun tidak tergerak untuk datang membantu korban bencana. Mereka hanya bangga dengan benderanya, namun saat ada bencana tidak mau datang membantu para korban dengan potensi yang mereka punya. Nah, ini dua jenis bendera yang patut dipersoalkan.

Apakah membawa bendera berarti tidak ikhlas ? Kawula nyuwun agenging samudra pangaksami, Kanjeng Sultan. Ikhlas itu letaknya di dalam dada, di dalam hati. Bukan di mulut, bukan di bendera, bukan dimana-mana. Orang yang beramal dengan diam-diam belum tentu lebih ikhlas dari orang yang beramal dengan terang-terangan. Ikhlas itu urusan manusia dengan Tuhannya. Ikhlas itu tidak ada yang mengetahui, tidak ada orang yang punya otoritas untuk memberikan penilaian bahwa anda ikhlas dan anda tidak ikhlas.

Kalau warga datang membawa bendera, dan dibalik kibarnya terdapat semangat dan epos kepahlawanan membela para korban bencana, berikan ucapan selamat kepada mereka. Jika di balik gemerlapnya bendera terdapat kecemerlangan kerja dan semangat membara melakukan tugas kemanusiaan dengan berbagai potensi yang mereka miliki, doakan untuk kebaikan dan kejayaan mereka. Izinkan saya sampaikan ucapan selamat kepada para relawan Mentawai dan Merapi, apapun bendera anda,

Izinkan saya menyapa dan memberikan penghargaan penuh bangga kepada partai politik, ormas, LSM, dan berbagai instansi, institusi, lembaga, bahkan kelompok masyarakat dan pribadi-pribadi yang telah datang memberi bantuan dan berkontribusi. Kibarkan bendera anda, jangan malu, jangan takut. Kibarkan semangat anda. Bela dan tolonglah sesama yang menjadi korban bencana, dan jangan lupa selalu mengkoordinasikan aktivitas lapangan anda dengan pihak berwenang setempat.

Izinkan saya mengucap salam dan selamat pula untuk semua pihak yang telah berkontribusi bagi korban bencana, baik dari unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, legislatif, TNI, Polri, dan semua saja yang telah mengorbankan jiwa, harta, waktu, tenaga dan pikiran untuk menolong sesama. Semoga Allah berikan ganti semua yang anda korbankan dengan segala yang lebih baik.

Saestu, kawula nyuwun agenging samudra pangaksami, Kanjeng Sultan. Mohon jangan pernah mempersoalkan kibaran bendera. Bukan soal kuno atau modern. Ini soal gerakan hati nurani menolong korban bencana. Tolong fokus persoalkan kepada penguatan koordinasi lapangan. Efektifkan jalur-jalur koordinasi dan komunikasi antar seluruh elemen yang sekarang sudah terjun ke lapangan membantu para korban bencana. Percayalah, Pemerintah tidak mungkin mampu mengatasi korban bencana sendirian, BNPB tidak mungkin bisa bekerja sendirian. TNI tidak mungkin bisa bekerja sendirian, dan begitu pula semua pihak tak akan bisa berbuat banyak kalau sendirian.

Kita harus bersama-sama membangun negara, tak bisa kita bangun sendirian saja. Di balik maraknya banyak bendera, kita koordinasikan, kita konsolidasikan, kita optimalkan semua potensi anak bangsa. Jangan cerca mereka yang telah sangat lelah bekerja. Kritik saja mereka yang tidak pernah berbuat apa-apa untuk membantu korban bencana…..

Sepindah malih, saestu kawula nyuwun agenging samudra pangaksami, Kanjeng Sultan.

Lereng Merapi, 8 Nopember 2010


*sumber: cahyadi-takariawan.web.id

Thursday 4 November 2010

Relawan Tsunami mnetawai



berangkat ke Mahonai dan Purorogat daerah terparah terkena Tsunami



hari pertama nyampai di Sikakap kepulauan mentawai setelah sehari 2 malam terombang ambing dilautan