Friday 22 April 2011

Jejak Senior yg Menginspirasi....


Saya sangat kagum dengan jejak perjuangannya, meski tak begitu mengenal beliau. Cukuplah kerja nyatanya dan kepeduliannya sebagai bukti buat saya. Awal saya kenal saat gempa 30 september 2009 yang dulu melanda kota Padang dan Pariaman, kami tergabung di dalam relawan BSMI . saat itu pun saya tidak pernah satu team dengan beliau, saya sebagai sekretaris BSMI Padang harus ditumbalkan untuk selalu tinggal di posko utama melayani para korban yang datang minta bantuan, para donator, dan para tamu yang datang, gak enak juga sebenarnya ditinggal diposko utama untuk urusan2 seperti itu, akan tetapi semua punya tugas masing-masing dan insyaallah terjun langsung maupun tidak ke lapangan akan menjadi sebuah amal ibadah. Pagi-pagi saya harus membagi relawan dari beberapa team, satu team ke Pariaman tempat2 pelosok yang masih sulit dijangkau dan minim bantuan, satu team bergabung bersama relawan BSMI lain di Rumah Sakit Lapangan dan satu team lagi membantu masyarakat Kota Padang, sehingga hanya beberapa orang kami yang tinggal di posko Utama. Team yang sudah dibagi akan berangkat pagi dan biasa akan pulang sore bahkan malam dari daerah2 yang sudah ditargetkan.
Sehingga saya jarang berinteraksi dengan beliau, yang paling berkesan adalah keakrabannya dengan adek2 relawan baik yang akhwat dan ikhwan padahal beliau baru bergabung dengan BSMI Padang dan juga rentang usia yang begitu jauh tidak menjadikannya merasa memiliki pembatas antara kami junior dan dia sebagai senior kami. Seperti seorang kakak tertua yang selalu memilki jiwa mengayomi yang muda. Saat saya menjalani Internship di payakumbuh, namanya juga selalu disebut-sebut ikhwah di sana, keaktifannya dalam berbagai agenda bakti social dan juga kerja nyatanya dalam merintis Klnik MER-C di Payakumbuh, ya begitulah kalau keseharian kita dirasakan oleh orang lain manfaatnya, ketika sudah tak di sana namun nama kita akan selalu menjadi sebuah kenangan bagi orang-orang yang selama ini disekitar kita, Mengukir jejak terindah.
Studi suami ke Inggris membuat beliau harus ikut bersama anak-anak ke sana, apakah kerjanya berhenti sampai disitu?. Tidak sama sekali, dari negeri yang nun jauh di sana beliau masih menunjukkan kerja nyatanya. Tidak pernah absen menyapa para junior relawan BSMI meski lewat FB, memotivasi, memberi nasehat, mendamaikan kami yang kadang memiliki masalah, dan satu lagi sebagai ibu rumah tangga di UK beliau masih sempat-sempatnya menggalang dana buat Mentawai saat terjadi Gempa dan Tsunami kemarin, tercatat kurang lebih sebanyak 4 kali beliau mentransfer bantuan buat Mentawai dan terakhir minggu ini barusan beliau lagi2 menggalang dana. Sebelumnya dengan semangatnya beliau meminta dibuatkan profil singkat BSMI dan aksi-aksinya di lapangan agar beliau mempresentasikannya di depan Ikatan Muslim se Inggris Raya. Saya mulai berpikir orang setua ini saja, ibu rumah tangga masih semangat luar biasa , masa saya harus kalah???. ^_^ .
Jadi ketika kaki kita melangkah meninggalkan dunia kampus tak ada alasan dunia klinik Koas membuat kita berhenti untuk berbuat, ketika memasuki dunia Profesi seharusnya kerja kita harus lebih baik lagi dalam membangun dan melayani Ummat ini, ketika beberapa diantara kita menggenapkan setengah din seharusnya itu adalah sebagai penyemangat buat kita bukan malah sebaliknya berhenti karena alasan urusan rumah tangga, anak-anak dan tanggung jawab keluarga. Ketika posisi kita sebagai senior sudah selayaknya kita sesekali menegur sapa mereka yang masih junior dan memberikan bimbingan. Ya..tak ada alasan kita sama sekali untuk berhenti, seharusnya kita makin jeli melihat peluang amal, di ladang mana kita akan menyemai bibit kebaikan. Tidakkah ada rasa iri hati kita ketika orang lain mampu berbuat banyak dengan segala keterbatasan..????
Terimaksih buat seniorku dr.Fitria Heny , jejaknya sangat menginspirasi…. ^_^

Sunday 17 April 2011

Kami dan Gempuran Media


Tahun 2004 waktunya kami harus fokus dengan UAN dan SPMB, sekolah yang termasuk bagus di daerahku ini dengan sistem Islamic Boarding School tak mungkin mau menanggung malu jika tingkat kelulusan sekolah ini harus turun karena disibukkan oleh hal-hal yang tidak lebih penting dari belajar, maka dikeluarkanlah peraturan dari sekolah bahwa kami yang sedang duduk di kelas tiga tidak boleh ikut acara apapun , apalagi kampanye partai. dimungkinkan dengan kesibukan kami ini,kami nanti tidak akan fokus untuk belajar. ya, yang namanya masih muda, melihat adek-adek kelas bersemangat berangkat DS(direct selling dan kampanye) mana bisa konsentrasi untuk belajar. duduk di depan buku, bermain angka demi angka, merekam kata demi kata ke dalam memory otak kayaknya tidak lebih menarik dari pada pergi dari rumah ke rumah untuk meperkenalkan partai ini. kami mulai protes agar dibolehkan untuk ikut, tetap saja jaaban kepala sekolah kami harus belajar. namun ,setelah beberapa kali lobi2 politik dilakukan akhirnya kami dibolehkan untuk ikut. senang luar biasa, apalagi alasan bisa keluar asrama untuk sejenak. menikmati dunia luar yang lebih menantang, berdialog dari rumah ke rumah dengan orang-orang yang jauh lebih dewasa dari kami.berdialog tetang partai yang kami tawarkan, bukan ajang bagi2 amplop dari rumah ke rumah.

" dek klen berapa dibayar sama PKS?". pertanyaan itu langsung terlontar saat saya dan seorang teman memasuki kantor cabang Partai lain, sebenarnya kami terjebak masuk ke rumah itu, dari luar tidak jelas kalau disitu ada papan kecil dewan pimpinan ranting partai X, karena sudah terlanjur masuk ya hadapi saja. toh bapaknya juga menyambut baik kedatangan kami.
"gak ada pak, kami tak ada dibayar sama PKS".
mana mungkin partai ini bisa membayar kami untuk DS ini, anggota2 Dewan yang duduk di sana kami tahu sendiri bagaimana kodisi ekonominya, bahkan mungkin diantara kami banyak yang lebih baik dari segi ekonomi ketimbang mereka. teringat juga saat2 kami juga menyablon sendiri kaos-kaos yang berlambang bulan sabit kembar itu, beberapa malam kami berganti2 menyablonnya di mesjid Asrama. karena jumlahnya sangat sedikit, akhirnya beberapa diantara kami menyumbang kaos dan jaketnya buat disablon. saya sendiri menyablon jaket saya untuk dipakai kampanye nanti karena saya tidak kebagian kaos.
"ah..masa seh dek, gak ada dibayar..klen bohong ya?"
"serius pak,, kami melakukan ini benar2 ikhlas untuk ibadah."
"klo gitu kasih bapak kaosnya lah satu."
"maaf pak, kami gak punya bajunya lagi, saya aja baju sendiri yang saya sablon pak". sepertinya bpak ini tidak puas dengan jawabanku, wajar saja beliau berpikir mana mungkin kami sudah tidak dibayar malah kaos satu pu tidak dapat.jaman sekarang malah gabung sama partai, bahkan jadi pengurus bisa jadi tempat mata pencaharian.
biarlah, inilah tugas kita buat memperkenalkannya ke masyarakat, kemungkinan besar mereka belum tahu, ya makanya kita kasih tau.
akhirnya hampir 15 menit diskusi dengan bapak tersebut, meperkenalkan partai dan berusaha menjawab pertanyaan2 penasaran bapak itu. kemudian di siang yang terik itu, kami kembali menyusuri rumah demi rumah sampai selesai satu kampung, dari pintu ke pintu, terkadang diterima dengan tangan terbuka, terkadang acuh takacuh, bahkan terkadang ada yang tidak mau diskusi dan bahkan menyuruh kami untuk ke rumah yang lain saja. menurut saya inilah tantangan yang membuat adrenalin saya semakin terpacu. pendidikan yang tak mungkin saya dapatkan duduk dibangku sekolah.
kesibukan demi kesibukan berlanjut antara belajar untuk UAN dan SPMB dengan Kampanye dan DS dari pintu ke pintu. tiba masanya pemilu tiba, alhamdulilah tidak sia-sia keringat ini, meski belum diposisi tiga besar, tapi kamilah pemenang pemilu 2004.
UAn saya dan kawan2 pun lulus sedangkan SPMB mengantarkan kami diatas 80% memasuki dunia kampus beberapa Perguruan Tinggi Negeri, Saya sendiri diterima di Fakultas Kedokteran...luar biasa, tak terkira syukurku untukmu ya Rabb.
memasuki dunia kampus rasanya saya tidak gamang lagi, perang ideologi bukan menjadi momok yang menakutkan, karena bekal dari guru2 saya sewaktu SMA mebuat saya menjadi punya prinsip. saya terjun diberbagai aktivitas dakwah kampus meski tidak berada dijajaran para petinggi, saya juga aktif dikegiatan luar kampus salah satu lembaga kemanusiaan.
pernah disuatu aksi penggalangan dana untuk Palestina, saya dan beberapa teman, adek-adek bahkan senior2 saya yang sudah jadi dokter menyusuri satu persatu toko2 dan pedagang kaki lima di Pasar raya Padang untuk menggalang lembar demi lembar, receh demi receh rupiah. yang terpikir saat itu, bagaimanapun, sekecil apapun kami harus memberikan kontribusi untuk perjuangan saudara-saudara kami di Palestina. Sejenak menanggalkan predikat dokter dan gelar Mahasiswa kedokteran yang terkenal dengan kutu buku, jarang ikut aksi menyusuri gang-gang becek Pasar raya Kota padang.

" pak,Assalamu'alaikum...minta sumbangannya buat palestina"
"kalian ini kayak kurang kerjaan, Negara orang diurus..."
"makasih pak...."
berlalu kemudian ke toko berikunya
" assalamu'alaikum....ibu mohon sumbangannya buat Palestina..."
"eh..buat palestina ya...ini dek.."
"alhamdulilah...mksh bu"
ke toko selajutnya

" assalamu'alaikum...pak mohon sumbangannya buat Palestina pak"
sejenak bapak itu melongo, kemudian beranjak dari tempat duduknya menghampiri kami, dipikir mau ngasih sumbangan ternyata ngasih ceramah lama bangat...
" dek, kalian ini bukannya belajar..klen disuruh orang tua ke sini untuk kuliah kan bukan untuk ini, gimnaa klo kalian gagal, gmn klo kalian tidak lulus-lulus..bla..bla..bla...sudahlah ini tak ada gunanya. klen belajar, klen perbaiki IPK"...

piiuuuuuhhhh.....degup jantung seakan berpacu saling berebut untuk berdetak, menahan emosi jangan sampai membalas memaki orang tua sok tau ini...menahan mulut untuk tidak sedikitpun mengeluarkan kata-kata, mencoba untuk tetap mengangguk layaknya mengerti dan mengiyakan ceramahnya....bayangkan sendiri orang tua saya sendiri tak pernah menghalangi aktivitas saya bahkan mendukung aktifnya saya di Partai dan organsasi lain, lho tiba-tiba bapak yang tak saya kenal ini memarah-marahi mengatakan orang tua saya akan kecewa dengan kegiatan saya....aneh..pikirku

seandainya kembali berjumpa dengan bapak tersebut, saya akan menunjukkan IPK saya kepadanya, saya akan menunjukkan lama masa pendidikan saya. Saya tamat pas pada waktunya dan tidak lebih, dengan predikat sangat memuaskan...jadi tak ada kontra antara saya aktif dimanapun dengan akademik saya, bahkan itu saya rasakan mendukung sekali.

Memasuki dunia profesi, saya dan kawan-kawan terus berusaha untuk bisa bermamfaat, beberapa kali mengadakan pengobatan gratis di payakumbuh dan 50 kota, kalau saya hitung2 dalam waktu setahun sejak 1maret 2010 sampai 1 maret 2011 kami melaksanakan lebih dari 30 kali pengobatan gratis dengan ikhwah disana. di tengah gempuran media berusaha memberikan gambaran kalau Partai ini bukan seperti yang dulu lagi, dari desa ke desa kami masih melayani masyarakat miskin. di tengah-tengah Media mencoba mengkotak-kotakkan kader Tua (keadilan ) dengan kader Muda (kesejahteraan), setiap minggu kami yang muda masih melingkar bersama kader tua itu yang sabar memberikan jatah ruhiyah. di tengah media mati-matian menggambarkan kalau anggota dewan PKS sudah pada sejeahtera, saat itu saya dan seorang kawan masih duduk di kursi sederhana, rumah tanpa perabot,rumah tak berpagar tanpa satpam, tanpa anjing penjaga, di depan terparkir mobil tua..sambil saya bergurau dengan teman " ini rumah anggota dewan???". ^_^

Apalagi yang akan media tampilkan? apalagi yang akan kawan2 Pers karang?...silahkan, bagaimana mungkin kalian bisa meyakinkan kami kalau PKS sama saja dengan yang lain....

"Harapan itu Masih Ada"

Thursday 14 April 2011

Kisah Makhluk-makhluk Baju Putih Berkancing Samping


Saya menemukan kembali foto ini, senangnya....kenangan masa-masa koas yang tak mungkin terlupakan, menyenangkan sekaligus menyebalkan. menyenangkan, saya bisa sekelompok dengan kawan2 yang bisa seide, dan menyebalkan karena Siklus yang satu ini adalah siklus yang capek,membosankan dan saat itu memang di sana ada seseorang yang sangat menyebalkan.

lihatlah foto ini dari kiri ke kanan ada Yoan sang ketua Kelompok,Trus yang pake kacamata baju ijo (cakepkan???,,...xixixixi ^_^) dia tu baek orangnya penurut, rajin......ha ha ha, trus ada Hasna dia keliatan penurut tapi dibelakng residen pasti suka merepet (ha ha ha....piiiss Hasna), Lanjut ada Hirsa, ini kawan akrabnya Hasna, ya tak jauh bedalah, ada yang bilang kami mirip kayak kakak beradek, mmmmhhhh....ntahlah ya. Ini dia si Fahmi Buluk yang sempat meliburkan diri Ke Jakarta terus tiba-tiba datang Surat Sakitnya...ckckckc luar biasa, sering pake ilmu hitam, sering tebak-tebak jawaban untuk pertanyaan saat Visite, tapi pas di siklus Anak dia rajin minta ampun, jarang mau gabung sama kami. tapi, kok bisa dapat D ya mi?????? he he he he...., trus selanjutnya ada kak Uri, ini orangnya paling pencemas klo diajak kabur,sok-sok malu tapi akhirnya ikut juga. selanjutnya ada si kapuyuaak...ha ha ha Koas Buluk....sorry Bro Vandra^-^, kawan yang satu ini paling sering kena sial, klo ada loting pasti namanya yang keluar, di bedah paling sering kena ketok magic dan dapat gelar kapuyuaak. trus ada kak Fit, satu kata buat dia saya sangat salut, baik suka menolong menyelamatkan koas yang kabur, tapi sering berantem dengan Si Kingkong di Emergency, Selanjutnya di bawah mulai dari kiri ada kak Mita yang baek ati..ha ha ha ha...trus selanjutnya yang di tengah pake jilbab Pink itu saya lupa namanya...sok sok imutkan???? wkwkwkwkw.......ampun Cintaaaa.....Kak Iya yang selalu gagal dengan diet ketatnya, Ninja yang suka ngajak kabur pake mobilnya,kawan setia buat curhat-curhatan ( meski sulit menjalani koeh..akhirnya selesai juga ya Cin??? ^_^) terakhir ada kak Chika, orangnya pendiam tapi ikut-ikutan kabur juga..he he he he....
senangnya luar biasa saat bisa menculik kak Uri dan si Hasna yang lagi dinas malam, trus jalan-jalan ke jembatan Siti Nurbaya, Foto-foto dan makan-makan di Taplau. akhirnya lagi-lagi kami bisa melarikan diri dari kesibukan dan membosankannya rumah sakit, membosankannya naik turun dari lantai 1 ke lantai 3 gedung ini buat meriksa labor sendiri, hari-hari yang membosankan menunggui pasien emergency yang juga sedang ditunggui Malaikat Maut,membosankannya melihat wajah-wajah manusia yang tak bisa tersenyum, para perawat yang cerewet, para Residen yang suka bikin orderan. jika ini dijalani sendiri sungguh saya pasti gila di dalamnya, untunglah dijalani dengan kawan-kawan yang se ide.

Aku masih duduk di Triase menunggui Pasien yang sebentar lagi juga di Jemput Penciptanya, pekerjaan bodoh setiap 15 menit menghitung Nadi yang semakin menurun, mengukur Tensinya yang naek turun,menghitung nafasnya yang mulai tersengal, sang bapakpun di Panggil sudah tak menyahut, bahkan mungkin kedatangan saya juga ke tempat tidurnya setiap 15 Menit tak pernah lagi ia sadari. Ya, sudahlah...saya akan tetap berbaik sangka semoga bapak tua ini bisa kembali beraktivitas seperti biasa ( kok..tetap sulit ya buat meyakinkan diri sendiri), kalau memang sudah tak sanggup lagi semoga bapak ini tidak menyiksa kami sampai pagi buat mengunjunginya tiap 15 Menit.Keluarganya tiap sebentar bertanya tentang kondisi sang bapak, berharap kepada saya bisa menolong...huuhh..apalah saya ini,hanya seorang Koas tukang tensi dan itung nadi, level paling bawah diseluruh strata yang ada di rumah sakit ini, tempat pelampiasan kekesalan, tempat menyalahkan, tempat marah-marah, orang-orang yang layak buat disuruh-suruh. Residen yang punya pasien ini mungkin juga sudah bermimpi indah ntah dimana, meninggalkan makhluk-makhluk koas malang ini untuk di tumbalkan. . Terkadang baju putih kancing samping ini pun seringkali jadi bahan hardikan Cleaning servis yang lagi ngepel....dari ujung lorong ke ujung lorong di teriaki ..koaaaaaaaassss....lantai basah tu haaaaa.....
Perawat yang sedari tadi merepet disini juga sudah tak kelihatan, tapi biarlah mendingan dia gak disini, Si Kingkong Hitam musuh para koas.....
alasan paling bagus untuk sejenak menikmati hidup adalah saat alasan meriksa darah pasien ke labor koas, sambil tertidur sebentar di lantai yang beralaskan tikar yang sudah berbau manis asam asin campuran air liur dan lainnya, bau bungkus sate Ni Evis yang mulai basi, bau sepatu yang menyengat dari sudut kamar,wangi kamar mandi yang semerbak mewangi....tak peduli , dalam kondisi seperti ini biasanya saat tubuh direbahkan dimanapun, hidung dan mata takkan pernah komplen dengan sekitarnya, akal sehat sudah tak peduli siapa yang tidur di sebelahmu , baik berjenis kelamin sama atau beda atau mungkin yang berjenis kelamin ganda, dia juga tak akan peduli dengan kamu yang merebahkan tubuh persis di sampingnya asal jangan mengganggu mimpinya. bangun saat adzan subuh pagi terdengar baru baiasanya tersadar siapa kawan tidur semalam, ya sudahlah lupakan saja..keadaan yang memaksa.
Post Dinas malam dengan tidur 1 jam, kembali harus memeriksa pasien bangsal yang akan di visite konsulen, sedikit mencoba memaksa mata untuk membaca tentang penyakitnya dan kemungkinan yang akan ditanya konsulen, mencoba menghindar dari kemungkinan terburuk di maki-maki depan pasien atau bahkan disuruh keluar. berharap jarum jam cepat berputar ke angka 2.

ini pasien siapa??? kok gak di tensi??? ketua siapa yang punya pasien ini???.nanti suruh menghadap saya.... seperti biasa saat konsulen menanya residen tentang kondisi Pasien, Residen tak tahu karena tak pernah mengukur, akhirnya sang koaslah yang lagi-lagi jadi sasaran empuk. biasa isi ceramah residen kurang lebih seperti ini. " kami dulu, koas cuma sedikit, satu wing di pegang cuma 1 koas, dinas ganti hari. kami dulu konsulennya suka marah lagi, kami dulu meski sedikit tapi kami tahu pasiennya, kami dulu tak pernah lari,tak pernah bolos, kami dulu..bla..bla..bla.."...capek dehhhh.....nasehat yang sama dari hari ke hari, seperti indonesia rayanya pemeriksaan fisik pasien.

jam 2 adalah saatnya merdeka sesaat dari rutinitas ini, meski besok akan datang lagi hari yang sama. empuknya kasur di kosan sudah membayang sepanjang jalan. seperti inilah rutinitas demi mendapatkan jas putih itu, biar baju kancing samping ini bisa segera dimuseumkan....meski banyak bersabar. di marahi sudah hal yang biasa, diteriakin di depan pasien, di teriakin CS, dituduh Perawat menghilangkan ballon EKG, dituduh merusak Tensi, EKG disembunyikan hantu, diaduin ke konsulen, dikepang sesama koas, di suruh-suruh oleh sesama koas yang punya strata khusus.

buat Vandra, Fahmi, Kak iya, Yoan, kak Fit, Kak Mita, Hasna, Hirsa, kak Uri, Kak Chika....kapan kita lagi jalan-jalannya??? ^_^
buat senior-senior Residen, kami mohon maaf karena sering bikin onar, tak ada niat untuk itu.

SEKUAT APAPUN BADAINYA, KAMI AKAN TERUS BEKERJA


















MENOREHKAN JEJAK TERINDAH BERSAMA KAWAN-KAWAN IKHWAH PKS PAYAKUMBUH DAN 50 KOTA . MENAPAKI JALAN-JALAN KECIL PAYAKUMBUH & KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT.MELAYANI MASYARAKAT DALAM BERBAGAI ACARA PENGOBATAN GRATIS. SALAM KAMI DARI TEAM MEDIS PKS PAYAKUMBUH DAN KABUPATEN 50 KOTA.


" HARAPAN ITU MASIH ADA"

Wednesday 13 April 2011

Negeriku bukan Negeri Cahaya


Negeriku, di sini adalah tempatnya orang-orang berkuasa jadi tuan bukan jadi pelayan masyarakat, di negeriku ini Korupsi sebuah budaya yang tak asing lagi, di Negeriku ini berita di TV lebih banyak berisi Opini dan Gosip dari pada berita mendidik atau penyajian Fakta, di Negriku Ini siapapun bisa disulap jadi Pahlawan, dan siapapun bisa di sulap jadi pecundang, di Negriku ini prostitusi adalah hal biasa tapi Poligami adalah Aib besar yang harus di hindari, pengucilan terhadap pelakunya adalah jalan terbaik. di Negriku ini ribuan anak-anak yang masih belum merasakan oksigen terpaksa harus diakhiri ditempat2 praktek aborsi, di negeriku ini seorang anak membunuh orang yang melahirkannya, seorang ayah memperkosa darah dagingnya. di negiriku ini orang yang berusaha berbuat baik akan mendapat cap "MUNAFIK" sedangkan mereka yang kebablasan adalah sebuah ekspresi dan kreasi, di negeriku ini selembar hijab adalah keterkungkungan dan kekolotan, namun tak berbusana adalah Hak asasi. di Negeriku ini, Negeri para bajingan mangkir di kursi2 wakil rakyatnya.Negeriku ini, seakan sudah tak ada lagi yang tersisa. ya ...negeriku ini bukanlah Negeri Cahaya.

Saya masih mencoba berpikir keras untuk mengerti apa seh sebenarnya yang dibutuhkan Negeri ini, apa yang mau kita, apakah sebuah perubahan??? Tapi kenapa seringkali tidak siap dengan sebuah perubahan. Selalu merasa curiga akan niat seseorang yang membawa angin perubahan. Misalnya Di satu sisi , ketika tingkat kebencian kita terhadap korupsi mendidih bahkan berada di titik yang paling puncak hampir meledak kekesalan kita, di saat yang lain ada kelompok yang berusaha untuk tidak tergiur dengan tumpukan hasil keringat rakyat malah beberapa dari kita langsung mencap mereka “Munafik” “ Sok Suci”.
Ketika generasi bangsa ini dirusak oleh Pornografi diberbagai tempat, baik dunia maya dan pertelevisian , kita mulai gerah, mulai takut kapan giliran anak-anak kita terjerumus oleh dunia Pornografi yang begitu bertebaran di mana-mana. Suatu saat dikeluarkan kebijakan untuk menghapus konten pornografi dan memerangi semua yang berbentuk Pornografi, beberapa di antara kita juga mulai berkicau “ Munafik”, ngapain ngurusin hal-hal yang seperti itu, dasar menteri kurang kerjaan, masih banyak yang perlu diurusi di Negeri ini selain Pornografi. Kita pun sibuk menghujat masalah salaman Pak Mentri dan memperbesar-besar masalahnya. Kita juga semakin disuguhkan kebencian terhadap Poligami seorang Ulama yang syah secara agama, ketimbang peduli dengan jutaan suami-suami yang selingkuh untuk menghindari punya istri dua, istri tetap satu, yang penting jajanan banyak. Akhirnya klinik-klinik dokter berjibun dengan masalah infeksi alat kelamin, itukah yang kita inginkan???. Media semakin menyuguhkan kalau Poligami layaknya dosa besar yang harus dihindari dan pelakunya harus dikucilkan.
Di depan televise kita disuguhi pembantaian besar-besaran di beberapa negera-negara timur Tengah, bahkan yang paling nyata pembantaian hari demi hari di Palestina , terusir dari Negeri sendiri. Kenapa mereka tidak damai saja dengan Israel??? Biar semua aman, mereka seh keras kepala. Coba kita bayangkan pejuang kemerdekaan juga dulu berpikiran sama, damai saja, terima saja Belanda, terima saja Jepang menduduki Negeri ini, mengusir penjajah atau bahkan membunuhnya adalah tindakan anarkis dan teroris. Nyatanya dengan semangat JIHAD, pahlawan negeri ini mengusir semua penjajah dari negeri ini. Sebagian terpanggil untuk menyerukan kutukan dan mengumpulkan kepingan-kepingan rupiah di jalanan buat rakyat Palestina. Kita sambil ongkang-ongkang kaki meneguk secangkir kopi pun mulai berkomentar, “ah..paling-paling buat mendulang suara”. Yang sebelahnya tak mau kalah buat menanggapi “ngapain juga ngurusin negera orang, Negara sendiri tidak terurus…orang-orang kurang kerjaan”. Terlepas apa niat mereka, apakah tidak tersisa di hati kita buat menghargai orang lain. Apakah kita juga menginginkan mereka duduk dirumah sambil menyayangkan tindakan biadap Israel???. Di tempat lain meski beribu wajah sinis memandang mereka yang turun ke jalan, tak peduli, di dalam negeri pun di berbagai titik bencana tanpa babibu, tanpa menunggu keputusan presiden, beribu kader mereka turun meski di bawah bendera kemanusiaan yang berbeda, tak juga perlu menunggu kawan-kawan media buat sekedar memajang tindakan heroic mereka di media. Sesekali jalanlah ke tempat bencana karena media haram meliput mereka, kamu akan menemukan mereka di sana, orang-orang yang kamu tuduh hanya mementingkan urusan Palestina, orang-orang yang kamu tuduh Munafik, orang-orang yang kamu bilang wahabi, orang-orang yang kamu bilang ahli Bid’ah, orang-orang yang kamu bilang anjing demokrasi, orang-orang yang kamu samakan dengan PKI, perhatikan mereka, Tanya mereka berapa digaji untuk itu?. Kamu belum yakin orang2 seperti itu ada, makanya jangan hanya duduk di depan media yang juga memiliki agenda politik, jangan hanya nongkrong di depan televise yang dananya dipegang para politikus-politikus karena di sana liputanpun hanya sekedar bagi-bagi mie yang ditayangkan berulang kali dengan pemberitaan heroic…. Mie???? Kalau relawan-relawan yang rela berjalan kaki di puing-puing reruntuhan rumah warga, mencari dan berharap masih ada yang bisa dibantu melihat tayangan itu, maka mereka akan manertawakan acara bagi-bagi mie dan beberapa Kg beras di liput TV.
Tahukah kita , Mentawai yang sudah tak lagi dilirik siapapun termasuk media, mereka masih di sana, ya orang-orang yang hari demi hari menuai caci maki itu masih setia bersama penduduk di sana. Dari mimbar ke mimbar mempertahankan akidah saudara kita yang minoritas di sana, dari desa terpencil ke desa terpencil berikutnya membuka layanan kesehatan gratis. Butakah media dengan itu???
Mereka juga manusia, punya kecenderungan berbuat salah, namun jalan kebaikan ini membuat mereka senantiasa memperbaiki diri. Bukan kumpulan malaikat sama seperti kita. Bersyukurlah saat aib-aib kita masih tidak dibukakan olehNYA di depan public dan jadikanlah sebagai pelajaran musibah yang menimpa saudara kita, bukan sebaliknya kita juga berperan aktif dalam menyebarkannya.
Saya kasihan kepada saudara-saudara saya terlebih yang katanya memahami Islam, yang katanya Rindu Khilafah, namun menjadikan momen ini sebagai ajang menunjukkan kelebihan dirinya. Apakah sudah pasti kita sendiri tak punya cela? Apakah yakin suatu saat aib kita juga tidak terbuka?. Kenapa kita tidak saling bahu membahu untuk kebaikan, bersama –sama bekerja untuk hal-hal yang kita sepakati dan saling menghormati dengan yang beda pendapat. Layakkah saat kita memanggil mereka Anjing-Anjing Demokrasi??? Sekotor itukah mereka dan sesuci itukah kita yang merindukan khilafah???.
Kemarin saya membaca surat dari Negeri Cahaya, tersentuh sekali hati saya saat membacanya, rangkaian kata yang benar-benar menyejukkan, surat dari Negeri Cahaya itu benar-benar sepertinya di tulis penduduk dari Negeri cahaya. Negeri Cahaya, membayangkannya saja seakan saya berada di sana, ditengah orang-orang yang tak mempan dengan caci maki, di tengah orang-orang yang selalu bekerja tanpa pamrih, saat pemerintah belum membicarakannya di sana rumah sakit-rumah sakit mereka sudah berdiri, lembaga-lembaga social mereka semakin menjamur, mereka membina mulai dari lingkup keluarga terkecil mereka, mentarbiyah orang-orang disekitar mereka untuk mengenal Rabbnya. Pemimpin-pemimpin mereka hidup dalam kesederhanaan, wakil-wakil rakyat mereka adalah orang-orang yang mengerti dan takut kepada Rabbnya, bukan orang-orang yang anti agama. Perlahan surat itu mulai kututup, puas sekali membacanya sebuah surat dari Negeri Cahaya. Saya ingin ke sana……

Tuesday 12 April 2011

Menyublimkan Kepedihan


Mari bekerja di ladang-ladang amal kita yang sangat luas tanpa batas. Silakan mencela bagi yang hobi mencela. Silakan melaknat bagi yang gemar melakukannya. Silakan berhenti dan menepi bagi yang sudah tidak memiliki kepercayaan lagi. Sekecil apapun langkah kebaikan kita lakukan, pasti tetap menjadi kontribusi yang berarti bagi negeri.
...


Oleh Cahyadi Takariawan*
Sesungguhnyalah epos setiap pahlawan dan pejuang selalu menyimpan kisah-kisah kepedihan. Karena semua pahlawan, semua orang besar, tidak bisa menghindarkan diri dari keterbatasan dirinya yang tidak dimengerti publik. Kebesaran nama dirinya telah menyihir opini masyarakat, seakan dia adalah manusia tanpa cela, serba sempurna dan serba tidak ada kekurangannya. Di titik ini, setiap pejuang ditempatkan secara terasing, di posisi yang tidak dia kehendaki.

Ada pejuang yang memilih menjaga citra diri dengan mencoba menjadikan dirinya sesuai harapan publik. Tentu ini tidak mudah. Dia adalah magnet bagi kamera media. Omongannya, responnya, perbuatannya, tindakannya, adalah sebuah berita. Semua mata memandang kepadanya, dimanapun ia berada. Tak ada ruang privat lagi bagi orang seperti dirinya. Media bisa masuk ke semua ruang-ruang pribadinya.

Dengan pilihan ini, ia harus menjadi seseorang seperti yang diharapkan publik. Bukan menjadi dirinya sendiri yang memiliki banyak keterbatasan. Namun ia harus menjadi hero, menjadi superman, menjadi seseorang yang selalu diidolakan semua kalangan masyarakat. Tak ada kesempatan bagi dirinya untuk menjadi dirinya sendiri, menjadi manusia biasa yang bisa menangis, bisa salah, bisa lupa, bisa khilaf, bisa berbuat dosa. Dia dipaksa menjadi seseorang seperti harapan masyarakat terhadap sosok pahlawan dan pejuang. Bahwa para pahlawan selalu tampil elegan, tanpa cela, tanpa cacat. Sedikitpun.

Celakanya, para pemuja sosok pahlawan ini hampir tidak bisa membedakan mana sosok manusia biasa yang tengah berusaha menjadi pejuang atau pahlawan, dengan manusia pilihan yang Tuhan takdirkan menjadi Nabi. Bagi seorang Nabi utusan Tuhan, dirinya mendapatkan dukungan Ketuhanan secara penuh. Karena semua perkataan dan perbuatannya adalah hukum untuk diikuti oleh pemeluk agama sang Nabi. Berbeda dengan manusia yang lainnya, kendati dia adalah seseorang yang berusaha menempatkan diri dalam barisan para pejuang dan para pahlawan, namun tetap saja dia adalah manusia biasa.

Sebuah harapan yang berlebihan bahkan absurd. Saat dunia telah sangat lama ditinggalkan oleh Nabi terakhir, akhirnya menjadi defisit keteladanan dan contoh kebaikan. Dunia muak dengan kemunafikan dan kepura-puraan yang sering ditampakkan banyak aktor politik dan banyak pejabat publik. Masyarakat menghendaki dan mencoba mengidentifikasi tokoh-tokoh yang bisa menjadi sumber inspirasi dan keteladanan dalam kehidupan. Sangat langka. Begitu menemukan beberapa gelintir orang yang dianggap masih memiliki harapan untuk menjadi panutan, maka harapan mereka menjadi berlebihan dan tidak masuk akal.

Para pejuang ini telah dipajang dalam bingkai harapan yang sangat ideal. Tak boleh berdebu, mereka bersihkan setiap hari dengan puji-pujian dan sejuta doa. Para pejuang ini yang akan menjadi penyelamat bangsa, akan menjadi harapan perubahan bagi Indonesia. Sebuah obsesi yang lahir dari dahaga berkepanjangan akan munculnya sosok keteladanan dari para pahlawan. Sangat lama masyarakat menunggu para pahlawan yang akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan membebaskan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, kelaparan, ketertinggalan dan keterbelakangan.

Para pejuang telah ditempatkan pada posisi yang mustahil melakukan kesalahan. Mereka tidak ditolerir memiliki kelemahan, bukan hanya untuk diri pribadinya. Namun juga bagi isteri, anak-anak dan semua keluarganya. Masyarakat mudah mengalami kekecewaan fatal bahkan keputusasaan apabila melihat ada kekurangan pada diri sang hero, atau pada isteri dan anak-anaknya. Keteladanan dituntut untuk selalu dipenuhi, bahkan oleh anak-anak yang tidak banyak mengerti beban orang tua mereka yang terlanjurkan diidolakan sebagai sosok pahlawan super. Isterinya harus super, anak-anaknya harus super, keluarga besarnya harus super. Betapa berlebihan tuntutan ini.

Namun ada pula para pejuang yang memilih menikmati menjadi dirinya sendiri apa adanya. Seorang manusia yang penuh kelemahan dan keterbatasan. Di tengah kelemahan dan keterbatasan diri, ia mencoba menjadi seseorang yang memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Memberikan kontribusi kebaikan sekuat kemampuan yang dia miliki. Waktu, tenaga, pikiran, harta benda dia curahkan untuk melakukan hal terbaik yang bisa dia sumbangkan bagi perbaikan bangsa dan negara. Mungkin tidak terlalu memuaskan masyarakat, mungkin tidak heroik, mungkin tidak dielu-elukan oleh para pemuja kepahlawanan. Namun ia selalu berusaha memberikan yang terbaik.

Dia melihat dunia dengan dua kacamata pada saat bersamaan. Satu kacamata idealis, dia memiliki visi yang sangat jelas tentang hal-hal ideal yang harus dilakukan dan harus terjadi bagi bangsa dan negara. Satu lagi kacamata realis, bahwa dia melihat Indonesia tidak cukup diubah oleh keteladanan beberapa sosok pahlawan. Indonesia hanya memerlukan kebersamaan untuk melakukan perubahan, memerlukan konsistensi untuk menegakkan aturan, memerlukan kedisiplinan untuk menjalankan agenda kebangsaan dan kenegaraan. Indonesia memerlukan harmoni dari pagelaran orkestra berbangsa dan bernegara.

Dia tidak mau terkurung ke dalam sosok pahlawan ideal seperti yang digambarkan masyarakat. Benarkah perubahan Indonesia harus dimulai dari sosok-sosok profan yang tak memiliki sedikitpun kekurangan, cacat, kelemahan dan kesalahan? Bukankah itu hanya layak dinisbatkan kepada para Nabi dan Rasul yang dimuliakan Tuhan dengan tugas-tugas Ketuhanan? Dia merasa hanyalah manusia biasa yang berusaha melakukan perubahan ke arah kebaikan, semaksimal kemampuan yang dia miliki. Namun dia mengetahui ada sejumlah sisi-sisi kemanusiaan dalam dirinya yang akan sulit dipahami oleh publik.

Sering terbersit dalam kesendiriannya, apakah hanya ada dua pilihan menjalani kehidupan bagi bangsa Indonesia? Pilihan menjadi pahlawan super hero yang dipuja-puja seluruh masyarakat, dan pilihan menjadi pecundang yang dicela oleh semua media, tanpa sisa? Tidak adakah pilihan menjadi diri sendiri yang jujur apa adanya, menjadi seseorang yang penuh keteterbatasan dan kelemahan, namun selalu berusaha menyumbangkan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara? Dimanakah tempat orang-orang seperti ini? Apa nama dan nilai mereka ini? Menjadi pahlawan ataukah pecundang?

Menjadi super hero tanpa cela betapa sangat sulitnya. Siapa yang akan sanggup menempati posisi seperti ini, siapa yang akan merelakan dirinya berada dalam sebuah suasana pencitraan, untuk memenuhi harapan dahaga masyarakat akan sosok-sosok keteladanan? Menjadi pejuang tanpa kelemahan dan kekurangan, betapa beratnya. Menjadi pahlawan tanpa sedikitpun tercemar oleh cela yang dilakukan oleh dirinya, isteri, anak-anak dan keluarga besarnya, siapa sanggup menempuhnya? Inilah episode kepedihan setiap pahlawan dan pejuang.

Saya berusaha memilih sesuatu yang masuk akal dan sesuai hati nurani. Saya bukan seorang pahlawan, bukan seorang super hero, bukan seorang superman, atau semacam itu. Saya hanyalah seorang anak bangsa yang memiliki teramat sangat banyak kekurangan, kelemahan, keterbatasan dan hal-hal tidak ideal. Dari sudut pandang apapun. Namun saya sangat meyakini bahwa kebaikan besar bermula dari kebaikan-kebaikan kecil. Saya sangat meyakini hal-hal luar biasa bisa bermula dari konsistensi melakukan hal-hal yang biasa.

Terserah orang menyebut apa terhadap hal yang saya lakukan. Saya berjalan pada sebuah keyakinan, pada sebuah arah tujuan. Saya berjalan pada sebuah bingkai cita-cita perubahan, namun saya hanyalah seorang manusia yang penuh keterbatasan. Isteri saya hanyalah seorang perempuan biasa, sangat biasa, yang memiliki sangat banyak kekurangan. Anak-anak saya hanyalah anak-anak yang terlahir dari sejarah pernikahan, dan mereka menjadi dirinya yang tidak bisa dibebani dengan harapan orang atas ayah mereka. Namun dengan segala titik kelemahan dan kekurangan kemanusiaan tersebut, saya selalu berusaha melakukan hal-hal baik yang mampu saya lakukan. Memproduksi kebajikan semaksimal kesanggupan yang ada pada saya.

Tidak bolehkah memiliki pilihan sederhana seperti ini? Haruskah kita memilih menjadi pahlawan tanpa cela, atau sekalian memilih menjadi pecundang yang dicela serta dilaknat seluruh media? Sedih sekali hidup kita, jika terbelenggu oleh “apa kata orang kepada kita”. Sedih sekali, jika hidup kita harus menyesuaikan dengan selera media. Sempit sekali dunia, jika kita harus menjadi sosok-sosok utopis yang diimpikan para pemuja epos kepahlawanan dunia. Hingga orang tidak berani berbuat dan berkata apa-apa, karena takut dilaknat media. Hingga orang takut melakukan upaya perbaikan semampu yang dia bisa, karena takut dicela massa.

Setiap hari berseliweran sms, mengkonfirmasi berita ini dan itu di media massa. Mencela, melaknat, mencaci maki, menghakimi semau sendiri, memastikan keburukan orang, mengimani berita media massa tentang perilaku seseorang. Sms berseliweran tanpa tuan, menghakimi tanpa persidangan, memutuskan tanpa penjelasan, memastikan tanpa pertanyaan, menuduh tanpa kelengkapan persyaratan, membunuh karakter tanpa alasan. Semua orang ketakutan, semua orang gelisah, tiarap, takut dirinya tengah dirilis media. Takut dirinya tengah dibicarakan koran. Takut dirinya menjadi berita utama di sms yang berseliweran setiap detik, setiap kesempatan.

Seakan dunia telah kiamat, saat seseorang pejuang dituduh melakukan kesalahan. Seakan kebaikan telah hilang, saat sosok pahlawan yang diidamkan teropinikan melakukan pelanggaran. Hancur sudah dunia kepahlawanan, habis sudah sejarah para pejuang, tamat sudah riwayat para pembela kebenaran. Hari ini juga semua jiwa telah binasa. Kita menjadi orang yang berlebih-lebihan melihat, menanggapi, mengomentari segala sesuatu. Baru running text, baru rilis koran, baru kilas berita televisi dan cybermedia. Tiba-tiba sms sudah menyebar kemana-mana. Tiba-tiba kepercayaan sudah sirna. Tiba-tiba kehangatan sudah tiada. Berpuluh tahun kita merajutnya. Hilang sesaat begitu saja?

Inilah sisi kepedihan dalam setiap epos kepahlawanan dan kepejuangan. Setiap pahlawan, setiap pejuang selalu dihadapkan kepada kondisi-kondisi kemanusiaan yang sulit dimengerti para pemuja mereka. Media telah menghukum tanpa ampunan. Headline setiap hari. Heboh, bombastis, sinistis. Mematikan hati yang terlalu ciut menerima kritik dan lontaran tajam. Mematikan semangat yang terlampau dingin untuk melakukan berbagai kebajikan. Cita-cita dan tujuan seakan sudah terlupakan oleh opini koran dan berita harian.

Silakan tidur dan berhenti dari kebaikan, maka para setan akan pesta pora merayakan kemenangan. Silakan menyesal menempuh jalan panjang bernama kebajikan, tempuh jalan lain yang lebih menyenangkan pemberitaan. Hanya itukah tujuan kita? Mendapat pujian, mendapat pengakuan, mendapat ucapan selamat dan penghargaan atas kesantunan, kesalehan, kebaikan, kejujuran, dan kebersihan yang ditampilkan? Tidak siap mendengar kritik tajam, caci maki, cemoohan masyarakat dan media massa? Tidak kuat mendengar ledekan, tertawaan, gunjingan, dan kekesalan orang?

Adakah anda rasakan kesedihan yang saya tuliskan? Kesedihan di setiap epos kepahlawanan dan kepejuangan. Kesedihan yang tidak bisa dibagi dengan para pemuja pahlawan. Kesedihan yang harus dikunyah dan dinikmati sendiri oleh setiap orang yang berjuang dalam kebaikan. Jika anda merasakan, saya ajak anda menyublimkan kesedihan itu menjadi sebuah karya nyata, sekecil apapun yang kita bisa.

Menyublimkan kepedihan menjadi amal kebaikan berkelanjutan yang kita lakukan dalam setiap tarikan nafas. Jangan menguapkannya, karena jika diuapkan kesedihan hanya akan hilang namun tidak menghasilkan karya. Ya, anda harus menyublimkan kepedihan ini menjadi sesuatu yang sangat berarti. Menjadi sesuatu yang menyemangati diri. Menjadi sesuatu yang menasihati. Menjadi sesuatu yang bernilai abadi. Menjadi sesuatu yang bernama KONTRIBUSI.

Setiap cemoohan dan ejekan akan menambah kesedihan di hati para pejuang. Setiap ketidakberhasilan akan menggoreskan kegetiran pada dada setiap pejuang. Kesedihan itu harus disublimasi menjadi karya yang berarti. Setiap hari kita telah terbiasa menumpuk kelelahan, kesedihan, kegetiran, kepedihan, dari yang terkecil hingga yang paling dalam. Menyublimkan kegetiran akan mengubahnya menjadi kerja nyata bagi bangsa dan negara. Apa artinya dipuji-puji jika tidak memiliki kontribusi yang berkelanjutan? Apa salahnya dicaci maki jika itu memacu kontribusi yang lebih berarti bagi perbaikan?

Mari bekerja di ladang-ladang amal kita yang sangat luas tanpa batas. Silakan mencela bagi yang hobi mencela. Silakan melaknat bagi yang gemar melakukannya. Silakan berhenti dan menepi bagi yang sudah tidak memiliki kepercayaan lagi. Sekecil apapun langkah kebaikan kita lakukan, pasti tetap menjadi kontribusi yang berarti bagi negeri. Keyakinan ini tak bisa ditawar lagi. Tuhan telah mengumandangkan, hal jaza-ul ihsan illal ihsan. Apakah kita tetap juga tidak memahami?

Kita serahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Mengerti.

Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan 9 April 2011


[Terimakasih kepada ustadz Abdussalam yang telah meminjamkan laptop dan koneksi internetnya di Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan]

*sumber: http://cahyadi-takariawan.web.id/

Monday 11 April 2011

UNDANG-UNDANG NEGERIKU TERCINTA



UNDANG-UNDANG NEGERI INI, NEGERIKU TERCINTA

1. PKS SELALU SALAH


2. JIKA PKS BENAR, KEMBALI KE PASAL 1


“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS al-Maidah [5]: 8)




Friday 8 April 2011

Sampai Kapankah Badai ini???


Ntah sampai kapan Badai ini reda, ntah sampai kapan kapal ini akan terombang ambing dihantam dari berbagai sisi. Seakan jalan yang kita tempuh ini memang tercipta seperti ini, penuh tantangan, rintangan. Mengingat beberapa kisah Rasullullah dan Sahabat di masa awal dakwah, saya mulai berpikir lagi, ternyata ini belum seberapa, ternyata ini hanya bagian kecil dari sebuah perjuangan. Memang sebuah tarbiyah yang luar biasa sehingga para sahabat mampu menjalaninya hingga akhir, baik penyiksaan fisik, pengucilan, fitnah yang bahkan mendera istri Rasullullah, Aisyah . ya ..ini belum seberapa, kami hanya disuruh untuk bersabar dan tetap bekerja.


belum lagi terselesaikan alias masih hangat kasus beberapa Ustadz yang duduk di Parlemen atas pengaduan YS tentang Korupsi, keterlibatan dengan NII, masalah Poligami. sekarang muncul lagi kasus Aggota DPR dari jamaah ini yang sedang menonton situs porno. bagaikan gula semut pun berlomba mengerubuginya, media dan pers menjadikan bahan empuk untuk menjadikan topik utama tanpa mengkonfirmasi terlebih dahulu, beritapun kebanyakan adalah Opini yang dimunculkan bukan fakta. sebelumnya Jamaah ini juga diterpa isu tidak menyedapkan, kasus Ustd Anis Matta yang dituduh sebagai aktor di video porno, kepergian Gubernur sumbar yang nota bene masih kader PKS ke luar negeri saat Bencana Mentawai, Kasus Misbakhun yang terlibat dana Century. benar-benar sudah diset sedemikian rupa. bagi kader mungkin ini tidak terlalu berpengaruh banyak, akan tetapi bagi orang ammah yang tidak mengetahui duduk perkaranya ini sangat mengecewakan mereka.
tetapi setiap kali media melempar isu ini ke publik, setelah itu tidak ada lagi konfirmasi tentang benar tidaknya suatu masalah tersebut. cara-cara keji untuk membunuh karakter seseorang.

di tengah terpaan badai ini sesungguhnya tak berpengaruh bagi kami, terlalu dipikirkan juga terlalu banyak mebuang energi, sebesar apapun badai ini, kami akan tetap bekerja meski media tak sedikitpun melirik kerja kami di masyarakat. terimakasih buat teman-teman pers dan media.
Bekerja untuk Indonesia. " mari kita buktikan suatu saat bangsa ini akan bangga dengan keberadaan kita". Semangat buat kawan2 semua "Harapan itu akan selalu ada" insyaallah.... ^_^. semakin dekatlah denganNYA, mari kita perbaiki kembali ibadah-ibadah wajib dan sunnah kita, kita hanya punya DIA sebagi tempat berharap.

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (3:200)





Sunday 3 April 2011

Membangun Kekuatan Diri


#Tidak ada pilihan lain ,Jika ingin menang jadilah pribadi yang kuat

#Kita tdk akan pernah menjadi pribadi yang kuat jika kita tetap tenggelam dlm ruang gelap ,yakni kelemahan diri

#kita diberi kekuatan untuk memilih& mengambil keputusan, maka tentukanlah langkah kita benar atau salah,bermanfaat atau tidak



#Kekuatan yg dimaksud bknlah trbatas pd kkuatan fisik, mampu mngendalikan hidup juga adalah sebuah kekuatan

#Kkuatan k 3 adalh kekuatan mpengaruhi orang lain, ini pun bisa kita capai stelah kita trlebih dahulu mperbaiki diri kita sndiri.

#Karunia k 4 yg kita miliki adlh kmampuan brkomunikasi dgn orang lain

#Tetaplah kokoh& brpegang kuat pada Islam, komitmen kita adalh salah satu modal kebaikan yang kita miliki

#Bagaimana mungkin kita akan menuai hasil yg baik jika kita tdk mngsah kpercayaan diri. Percayalah tdk ada yg tdk mungkin

(@Almandily_nst on Twitter)

Saturday 2 April 2011

Membuang Sikap Pesimis


Terkadang memang susah untuk membangun rasa Optimis, apalagi kondisi kita berada paling bawah, keberuntungan seakan tak berpihak dengan kita, kondisi tertindas, jadilah kata-kata kita bernada pesimis. Ini tak mungkin, yang itu apalagi. Pesimis merupakan sikap keterkungkungan yang kita buat sendiri, kita membelenggu diri kita sendiri dengan rantai ketidak percayaan. Semakin kita pesimis terhadap sesuatu hal, maka yakinlah semakin jauh kita akan mencapai sebuah kesuksesan.


Masih ingatkah kita ketika para sahabat menyaksikan saat Rasulullah menggali parit sebelum perang Khandak terjadi, ketika Rasulullah memukul batu keluarlah percikan cahaya …” Allohu Akbar, aku akan menerima kunci Negeri Syam. Demi Allah aku melihat bagaimana Istana-Istana Syam yang merah saat ini. “
Mendengar ucapan tersebut Yahudi dan orang-orang munafik mulai mencibir Rasulullah, bagaimana mungkin Islam bisa menguasai syam disini sendiri mereka kelaparan dan akan segera dihabisi oleh Quraisy.
Rasulullah kembali memukul batu tersebut kemudian keluar lagi percikan…” allohu Akbar, Aku akan menerima kunci Persia. Demi Allah aku melihat Istana mereka yang putih sekarang.”
Kembali orang-orang munafik mencibir Rasulullah, “ Muhammad semakin gila, bagaimana mungkin Persia yang begitu kuat mampu dikuasai oleh ummat Islam, bahkan sekarang saja untuk makan mereka kesusahan, musuh mereka mengepung dimana-mana.”
Rasulullah memukul batu itu lagi hingga batu tersebut pecah. “ Allahu Akbar, aku akan menerima kunci Yaman. Demi Allah aku melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku sekarang.”
Meski kata-kata Rasulullah tersebut terdengar konyol di telinga Yahudi dan orang-orang Munafik, ternyata sikap Rasulullah tersebut terjadi setelah beberapa ratus tahun kemudian setelah kata-kata itu beliau ucapkan. Sebuah kata-kata optimis yang menumbuhkan semangat pada diri kaum Muslimin saat itu.
Yakinlah, bahwa rasa pesimis merupakan ketakutan yang berlebihan terhadap suatu kondisi yang tidak kita inginkan, ketakutan kita akan sebuah kegagalan dan itu menunjukkan kurangnya keimanan kita, mulai hilangnya kepercayaan kita bahwa Allah itu ada untuk menolong dan menjaga kita.
Robert sigler menguraikan 10 sikap yang mampu mengikis sikap pesimis dari dalam diri kita
1. Berusaha
Sikap pesimis bukanlah merupakan sikap genetic yang tidak bisa dilepaskan dari diri seseorang. Jika ada kemauan kita untuk terlepas dari sebuah masalah , maka insyaallah kita akan mendapatkan kebebasan itu sendiri.
2. Belajar
Tidak mungkin juga ketika kita menginginkan sesuatu, bercita-cita setinggi langit namun kita tidak ada usaha, kita tidak belajar. Tentukanlah target apa yang akan kita raih dan rinci apa saja jalan yang akan kita tempuh untuk menggapai target tersebut.
3. Berubah
Berubahlah untuk sebuah kebaikan, jangan terlena dan merasa puas pada kondisi yang sudah kita dapatkan sekarang. Apalagi kita nyaman dengan kondisi kita yang berada pada lingkungan dan sikap yang tidak baik. Berhijrahlah menuju sebuah kesuksesan.
4. Yang tersisa
Cobalah lihat potensi apa yang masih tersisa dalam diri kita. Misalnya kita ingin mengambil spesialisasi dalam dunia kedokteran, namun melihat persaingan saat ini yang kurang sehat kita semakin tak percaya diri, sehingga ada yang menyebutkan PPDS itu adalah Putra Putri dokter spesialis karena memang dilapangan kita temukan mereka memiliki peluang lebih besar untuk diterima dibanding kita yang tidak memiliki vertebrae. Sedangkan dari segi ekonomi pun kita bukanlah terlahir dari keluarga kaya raya. Tapi lihatlah potensi yang masih tersisa dalam diri kita, Allah begitu agungnya menganugrahkan kita sebuah Otak yang , kepintaran yang ada pada diri kita meskinya lebih kita syukuri. Lihat saja, bahkan mungkin dahulu kita tidak pernah membayangkan bisa memakai jas putih ini, sekarang tanpa disadari kita sudah menggapainya. Yakinlah dengan pertolonganNYA selagi niat kita untuk sebuah kebaikan.
5. Positif
Biasakanlah untuk berfikiran positif. Janganlah tenggelam dalam pemikiran-pemikiran negative yang akan semakin menjauhkan kita dari kesuksesan. Cobalah memandang setiap permasalhan dari sisi positifnya. Kita terlahir dari keluarga yang kurag mampu, maka jalan inilah mungkin yang Allah berikan kepada kita agar kita lebih keras lagi untuk bekerja meraih sebuah cita-cita.
6. Tenang dan lapang
Bersikaplah tenang dan lapangkanlah dada kita. Jangan pernah berpikiran untuk mundur meski beberapa kali kita sudah mencoba namun tetap menuai kegagalan. Yakinlah, itu merupakan sebuah keberhasilan yang masih tertunda.
7. Reaktif
Berlatihlah untuk memberikan reaksi positif terhadap setiap permasalahan yang kita hadapi. Yakinlah ujian dalam bentuk apapun bisa saja kita arahkan ke arah yang lebih baik.
8. Kemungkinan
Yakinlah bahwa setiap apapun mungkin kita lakukan, tidak ada hal yang tidak mungkin. Lihat saja bagaimana orang bisa pergi ke Bulan, bisa mengelilingi dunia. Si ini yang bukan siapa-siapa bisa menjadi seorang professor, bisa menjadi sukses.
9. Di Balik Hambatan
“maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS.94;5-6). Bahkan dua kali Allah mengulang perkataan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya “ maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain.” (QS.94;7)
10. Janji
Berjanjilah pada diri sendiri untuk selalu menyuplai energy positif, senantiasa mendekatkan diri kepadaNYA, meminta tolong akan segala permasalahan yang kita hadapi.

Pesimis ini merupakan belenggu yang kita ciptakan sendiri, kebebasan yang kita kekang sendiri dengan sikap ketidakpercayaan kita. Maka untuk itu marilah kita berusaha untuk melepaskannya.