Sunday 12 August 2012

Foto2 Buka Puasa di Hitigima Papua







Berbuka & Berbagi Bersama Muslim Hitigima

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Semoga Allah selalu merahmati kita,menetapkan hati-hati kita dalam nikmat Islam dan selalu melapangkan rejekinya untuk kita agar senantiasa selalu bisa berbagi kebahagiaan dengan saudara-saudara kita yang kurang mampu.
Sebelumnya kami dari seluruh panitia dan relawan Bulan Sabit Merah Indonesia di Wamena mengucapkan banyak terimakasih kepada Donatur yang telah menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu saudara-saudara kita Muslim Papua di Wamena, terlebih di bulan Ramadhan ini sangat membantu sekali buat mereka. Disini kami akan melaporkan acara Bakti Sosial berupa pembagian sembako di Air Garam  Sabtu 4 Agustus 2012 dan Berbuka dan Berbagi Masyarakat Muslim Hitigima Minggu 12 Agustus 2012.

1.       Acara Bakti Sosial di Air Garam
Bakti Sosial di Air Garam berupa pembagian Sembako untuk 84 penduduk Muslim yang tinggal disana pada hari Sabtu 4 Agustus 2012, Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia bekerja sama dengan Remaja Mesjid Baitur Rahman Wamena.
No
Keterangan
Masuk
Keluar
1
Dana Sisa Buka Puasa Walesi
4.450.000

2
Pembelian Mie instan 25 kardus

2.100.000
3
Sewa Mobil 1 hari

   600.000

Saldo Akhir
1.750.000


Sumbangan Beras dari Karyawan Bulog di Wamena = 100 Kg

2.       Acara Buka Bersama di Hitigima
Acara dengan Tema “Berbuka dan Berbagi Bersama Masyarakat Muslim Papua di Hitigima” pada hari Minggu 12 Agustus 2012 ditujukan untuk 130 masyarakat Muslim di Hitigima.

Susunan acara
1.       Pembukaan :
a.       Tilawah Al-Qur’an :  Bambang Suharto
b.      Sambutan Ketua Panitia : Kanton Riyadi
2.       Ceramah agama “Istiqomah dalam Islam” : Ustd. Abdul Wahab Salim,S.Sos.Msi
3.       Buka puasa bersama
4.       Shalat Magrib berjamaah
5.       Makan Malam
6.       Pemberian THR buat ibu-ibu Rumah tangga
7.       Pembagian Jilbab
8.       Shalat Isya Berjamaah
9.       Penutupan
Laporan Keuangan
Uang Masuk
No
Keterangan
Pemasukan
1
Saldo Akhir
 1.750.000
2
Dr.Riska Mayasari Siregar
11.000.000
3
Dr.Evitrie Martarita
      300.000

Jumlah
13.050.000

Uang Keluar
No
Keterangan
Jumlah

1
Nasi Kotak
140 kotak
4.200.000
2
Air Mineral Galon
2 Galon
      27.000
3
Air Mineral Gelas
4 dus
   280.000
4
Kue
300 buah
   300.000
5
Syirup Marjan
5 botol
   200.000
6
Timun
5 tumpuk
     50.000
7
Gula Pasir
4 Kg
   100.000
8
Gelas plastic
150 buah
   150.000
9
Sendok Plastik
150 buah
   100.000
10
Sewa Mobil
2
   800.000
11
Bensin
15 liter
   300.000
12
THR untuk IRT
30 orang
3.000.000
13
Pembicara/Ustd

   500.000

Jumlah Total

10.007.000

Saldo akhir : Rp 13.050.000- 10.007.000 = Rp 3.043.000
“Tiga Juta Empat Puluh Tiga Ribu Rupiah”
Kami dari Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia di Wamena dan segenap Panitia mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ;
1.       Dr. Riska Mayasari Siregar
2.       Dr. Evitrie Martarita dan seluruh donatur yang sudah membantu
3.       Ustd. Abdul Wahab Salim,S.Sos.Msi
4.       Ustd. Pembina masyarakat Muslim Hitigima
5.       Panitia
6.       Remaja Mesjid Baitur Rahman
7.   Komandan TNI Walesi dan anggota yang selalu mengawal dan membantu setiap acara-acara yang kami angkatkan.
8.       Semua pihak yang sudah membantu
Semoga Allah selalu memberikan kebaikan untuk kita semua
Wassalamu’alaikum Wr.wb


Sunday 5 August 2012

Foto2 Baksos Air Garam

BAKTI SOSIAL BERSAMA REMAJA MESJID BAITURRAHMAN WAMENA


Sabtu,4 Agustus 2012. Datangnya Ramadhan membawa berkah untuk semua , semangat saling berbagi. Ungkapan syukur yang diekspresikan lewat saling memberi. Di Wamena sendiri Mesjid2 biasanya diramaikan dengan acara buka puasa bersama, selalu ada yang menyediakan bukaan di mesjid2 untuk orang2 yang musyafir dan Muslim lainnya. Tradisi Ramadhan yang sangat bagus sekali.

Hari ini bersama remaja Mesjid Baiturrahman kita mengadakan bakti social berupa pembagian sembako untuk muslim penduduk asli Papua di beberapa lokasi, antara lain di Walesi, Megapura, Hitigima dan Air Garam. Untuk kali ini kita menuju tiga tempat yaitu Megapura,Hitigima dan Air Garam, sedangkan ke walesi sendiri seminggu sebelumnya kita sudah mengadakan buka puasa bersama dan pembagian paket lainnya berupa sarung,baju koko,mukena,alat tulis,buku2 bacaan dan tas sekolah .
Sekitar pukul 12 siang kita akhirnya sampai di Megapura, perkampungan Muslim Papua yang terdekat setelah Walesi dari Wamena. Disini ada sekitar 300an lebih penduduk yang Muslim. Kita menemui ustadz yang tinggal di Mesjid Al-Hijrah di perkampungan tersebut dan menyalurkan bantuan melalui beliau. Menurut ceritanya disinilah pertama kali penduduk asli papua yang memeluk Islam di Wamena karena awalnya para Da’I yang berprofesi sebagai pedagang dari luar Papua pertama kali menetap di Megapura Wamena. Kemudian kita melanjutkan perjalanan kembali menuju lokasi berikutnya di Hitigima, perjalanan sekitar 15 menit dari Megapura dengan menggunakan mobil. Menuju Hitigima masih bisa menggunakan mobil meski melewati beberapa titik longsoran dan jalanan rusak bekas luapan sungai. Di Hitigima ada sekitar 130 penduduk yang memeluk Islam dengan sekitar 38 kepala keluarga. Disini sebentar berbincang dengan kepala sukunya di halaman mesjid Nurul Huda ,kemudian melanjutkan perjalanan lagi menuju Air Garam.
Rombongan akhirnya sampai di Mesjid Air Garam sekitar pukul 1 siang WIT , bertemu dan berbincang dengan pak Husien penduduk asli yang bertugas di mesjid tersebut. Kita shalat dzuhur berjamaah dulu kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke perkampungan penduduk. Mobil hanya bisa sampai disini, selanjutnya kita menempuh perjalanan dengan berjalan kaki menaiki bukit-bukit yang sangat terjal sambil membawa masing2 sembako,. Rangkaian pegunungan tengah Papua ini memang medannya sangat sulit dijangkau. Untuk sampai ke perumahan penduduk kita memerlukan waktu sekitar satu jam dengan kondisi medan yang sangat sulit, jalan yang dilalui merupakan jalan setapak yang merayap menyusuri bebukitan, batu-batu yang tajam, sungai2 kecil, jalan yang becek bekas kubangan babi, kadang harus berjalan melalui pinggiran longsoran yang berukuran hanya untuk satu orang dengan berjalan miring. Kalau terpeleset langsung mask ke dalam jurang puluhan meter. Tapi semangat kami  dan remaja mesjid tetap menyuruh kami untuk berjalan menuju perumahan penduduk dan memberikan langsung sembako ini ke tangan mereka meski tak ayal beberapa orang tersandung dan terpeleset di lumpur-lumpur yang kami lalui. Alhamdulillah , semangat yang luar biasa, akhwat2 pun tidak ada yang menyerah untuk sampai ke perumahan penduduk.
 Rombongan sampai lagi di Mesjid Air Garam jam 4 sore, sembako sudah tersalurkan. Kegembiraan bertemu dengan saudara-saudara seiman juga sudah terpuaskan. Semoga tidak hanya di saat Ramadhan kita berbagi dengan saudara-saudara kita yang kurang mampu, tapi setiap kesempatan yang kita miliki mari memikirkan mereka . siapa lagi yang akan membantu saudara-saudara kita ini kecuali kita , siapa lagi yang akan mengeluarkan mereka dari kebodohan kecuali kita. Salam dari kami Muslim di Pegunungan Tengah Papua untuk saudaraku dimana saja berada. Islam itu Indah kawan

Peresmian Pustu Wanem dan Anyelma Yahukimo

Perjalanan hari ini ke Distrik Kurima untuk peresmian Puskesmas pembantu Wanem dan Anyelma. Distrik Kurima merupakan salah satu dari 51 distrik dari Kabupaten Yahukimo di Pegunungan tengah Papua.Distrik itu semacam istilah lain untuk Kecamatan. Kabupaten dengan Distrik yang paling banyak dan daerah-daerah yang sulit dijangkau. Hampir semua Distrik harus ditempuh dengan perjalanan udara, dan kondisi infrastruktur yang masih minim dan alam bebukitan yang sukar dijangkau. Untuk mencapai Puskesmas-puskesmas di beberapa distrik biasanya kita menggunakan pesawat MAF atau AMA yang dimiliki oleh organisasi Misi . Pesawat2 kecil yang bermuatan sekitar 5 orang atau 8 orang. Menempuh perjalanan dengan berjalan kaki bisa mencapai berhari-hari bahkan minggu baru mencapai pusat kota di wamena atau Jayapura.Kebanyakan dari penduduk lebih memilih berjalan kaki berhari-hari untuk membawa hasil pertanian ke kota dan membeli bahan makanan di kota kemudian kembali lagi ke kampung masing2.
Distrik Kurima merupakan salah satu distrik yang paling dekat dengan Wamena, bisa ditempuh dengan menggunakan jalur transportasi darat berupa angkot hingga mencapai Hitigima, perjalanan sekitar 20 menit dan ongkos 15 ribu sekali jalan. Tidak sampai disitu, kita harus berjalan kaki lagi sekitar 15 menit hingga mencapai pinggir sungai Yetni. Kemudian kita harus menyeberang sungai. Syukur-syukur kalau hari sedang tidak hujan, maka sungai Yetni dengan mudah diseberangi. Akan tetapi jika hari penghujan anak sungai bisa mencapai 3 buah, satu sungai berlumpur hitam kemudian dua sungai lagi dengan beraliran deras, seringkali warga terbawa arus sungai ketika menyeberang sungai Yetni. Setelah menyebrang sungai kita harus menempuh jalan kaki lagi sekitar 20 menit atau naik ojek dengan ongkos 10 ribu baru mencapai Puskesmas Kurima.
Hari sudah mencapai pukul 11 siang ketika sampai di Puskesmas Kurima, perjalanan harus dilanjutkan lagi menuju Pustu  Wanem dan Anyelma yang akan diresmikan. Jalanan yang ditempuh harus mendaki tajam beberapa bukit dengan jalan setapak. Beginilah jalanan yang setiap hari yang harus ditempuh penduduk menuju ke kota untuk sekedar menjual hasil tani dan membeli bahan makanan. Perjalanan sekitar satu jam lebih akhirnya rombongan kita sampai di Pustu Wanem. Masyarakat sudah berkumpul, beberapa umbul2 terpasang menghiasi kampung tersebut.
Wah…wah..wah…. (selamat..selamat..selamat)….*ucapan selamat dan kegembiraan atas kedatangan kita
Beberapa orang bersahutan dengan menggunakan bahasa local. Penyambutan yang sangat ramah sekali. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa kata sambutan dan do’a dari pemuka-pemuka agama dan adat di sana. Beberapa kali ditampilkan pertunjukkan kesenian dengan memakai pakaian adat.
Acara2 seperti ini biasanya juga tidak ketinggalan acara bakar batu, sebuah perayaan adat untuk menggambarkan rasa suka cita dari warga, hasil bumi dikumpulkan, beberapa ekor babi dipotong kemudian dimasak. Karena kebetulan kita yang hadir ada 2 orang dokter Muslim maka warga menyediakan ayam, dan tahu kita lagi puasa mereka membungkusnya untuk dibawa pulang. Keramahan yang sangat berkesan .
Acara berakhir sekitar jam 5 sore. Cuaca sudah sangat dingin. Kita kembali menuju Puskesmas Kurima dan pulang ke Wamena……….