Tuesday 29 January 2013

Anak Kecil Itu


Dia masih cengengesan sambil memandangiku, duduk sambil menggoyangkan kedua kakinya yang tidak sampai menyentuh lantai puskesmas .
“kamu punya obat mana?.” Dia hanya tersenyum memandangiku, tak ada jawaban. Rasanya anak ini baru berobat kemarin, datang kesini bersama kakaknya.
“Hat Hetagesa?.”
“Sonya..” .
“Hukuloak?.”
“Elopore..” jawabnya lagi, tak seperti kebanyakan anak-anak yang datang berobat kesini biasanya ditemani ibunya, dan ketakutan ketika bertemu dokter, takut disuntik. Aku mencari data-datanya di tumpukan rekam medis pasien kemarin, mencari tahu obat apa saja yg sudah diberikan. “SONYA ELOPORE”
“Sonya, kamu punya mama mana?”
“diluar”.jawabnya singkat, ia berusaha menarik ingusnya yang hampir menyentuh bibir.
“panggil sudah…”. Ia kemudian melompat turun dari kursi kayu di depanku,kemudian berlari kecil mencari ibunya, aku sibuk mencari lagi lembaran rekam medisnya, beberapa pasien sedang menunggu di tempat antrian beberapa berceloteh menggunakan bahasa yang tidak ku mengerti,  Aku baru bisa beberapa bahasa penduduk asli disini. Beberapa duduk dilantai puskesmas. Mama-mama dengan nokennya, tas khas Papua yang terbuat dari serat-serat kayu, tapi sekarang kebanyakan sudah terbuat dari benang biasa yang dibeli di pasar. Seorang bapak tanpa pakaian dengan hanya menggunakan Koteka baru saja masuk ke dalam ruangan. Pemandangan ini masih biasa disini. Ketika dulu beberapa foto pernah saya upload di Face book, banyak protes dibilang pornografi. Klo disini gimana caranya kamu protes, memang aslinya mereka seperti itu. Rasanya menjelajahi beberapa abad silam, pergi dengan pintunya Doraemon akhirnya nyampe di Jaman batu. Hanya satu kata …..Emejing ….
Bau di ruangan ini bercampur menjadi satu, itu sudah tak jadi masalah. Hidungku ternyata mudah untuk beradaptasi dengan kondisi disini. Awal kesini dulu saya pernah muntah di angkutan karena bau yang sudah tak tertahan lagi di hidungku, mending bau manusia masih tak jadi masalah, ini babi yang digendong seorang  mama di dekatku ternyata sudah tak kuasa melepas hajatnya di keramaian ini. Astaga, babi ini sungguh tega sekali menyiksaku. Tak apalah, andai kau ku maki, kau hanya tetap seekor babi.
Pernah suatu ketika seorang sejawat berkata , kita di sumatera dan jawa biasanya untuk PHBS kita mengajarkan anak2 dan warga untuk cuci tangan, disini kita masih harus mengajari mereka bagaimana cara mandi.
Sulit memang mengubah suatu kebiasaan , tapi sulit bukan berarti tidak bisa, hanya butuh sedikit kesabaran.
Sebentar dia datang lagi dengan wajah polos khas anak-anak, tersenyum menatapku, ingusnya berpacu menyentuh bibirnya sebelum akhirnya ia kembali berhasil menariknya masuk . Ibunya tersenyum mengikutinya di belakang…
“ Mama, Saya baru kasih obat kemarin.”
“ Aiih..dokter dia makan habis semua obatnya.” Jawab ibunya
“aduuhhh…Sonya kenapa kamu makan habis obatnya semua, dokter bilang kemarin obat makan , ohealegat makeat, likene makeat,homanoke makeat….”.
“ Dia suka obat jadi..” mamanya menimpali
Dia bersembunyi di belakang mamanya
“ eh Sonya kamu duduk sini…”.
“pergi sana, nanti dokter kasih kamu obat.” Bisik mamanya. Pelan-pelan ia menaiki kursi di depanku lagi,ntah ia takut aku marahi
“kenapa kamu makan habis obatnya?.” Hanya senyuman khasnya.
“kamu disuntik saja e..” lanjutku….
“ah..jangan …”jawabnya langsung.
Aku mengisi kembali rekam medisnya, kemudian mengambilkan obat di lemari.
“kamu kemari…”dia mendatangiku, beberapa daun rumput kering menempel di rambutnya yang keriting. Sepertinya dia baru selesai main dilapangan. Anak-anak disini meski  malu-malu ketika bertemu dengan orang yang mereka baru kenal, tapi klo sudah dikasih permen biasanya akan langsung lari mendekat. Klo ini lain dari yang lain, dia sukanya obat.
“kamu punya umur berapa..”
“2 tahun…”
“nanti kamu tidak boleh makan habis semua obatnya, berikan obatnya sama mama”
“makasih dokter…”. Ia kemudian memberikan obatnya sama mamanya
“mama yang simpat obatnya , jangan kasih anak semua.”
“iya dokter”.
Disini jangankan anak-anak, orang dewasa sekalipun kalau kita tidak benar-benar baik menjelaskan, sering salah. Pernah suatu ketika pasien benar-benar makan obatnya satu-satu. Missal obat yang kita kasih 3 macam Paracetamol,Amoxicilin dan CTM. Beberapa hari ini ia menghabiskan dulu Paracetamolnya, kemudian Paracetamol habis baru lanjut makan Amoxicilinya begitu seterusnya kemudian makan CTMnya. Atau ada juga yang tak makan obatnya sama sekali,kemudian datang lagi minta obat karena tidak sembuh…
Tapi inilah Papua dengan segala keunikannya…. I love Papua ^_^