Sunday, 6 April 2014

Bersama anak-anak Ingusan

" bang kita jadi ke Hitigima ngajar ngaji anak-anak? dengar-dengar Wamena lagi tidak aman" sms dari dr.Dewi baru saja masuk di HPku. belum sempat saya balas smsnya kemudian BBM dan SMS dari dr.Ira hampir bernada sama juga masuk " bang, kita minggu depan saja ke Hitigima bang,Kata perawat lagi nggak aman."

" insyallah gak pa pa. kita tawakkal saja, segala sesuatunya Allah yang menentukan insyallah kita tetap berangkat."

terakhirnya saya balas lagi sms mereka. "klo begitu biar abang saja yang berangkat dengan Ghazali ke sana."

saya berpikir kasihan sekali anak-anak disana klo kita gak datang, mereka pasti sudah menunggu, pertemuan sekali seminggu itu adalah hal yang sangat mereka nantikan. ingat wajah-wajah lucu mereka saat melihat kita dengan mata yang berbinar menjadikan semua ketakutan tidak ada artinya.

mengajar anak-anak di Papua adalah niat yang sudah lama ingin saya kerjakan, pernah menawarkan kepada kawan2 tapi tanggapan mereka kurang begitu bersemangat, akhirnya bertemu dengan dr.Ira yang seide.
" ya sudah bang kita jalani saja dulu, biar kita ke sana. nanti klo sudah jalan insyallah kawan-kawan yang lain juga bakal tertarik untuk ikut." katanya menyemangati. memang benar sekarang ada dr.Ghazali dan dr.Dewi yang ikut mengajari anak-anak Papua di perkampungan Hitigima.

sekitar setengah jam perjalanan dengan motor melewati beberapa longsoran dan lumpur di jalanan akibat hujan deras akhirnya kami sampai di Hitigima. beberapa anak-anak sudah menunggu kami di pintu gerbang yang lain ternyata sudah pulang karena mungkin kami yang kelamaan datang, tapi jam ditanganku  masih menunjukkan pukul setengah tiga WIT.

anak-anak ingusan ini ( memang benar-benar ingusnya pada naik turun ^_^). mengerumini saya dan dr.Ghazali di Mesjid. ada yang ingusnya sudah mengering, ada yang bau pesing dan tak satupun yang memakai alas kaki. kaki mereka menebal akibat tak kemana-mana tidak pakai sendal. beberapa anak-anak bergelayut di tanganku, ada yang merapat. ( nih anak-anak pasti mau permen he he he...).
"Ustadz dokter, si Saron tidak datang, dia pemalas."
"dia sakit kah?." tanyaku
"lek, dia pemalas jadi."
"Akbar mana?."
" dong juga pemalas."
"ah tidak boleh malas-malas e."

sesuai rencana hari ini kita mengajarkan anak-anak untuk berwudhu, berhubung air ke Mesjid gak mengalir terpaksa kita harus berjalan ke sungai yang jaraknya sekitar 200 meter untuk belajar Wudhu.
anak-anak berlarian mendahului menuju sungai. Si Dani yang dari tadi mengejar-ngejar si Ali sudah jauh berada di depan kami. si Ali biasanya baru sekedar ikut-ikutan untuk belajar, seringnya tidak fokus karena mengganggu yang lain, wajar saja dia yang paling muda diantara yang lainnya masih sekitar 4 tahun. ingusnya naik turun, hampir jatuh ditariknya lagi kencang-kencang.

Mamanya alif sebagai penanggungjawab Muslim disini mengikuti kami di belakang sesekali ia meneriaki anak-anak yang kejar-kejaran.
tak seperti biasanya beberapa bapak-bapak berseragam berdiri di pinggir jalan yang kami lewati, tertulis "POLICE" di bajunya dan dilengannya seperti lambang bintang david. di dalam kompleks honai banyak orang yang berkumpul. saya perlambat langkah menunggu mamanya Alif.
"Kaka, ada duka kah?.
"ah tidak dok, itu anggota Papua Merdeka, mereka lagi ada perayaan."
"OPM?." tanyaku pelan
"iya dok."
saya sapa bapak-bapak berpakaian seragam tersebut. "sore bapa."
"soreee..." timpal mereka sambil membalas senyumku. padahal sebenarnya agak khawatir juga berjalan melewati kerumunan ini.
" Kaka, Muslimnya tidak pernah diganggukah." tanyaku
"tidak dok."
alhamdulillah kekhawatiran sedikit mulai berkurang, saya susul anak-anak memepercepat langkah menuju sungai.
sebagian yang sudah agak besar-besar dibimbing sama dr.Ghazali, yang masih kecil-kecil saya bimbing.
"Ali, buang ingusnya dulu." susah payah ia berusaha membuangnya, akhirnya saya relakan juga tangan ini untuk membantu membuang ingusnya dari hidungnya.

*bersambung ^_^

No comments:

Post a Comment