Tuesday, 28 May 2013

Balaslah Cacian dengan Kebaikan

"maka  berkat rahmat Allah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertawakkal.".
 
Melihat fenomena komen mengkomen belakangan ini terkadang membuat saya berfikir apa sebenarnya yang dipikirkan orang lain sebelum  menuliskan komennya di kolom komentar, atau sebelum kita berkicau di twitter. banyak sekali hal-hal yang tidak pantas baik secara adat ketimuran kita maupun secara nilai agama yang kita anut. mudah sekali jari jemari kita menuliskan kata-kata bernada makian, cacian, membully, menghakimi orang lain yang kita sendiri belum tentu lebih baik dari yang kita komentari.
sebagai aktivis dakwah pun kita terkadang secara sadar atau tidak sadar kita pun ada yang terikut di dalam lingkaran komen mengkomen itu. cacian kita balas cacian, makian kita balas makian sehingga kalau kita perhatikan garis batas pembeda mana kita yang tertarbiyah dan mana yang tidak sudah sangat tipis. dalih kita membuat sebuah pembelaan terhadap yang kita anggap benar.
saya sendiri sebenarnya ketika membaca kolom komentar di beberapa tulisan sangat sulit sekali menahan diri untuk tidak membalas komentar tersebut, tapi disitu saya berpikir nanti saya jelaskan pun secara baik belum tentu yang komentarnya memaki bisa menerima penjelasan saya, apalagi saya balas dengan makian ya bakal maki- memaki tidak berkesudahan . makanya saya lebih baik memilih diam, atau ketika rasanya saya tidak siap membaca komentar orang lain ya saya cukup baca artikelnya saja. kalau di Twitter cukup saya blok orang-orang yang saya anggap tidak bermanfaat kicauannya, mudahkan.....ngapain repot ^_^.
Syafakah atau sisi lembut dari hati kita harus lebih kita manfaatkan untuk yang bernilai positif agar hasilnya juga positif, sehingga kita bisa menghasilkan nilai-nilai kebaikan untuk orang lain,lebih peka terhadap kesusahan orang lain, lebih menyayangi yang kecil dan menghormati yang lebih tua dari kita. jika kita arahkan sikap lembut kita kepada hal yang negatif maka kita akan mudah tersinggung dengan perkataan orang lain, mudah marah karena memang itu juga syafakah tapi dalam arti yang negatif.
Saya sangat tertarik dengan kisahnya Toyotomi Hideyosi dalam buku "the swordless samurai" seorang pemimpin legendaris Jepang abad ke XVI yang sangat menakjubkan, dengan otaknya yang brilliant ia akhirnya mampu menyatukan Jepang yang kala itu masih dalam kubangan perang antar klan. namun di balik otaknya yang memiliki seribu taktik/siyasat ia memiliki kelembutan hati dan itulah salah satu yang mengantarkan ia akhirnya menjadi salah seorang pemimpin yang disegani .
Coba kita bayangkan seandainya Hideyosi ketika pertama kali bertemu dengan Lord Nobunaga saat menawarkan diri untuk mengabdi pada klan itu langsung sakit hati atau membalas cacian dan kata sinis sang ketua Klan,mungkin saja ia tidak akan bisa mendapatkan posisi di klan itu atau lebih sadisnya lagi saat itu juga ia akan punya badan tanpa kepala.
"Monyet kecil ini mengira ia bisa berguna", komentar Lord Nobunaga saat Hideyosi menawarkan diri
" Ya Tuan, saya yakin itu." Hideyosi menatap hormat dan penuh percaya diri terhadap calon tuannya. singkat cerita akhirnya ia diterima dan di awali dengan menjadi pembawa sandal Lord Nobunaga. setiap hari ia dipanggil monyet oleh Tuannya dengan nada sinis. dengan sikap sabar dan lapang dadanya hingga suatu saat ketika ia menjadi sukarelawan untuk menghadang pasukan Asakura.
" Komando ini milikmu Hideyosi. Jangan kecewakan kami." disitulah Lord Nobunaga memanggilnya bukan dengan panggilan monyet.
dalam banyak peperangan yang dimenangkan Hideyosi pun ia lebih memilih untuk menawarkan untuk bergabung dengan kelompoknya daripada menghabisi langsung musuhnya itu. itulah yang mengantarkan Hideyosi untuk bisa menyatukan Jepang, bisa menundukkan hati orang-orang yang jauh lebih kuat dan ilmu pedangnya tinggi dibanding dia. ya karena kelembutan hatinya, karena kesabarannya.
Bagaimana dengan kita yang memiliki seorang panutan dan pemimpin yang melebihi kehebatan Hideyosi, akhlak mulia Rasullullah sudah tidak lagi kita ragukan, lawan maupun kawan sangat mengagumi akhlak beliau. ingatkah kita ketika Rasulullah dilempari dan dicaci maki penduduk Thaif. Malaikat Jibril mendatangi beliau seraya berkata ‘’Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan (hinaan) kaummu dan penolakan mereka kepadamu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung terhadapmu.’’

‘’Ya Muhammad,’’ sahut malaikat penjaga gunung. ‘’Jika engkau mau supaya aku melipatkan Akhsyabain (dua gunung di Makkahm, yaitu gunung Abi Qubaisy dan gunung yang menghadapnya) ini di atas mereka, niscaya akan aku lakukan.’’ Namun, Rasulullah SAW malah berdoa (tidak ada sedikit pun keinginan untuk membalasnya). Bahkan, aku berharap mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah yang Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun (HR Bukhari Muslim).
 
Dari kisah diatas kita lihat ketika cacian bahkan perlakuan buruk penduduk Thaif, Rasulullah lebih mengedepankan sikap yang baik bahkan mendoakan mereka dibanding membalasnya dengan cacian atau bahkan bisa saja beliau menyetujui tawaran Malaikat penjaga gunung.
banyak lagi kisah beliau yang sungguh luar biasa yang bisa kita teladani, Kisah orang yang selalu meludahi beliau setiap lewat ketika sakit beliau malah menjenguknya dan mendoakannya, kisah Yahudi tua buta yang tiap hari mencaci maki beliau, namun dengan sabar Rasulullah menyuapinya setiap hari dan itu baru disadari ketika Beliau sudah tidak ada... Subahanallah kita memiliki seorang teladan yang sungguh luar biasa.
 
Ketika kita menghadapi orang yang suka mencaci maki dakwah kita, orang-orang yang sangat membenci kita dengan balasan yang baik secara tidak langsung kita sudah mendakwahinya. " begini lho kami diajarkan, begini lho indahnya Islam". bahkan dengan orang Non-Muslim yang membenci kita sekalipun kita harus mengedepankan akhlak yang baik, masa dengan saudara Muslim kita sendiri kita berlaku sangat kasar. cepatnya dakwah Rasulullah berkembang dan diterima ya karena kemuliaan akhlak beliau. 
 
Kita juga harus introspeksi diri apa sebabnya orang lain banyak yang mencaci, banyak yang tidak suka.barangkali kita belum pernah menjelaskan tentang dakwah kita kepada mereka, barangkali dalam sikap kita sehari-hari masih jauh dari materi yang kita dapatkan di lingkaran kecil kita . kita harus senantiasa terus memperbaiki kekurangan diri dan jamaah ini.
 
Tantangan kita untuk hari ini belumlah seberapa dibanding di zaman Nabi dan Sahabat, belumlah apa-apa dibanding saudara-saudara kita di Turki dan Mesir dibawah kepemimpinan yang Zalim, kita baru saja mendapat Fitnah dan cacian belum sampai perlakuan yang menyebabkan kehilangan nyawa. saya yakin ketika kita balas cacian mereka dengan cacian , para Murabbi kita, Para Qiyadah kita tidak akan ada yang setuju dengan tindakan itu. 
berlaku lembutlah kawan,hadapi semua ini dengan hati yang lapang, semoga para pembenci kita dibukakan hatinya dan diberikan hidayah untuk menerima kebaikan.
Saya tutup tulisan ini dengan kisahnya Sahabat Rasulullah Abu bakar  
Seorang laki-laki datang menemui Abu Bakar. lelaki tersebut mencaci maki Abu Bakar salah seorang sahabat nabi yang sangat beliau cintai ini. Rasulullah Salallaahu alaihi wassalam yang saat itu tengah duduk di sampingnya, tampak terheran-heran sambil tersenyum melihat Abu Bakar diam saja.
Namun ketika kata makian semakin banyak Abu Bakar pun meladeninya. Rasulullah bangkit dengan wajah tidak suka dengan sikap Abu Bakar itu. Beliau berdiri dan
Abu Bakar mengikutinya.
“Ya Rasulullah, tadi dia mencaci makiku namun engkau tetap duduk. Tapi ketika kuladeni sebagian kata-katanya, engkau marah dan berdiri. Mengapa demikian ya Rasulullah?” tanya Abu Bakar.
“Sesungguhnya bersamamu ada malaikat, kemudian dia berpaling dari padamu. Ketika engkau meladeni perkataannya, datanglah syaitan dan aku tak sudi duduk bersama syaitan itu,” jawab Rasul. Kemudian beliau meneruskan nasihatnya, “Tidak teraniaya seseorang karena penganiayaan yang ia sabar memikulnya kecuali Allah akan menambahkan kepadanya kemuliaan dan kebesaran.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Kabsyah Al Anmari)
 Wallohualam Bishowab

No comments:

Post a Comment