Friday, 17 June 2011

Bertahan di Dunia Profesi


Terjun di dunia profesi adalah sebuah tantangan baru yang sangat menarik untuk kita cermati bersama, jika kita pandai mengelolanya dengan baik maka dakwah kita akan semakin mudah diterima orang lain dibanding ketika kita mahasiswa yang masih sering dicap anak kemarin sore. akan tetapi dunia profesi juga tidak satu dua orang telah menggugurkan semangat para aktivis dakwah yang tidak bisa menghadapi kondisi yang ada. dunia profesi menghadapkan kita pada realitas yang ada, kita akan berinteraksi dengan berbagai ragam manusia yang bahkan bertolak belakang dengan prinsip kita 180 derajat, berbeda dengan kondisi kampus meski dunia kampus dihadapkan pada berbagai macam corak pemikiran mahasiswa namun disana kita masih banyak saudara -saudara sesama akitivis dakwah yang memiliki ide dan pemikiran yang sama, ingin berkeluh kesah mereka selalu ada, ingin menyejukkan hati dengan tausiah mereka selalu siap untuk kita, sungguh sangat nyaman jika mengingat masa-masa itu. memiliki mereka adalah sebuah nikmat yang luar biasa terutama lebih terasa setelah sekarang ini, setelah dipisahkan jarak dan waktu, menyendiri dan mencoba bertahan untuk bisa terus berpijak di dalam barisan ini. tak sedikit dari kita yang memilih untuk mundur karena kondisi lingkungan yang memaksa kita untuk menanggalkan segala label kita selama ini, berbaur bersama mereka tanpa bisa berbuat apa-apa, atau memilih diam sebagai penonton dan disibukkan dengan urusan profesi kita masing-masing, disibukan dengan urusan beberapa cita-cita yang belum tercapai. tapi yang luar biasa beberapa dari mereka bisa memilih untuk bertahan di dalam kondisi yang meski serba kekurangan, sendiri, banyak tantangan, banyak masalah, tak ada kawan untuk berbagi cerita, tak ada kawan untuk mendengarkan meski sepatah keluh kesah betapa beratnya medan yang dihadapi.....
membaca berbagai macam pengalaman saudara-saudara kita yang berjuang tanpa kenal lelah menambah kembali semangat ini untuk bisa berbuat lebih, kenapa mereka bisa? kenapa dengan kondisi seperti itu mereka tetap bertahan? kenapa saya yang berada dalam fasilitas yang berkecukupan dan hanya duduk di kamar sambil menunggu pasien tak bisa melakukan apapun? sungguh naif jika anda aktivis dakwah dengan jas putih ini tak mampu berbuat lebih.
seorang ustad bercerita tentang perjalanannya bolak-balik mentawai 2 kali sebulan pasca gempa dan tsunami mentawai alhamdulillah akh, sekarang sudah terbentuk beberapa kelompok liqoat ikhwah dan akhwat di sana. padahal kalau dipikir2 Mentawai yang masih rendah taraf pendidikannya akan sulit menerima dakwah kita, akan tetapi semuanya mungkin jika ada kemampuan kita.
membaca beberapa tulisan ustad Cahyadi takirawan tentang perjalanannya ke Papua ke berbagai pelosok negeri ini, seperti merasakan sendiri bagaimana luar biasanya semangat ikhwah2 disana untuk memulai dan merintis dakwah bahkan mulai dari nol hingga sampai mulai berkembang dengan bermunculanya sekolah2 yang dikelola ikhwah, hingga sampai dakwah ini menyentuh anak pribumi disana....
betapa malunya kita yang serba memiliki fasilitas ini perlahan melempem tak bisa berbuat apa-apa, tak bisa lagi berkontribusi untuk dakwah....betapa malunya kita ketika posisi kita memberikan kesempatan luas untuk perkembangan dakwah malah kita tidak memamfaatkan kesempatan itu.... jangan -jangan kebahagiaan kita saat ini, serba kecukupan kita saat ini sebenarnya kita sedang di uji.......cobaan itu ada yang datangnya dalam bentuk kesusahan, namun tak sedikit cobaan dalam bentuk kelapangan lebih membuat kita sering lalai dalam mengingatNYA.

mari membuat diri lebih bermamfaat untuk dakwah!!!

No comments:

Post a Comment