Gangguan tiroid merupakan salah
satu disfungsi hormon yang sering terjadi perioperatif.
Hipertiroid/hipotiroid berdampak
terhadap anestesi.
Prevalensi disfungsi tiroid
meningkat sesuai usia, dan lebih banyak pada wanita.
Diperlukan pemahaman fisiologi
tiroid, kegawatan dan penanganannya dalam menjalankan perawatan maupun tindakan
anestesi
Selama kehamilan terjadi
perubahan fisiologi pada axis HPT :
¡
HCG mirip dengan TSH à merangsang pembentukan T4 dan
T3
¡
Estrogen meningkat à meningkatkan TBG à T4 total meningkat.
¡
Trimester 2 dan 3, plasenta deodinase mengubah
T4 menjadi T3 meningkatkan metabolisme perifer hormon tiroid
¡
Peningkatan eksresi iodine akibat peningkatan GFR, sementara
kebutuhan iodine meningkat.
— Pada
Janin hormon tiroid untuk perkembangan
otak dan somatic.
— Janin
tergantung pada transfer trans-placental T4 dari ibu.
— Fungsi
sintesa tiroid pada janin dimulai pada usia 10 – 12 minggu, dan axis HPT baru
dimulai saat usia 18 minggu berkembang sampai matur saat usia 2 tahun.
— Janin
bergantung pada intake iodium dari ibu melalui plasenta.
Tes Fungsi Tiroid
— Tes
yang dilakukan untuk menilai disfungsi tiroid dapat dibagi menjadi 2:
— Untuk
mengetahui status tiroid:
¡
Mengukur kadar TSH plasma atau serum
¡
Mengukur kadar hormone tiroid T3 dan T4 dalam
plasma atau serum.
— Untuk
mencari penyebab disfungsi tiroid :
¡
Tiroid auto antibody
¡
Serum thyroglobulin
¡
Biopsy tiroid
¡
USG atau scan.
Nilai nornal :
TSH : >0,4-5 mU/L
Total T4 :5,0 – 12,0 μg/dl
Total T3 :5,0 – 12,0 μg/dl
Obat
|
Mekanisme kerja dan efek
|
Indikasi
|
Farmakokinetik, Toksisitas, Interaksi
|
Sediaan Tiroid:
|
Aktifasi reseptor nucleus untuk pembentukan RNA dan sintesa
protein
|
Hipotiroid
|
T4 waktu paruh 7 hari.
T3 waktu paruh 1 hari.
Efek maksimal terapi setelah 6-8 minggu terapi.
Gejala toksisitas seperti pada hipertiroid
|
Antitiroid
Thioamides
|
|
Hipertiroid
|
|
Iodides
|
|
Persiapan untuk operasi tiroidektomi.
|
|
Beta blocker
|
|
Hipertiroid, diberikan untuk mengontrol takikardi,
hipertensi dan AF
|
|
Radioactive iodine 131 I (RAI)
|
Radiasi destruksi parenkim tiroid.
|
|
|
Semua prosedur operasi elektif,
termasuk subtotal thyroidectomy, diusahakan sampai klinis dan pemeriksaan
laboratorium dalam keadaan euthiroid dengan pengobatan. Pasien harus memiliki
nilai normal dari T3 dan T4 , dan tidak boleh takikardia. Obat antitiroid dan antagonis
B-adrenergik tetap diberikan pagi hari sebelum operasi. Pemberian PTU dan
Methimazole terutama sangat penting sebab waktu parohnya lebih pendek. Jika pada
operasi emergency tetap harus dilanjutkan meskipun klinis hipertiroid, kondisi
hyperdinamyc bisa dikontrol dengan titrasi infus esmolol.
Fungsi kardiovaskular dan suhu
tubuh harus tetap dimonitor pada pasien dengan riwayat hipertiroid. Eksoftalmus
akibat penyakit graves meningkatkan resiko abrasi kornea atau ulserasi.
KETAMINE ,indirect agonist
adrenergic dan obat lain yang menstimulasi
saraf simpatis atau antagonis muscarinic
lebih baik dihindari pada pasien dengan atau baru saja dikoreksi hipertiroid
sebab bisa meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Pengobatan yang tidak
tuntas pada pasien hipertiroid bisa menjadi hivopolemik kronik dan rawan
memperburuk hipotensi respon terhadap induksi. Anestesi yang adekuat juga harus
dipertimbangkan, bagaimanapun, sebelum intubasi dengan laringoscop atau
prosedur pembedahan harus dihindari terjadinya takikardi, hipertensi dan
aritmia ventricular.
Thyrotoxicosis berhubungan dengan
peningkatan insiden miopathi dan myasthenia gravis. Oleh karena itu, harus
waspada pemberian neuro muscular blocking agent (NMBs).
Tatalaksana yang penting pada
pasien yang sedang menjalani operasi yang mengalami badai tiroid dengan gejala
:
-
Hyperpirexia
-
Takikardia
-
Perubahan kesadaran ( agitasi, delirium, koma)
-
Hypotensi
Muncul biasanya 6-24 jam setelah
operasi tetapi bisa muncul pada saat operasi. Mirip dengan gejala malignant hyperthermia.
Tapi tidak sama dengan malignant hyperthermia , bagaimanapun badai tiroid tidak
berhubngan denga kekakuan otot, peningkatan serum kreatinin, atau penenada
derajat metabolic ( laktat) dan asidosis respiratorik. Pengobatan termasuk
hydrasi dan mendinginkan, pemberian esmolol infus atau B –blocker intravena
yang lain dengan target HR < 100 x/menit, PTU 250-500 mg tiap 6 jam peroral
atau memalui NGT diikuti pemberian sodium iodide 1 gr/IV tiap 12 jam. Dan koreksi
factor yang menyebakan seperti infeksi. Cortisol 100-200 mg tiap 8 jam
dianjurkan untuk mencegah komplikasi terhadap penekanan kelenjar adrenal. Badai
tyroid merupakan kasus emergency yang harus mendapat tindakan yang agresif dan
monitoring yang ketat.
Thyroidektomi berhubungan dengan
beberapa potensial komplikasi operasi. Muncul kembali laryngeal nerve palsy
yang menyebabkan suara serak ( unilateral ) atau Aphonia dan stridor (
Bilateral ) . fungsi pita suara bisa dievaluasi dengan laringoskope dikjuti
dengan ekstubasi dalam, bagaimana ini jarang terjadi. Kegagalan satu atau kedua
cord harus direintubasi dan eksplorasi kembali luka. Hematoma mungkin sebab
berbahaya karena penyempitan trakea. Sebagian pada pasien dengan trakeomalasia.
Pembedahan hematoma untuk mngurangi jaringan lunak yang membuat leher berubah anaomy airway dan
mungkin menyebabkan kesulitan intubasi. Dengan segera buka luka di leher dan
evakuasi clot, kemudian memperkirakan kemungkinan kebutuhan untuk reintubasi
kembali.
Persiapan preoperative :
-
Obat-obatan tiroid teta diberikan
-
Lugolisasi 10-14 hari menjelang operasi ->10
tetes perhari
-
Pasien emergency -> persiapan singkat Beta
blocker, PTU, kortikosteroid, iodine
-
Periksa dan anamnesa yang baik mengenai gejala ,
gangguan tyroid, cardiorespirasi, comorbid lain dan riwayat pengobatan.
-
Pemeriksaan penunjang -> Laboratorium (
DL,SE,Ca< BUN/SK
B1
|
Hipertiroid à BMR ↑ à ↑VO2 à mudah terjadi desaturasi saat
induksi
Hipotiroid à↓ventilasi à ↑CO2 dan O2↓
(hati-hati dalam penggunaan
opioid dan
sedasi)
Pemeriksaan penunjang : CXR, bila perlu CT scan leher untuk
evaluasi trachea.
|
B2
|
Hipertiroid : evaluasi irama jantung (takikardi, AF,
palpitasi) ,CHF. HR normal à operasi. Emergency àpemberian beta blocker (hati-hati
pada pasien dengan CHF, harus dilakukan titrasi dan monitoring CO)
Pada pasien hipertiroid dapat terjadi dehidrasi (evaluasi
tanda dehidrasi).
Hipotiroid : bradiaritmia, efusi perikard, ↓voltase ECG
Pemeriksaan penunjang : ECG, pertimbangkan untuk
echocardiografi.
|
B3
|
Hipertiroid : warm, moist skin, nervousness, anxiety
(mungkin membutuhkan sedasi)
Hipotiroid : ↓BMR àslow mentation and movement, intoleransi dingin.
|
B4
|
Hipotiroid : gangguan fungsi renal, retensi urine,
oligouri.
Tes BUN dan serum kreatinin
|
B5
|
Hipertiroid : penurunan berat badan, diare ( evaluasi
dehidrasi dan ganguan elektrolit)
Hipotiroid : konstipasi, perdarahan GI, ileus
|
B6
|
Hipertiroid : meningkatnya insiden terjadinya myastenia
gravis (sensitive terhadap muscle relaxan)
Hipotiroid : atralgia dan mialgia
|
Premedikasi
Pada preoperatif dilakukan pemasangan
NGT untuk jalur pemberian obat-obatan bila terjadi kondisi emergency
Hipertiroid :
•
Midazolam 0,025-0,05mg/kg BB iv.
•
Obat-obatan anti tiroid dan beta blocker tetap
diteruskan.
Manajemen Intraoperative
— Persiapan
yang dilakukan berupa :
¡
Persiapan mesin anestesi, persiapan general
anestesi (peralatan intubasi), dan persiapan difficult airway.
¡
Matras yang dapat dihangatkan maupun
didinginkan.
¡
Monitor tensi, ECG, saturasi, dan temperatur
core (rectal)
¡
Pada hipertiroid dilakukan pendinginan ruangan
dan cairan infus, sedangkan pada hipotiroid ruangan dan cairan infuse
dihangatkan.
¡
Obat-obatan emergency.
¡
Pada pasien hipertiroid disiapkan lugol,
PTU 400mg dilarutkan dalam spuit (disiapkan bentuk
serbuk 2 bungkus @ 400mg), Propanolol 20mg dilarutkan dalam spuit (disiapkan
bentuk serbuk 2 bungkus).
¡
Dapat dilakukan regional dan general.
¡
Regional : block plexus cervical bilateral,
epidural cervical.
¡
Pembedahan nonthyroid, Regional anestesi
dilakukan pada kondisi tidak ada tanda-tanda gagal jantung.
¡
Tidak dilakukan penambahan epinefrin pada
obat anestesi lokal mencegah respon sirkulasi
¡
General anestesi dengan intubasi.
¡
Persiapan yang dilakukan termasuk persiapan
penanganan difficult airway.
¡
Succinylcolin tetap menjadi obat pilihan, namun
idealnya digunakan vecuronium sebagai relaksan karena karakteristik cardio-stability
¡
Agen anestesi yang dipakai dapat berupa inhalan
maupun intravena. Pilihan utama adalah
TIVA (propofol).
¡
Pemberian streroid dilakukan intraoperatif untuk
mencegah edema jalan nafas dan mengurangi insiden PONV
¡
Posisi pada saat pembedahan, pasien diganjal
pungggung àHarus
diperhatikan drainase dari pembuluh darah dan melindungi mata.
¡
Dilakukan monitoring respiratory, hemodinamik,
dan temperature (core à
rektal) perioperatif.
Induksi
Induksi
standar pada pasien eutiroid. Bila terdapat airway compromise akibat massa
tiroid, pertimbangkan untuk intubasi awake dengan fiber optic.
Hipertiroid
:
•
obat
induksi pilihan adalah thiopental.
•
Hati-hati saat induksi karena pasien
hipertiroid biasanya mengalami hipovolemi kronis dan vasodilatasi.
•
Pastikan kedalaman anestesi adekuat sebelum
stimulasi dengan laryngoscope untuk mencegah takikardi, hipertensi dan VT.
Maintanance
Eutiroid :Standart
maintenance. Maintain muscle relaxan
Hipertiroid :
•
hindari obat-obatan yang dapat menstimulasi
sistem saraf simpatis.
•
Pemberian NMBA harus berhati-hati karena pasien
dengan tirotoksikosis berhubungan dengan meningkatnya kejadian miopati dan
myasthenia gravis.
•
Hipertiroid tidak meningkatkan kebutuhan agen
anestesi (tidak ada perubahan MAC)
Monitoring : Monitoring fungsi
cardiovascular dan temperature harus dilakukan dengan ketat. Pasang
temperature core (rectal).
Ektubasi Dalam
-> dapat dihindari terjadinya perdarahan dari luka akibat gerakan selama
extubasi, kesulitan untuk evaluasi gerakan pita suara.
Ekstubasi Sadar
baik -> relaksan telah hilang, dilakukan leak test sebelum ekstubasi. smooth
emergence ,blunting
Manajemen Post Operatif
— observasi
di ruang ICU
— monitoring
ketat tanda vital, temperature (core temperature) dan kesadaran
— observasi
terhadap terjadinya komplikasi postoperative
— Managemen
nyeri.
Komplikasi Post
operatif
— Hematom
— Edema
laring
— Lesi
nervus recurrent laryngeus
— Lesi
nervus superior laryngeus
— Tracheomalasia.
— Hipoparatiroid
à hipokalsemi
— Hipotiroid
— Pneumothorax
(pada retrosternal)
— infeksi
Krisis Tiroid
— Krisis
Tiroid (Badai tiroid)
¡
Monitoring durante operasi dapat menunjukkan
tanda :
÷ Demam
(>37,4 C)
÷ TD
naik sistolik > 140 mmHg, diastolic >100mmHg
÷ Takikardi
> 100x/menit ( SVT , AF)
÷ Perubahan
status mental (agitasi, psikosis, koma)
÷ Soda
lime cepat berubah warna, dan rasakan panasnya selalu secara priodik.
— Langkah
penanganan badai tiroid :
¡
Penggantian cairan dan elektrolit.
¡
PTU 400-600 mg per NGT, dilanjutkan tiap 6 jam.
¡
Lugol 1cc per NGT, dilanjutkan tiap 8 jam
¡
Propanolol 20 mg per NGT, diulang 3-4 jam
¡
Dexamethasone 5 mg iv, dulang 6-8 jam
¡
Methyl prednisolon 125 mg iv, diulang tiap 6 jam
¡
Dinginkan tubuh pasien lewat :
÷ Kompres
÷ Infuse
dingin kristaloid
÷ Catheter
spoeling secara periodic 200-300 cc NS dingin diaspirasi setiap 2-3 menit.
No comments:
Post a Comment