Saturday 20 November 2021

Merujuk Pasien dengan Pesawat Kecil di Pedalaman Papua


Perjalanan atau akses ke beberapa wilayah di Pedalaman Papua terutama daerah-daerah pegunungan masih banyak dengan moda transportasi udara. penerbangan dengan pesawat-pesawat kecil melewati celah gunung, lembah, sungai besar dan di atas belantara hutan. sensasi seperti itu cukup membuat adrenalin naik. sedangkan naik pesawat besar saja masih sering perasaan takut datang apalagi pesawat-pesawat kecil yang hanya berpenumpang beberapa orang saja. 
Perjalanan kali ini membawa pasien post Covid-19 yang sudah terpasang ventilator sebulan lebih untuk di rujuk ke rumah sakit Yowari di Sentani-Jayapura, beberapa penerbangan tidak bisa dan tidak ada jadwal keberangkatan saat itu hanya maskapai AMA yang menyanggupi. saat pandemi Covid melanda Wamena dan sekitarnya juga sangat merasakan dampak dari pandemi ini. keterbatasan oksigen, keterbatasan sarana prasarana, obat-obatan yang kurangnya banyak, apalagi merawat pasien-pasien dengan kondisi critical ill seperti ini, rasanya merawat pasien menjadi tidak maksimal. syukur-syukur kalau keluarga masih bisa mendatangkan obat-obat dan alat kekurangan yang lain dari luar kita bisa sedikit lega untuk merawat pasien dengan ventilator, tapi jika keluarga pasien tidak mampu kita tak bisa berbuat banyak dengan hanya mengandalkan apa yang ada. 
alhamdulillah pasien ini sangat disupport penuh dari keluarga dan anak-anak beliau mulai dari kekurangan obat-obatan, nutrisi dan alat dari luar. sangat membantu dalam perawatan sampai kondisi pasien seperti ini yang awalnya masuk dengan saturasi 60 an masih bisa survive dan sudah bisa sesekali dilepas dari ventilator dan sudah memungkinkan untuk dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang lebih baik. Dengan segala kekurangan yang saya miliki sebagai dokter anestesi dan dengan fasilitas yang seperti ini sangat bersyukur sampai sejauh ini dapat merawat pasien tersebut.

Selama perjalanan pasien tetap harus disupport ventilasi dengan baging manual. Oksigen kami bawa 2 tabung, semoga tidak harus mengganti tabung saat di atas pesawat, agak repot juga karena gerak kita dalam pesawat yang terbatas karena pesawatnya kecil. Perajalanan ditempuh sekitar 1 jam Wamena-Sentani alhamdulilah tidak ada kendala yang berarti dan 1 tabung kecil oksigen cukup sampai di bandara sentrani meski setelah sampai langsung harus diganti yang penting mengganti sudah dalam posisi pesawat landing. selama perjalanan juga hemodinamik pasien stabil sampai tiba di rumah sakit rujukan. 
pengalaman pertama merujuk pasien dengan kondisi terintubasi dengan pesawat kecil. 
beharap pandemi ini segera berakhir karena tidak sedikit duka selama pandemi ini, sebagai tenaga kesehatan kita juga lebih memilih untuk merawat pasien non covid ketimbang pasien covid jika disuruh untuk memilih, tapi tak ada opsi itu. baik pasien covid atau non covid semua harus kita layani.
resiko terpapar yang sangat besar, belum lagi repotnya pakai APD dan susahnya melakukan tindakan intubasi, pasang CVC dan tindakan lainnya dalam kondisi memakai APD. belum lagi SDM yang kurang baik dari segi jumlah maupun ilmu, sebagai anestesi kita harus siap dengan kondisi seperti itu. meski tidak semua orang mengerti dengan beban kerja dan tanggungjawab yang kita pikul. merawat pasien OTG dengan pasien gagal nafas ya jelas beda beban kerjanya, tapi ya sudahlah semoga pandemi ini segera berlalu sudah terlalu banyak duka dan air mata baik dari kami tenaga kesehatan maupun keluarga pasien atau bahkan masyarakat yang terdampak covid ini. semoga Tuhan selalu menjaga niat ikhlas kita dalam membantu. 





No comments:

Post a Comment