Dia masih cengengesan sambil
memandangiku, duduk sambil menggoyangkan kedua kakinya yang tidak sampai
menyentuh lantai puskesmas .
“kamu punya obat mana?.” Dia
hanya tersenyum memandangiku, tak ada jawaban. Rasanya anak ini baru berobat
kemarin, datang kesini bersama kakaknya.
“Hat Hetagesa?.”
“Sonya..” .
“Hukuloak?.”
“Elopore..” jawabnya lagi, tak
seperti kebanyakan anak-anak yang datang berobat kesini biasanya ditemani
ibunya, dan ketakutan ketika bertemu dokter, takut disuntik. Aku mencari
data-datanya di tumpukan rekam medis pasien kemarin, mencari tahu obat apa saja
yg sudah diberikan. “SONYA ELOPORE”
“Sonya, kamu punya mama mana?”
“diluar”.jawabnya singkat, ia
berusaha menarik ingusnya yang hampir menyentuh bibir.
“panggil sudah…”. Ia kemudian
melompat turun dari kursi kayu di depanku,kemudian berlari kecil mencari
ibunya, aku sibuk mencari lagi lembaran rekam medisnya, beberapa pasien sedang
menunggu di tempat antrian beberapa berceloteh menggunakan bahasa yang tidak ku
mengerti, Aku baru bisa beberapa bahasa
penduduk asli disini. Beberapa duduk dilantai puskesmas. Mama-mama dengan
nokennya, tas khas Papua yang terbuat dari serat-serat kayu, tapi sekarang
kebanyakan sudah terbuat dari benang biasa yang dibeli di pasar. Seorang bapak
tanpa pakaian dengan hanya menggunakan Koteka baru saja masuk ke dalam ruangan.
Pemandangan ini masih biasa disini. Ketika dulu beberapa foto pernah saya
upload di Face book, banyak protes dibilang pornografi. Klo disini gimana
caranya kamu protes, memang aslinya mereka seperti itu. Rasanya menjelajahi
beberapa abad silam, pergi dengan pintunya Doraemon akhirnya nyampe di Jaman
batu. Hanya satu kata …..Emejing ….
Bau di ruangan ini bercampur
menjadi satu, itu sudah tak jadi masalah. Hidungku ternyata mudah untuk
beradaptasi dengan kondisi disini. Awal kesini dulu saya pernah muntah di
angkutan karena bau yang sudah tak tertahan lagi di hidungku, mending bau
manusia masih tak jadi masalah, ini babi yang digendong seorang mama di dekatku ternyata sudah tak kuasa
melepas hajatnya di keramaian ini. Astaga, babi ini sungguh tega sekali
menyiksaku. Tak apalah, andai kau ku maki, kau hanya tetap seekor babi.
Pernah suatu ketika seorang
sejawat berkata , kita di sumatera dan jawa biasanya untuk PHBS kita
mengajarkan anak2 dan warga untuk cuci tangan, disini kita masih harus
mengajari mereka bagaimana cara mandi.
Sulit memang mengubah suatu
kebiasaan , tapi sulit bukan berarti tidak bisa, hanya butuh sedikit kesabaran.
Sebentar dia datang lagi dengan
wajah polos khas anak-anak, tersenyum menatapku, ingusnya berpacu menyentuh
bibirnya sebelum akhirnya ia kembali berhasil menariknya masuk . Ibunya
tersenyum mengikutinya di belakang…
“ Mama, Saya baru kasih obat
kemarin.”
“ Aiih..dokter dia makan habis
semua obatnya.” Jawab ibunya
“aduuhhh…Sonya kenapa kamu makan
habis obatnya semua, dokter bilang kemarin obat makan , ohealegat makeat,
likene makeat,homanoke makeat….”.
“ Dia suka obat jadi..” mamanya
menimpali
Dia bersembunyi di belakang
mamanya
“ eh Sonya kamu duduk sini…”.
“pergi sana, nanti dokter kasih
kamu obat.” Bisik mamanya. Pelan-pelan ia menaiki kursi di depanku lagi,ntah ia
takut aku marahi
“kenapa kamu makan habis
obatnya?.” Hanya senyuman khasnya.
“kamu disuntik saja e..”
lanjutku….
“ah..jangan …”jawabnya langsung.
Aku mengisi kembali rekam
medisnya, kemudian mengambilkan obat di lemari.
“kamu kemari…”dia mendatangiku,
beberapa daun rumput kering menempel di rambutnya yang keriting. Sepertinya dia
baru selesai main dilapangan. Anak-anak disini meski malu-malu ketika bertemu dengan orang yang
mereka baru kenal, tapi klo sudah dikasih permen biasanya akan langsung lari
mendekat. Klo ini lain dari yang lain, dia sukanya obat.
“kamu punya umur berapa..”
“2 tahun…”
“nanti kamu tidak boleh makan
habis semua obatnya, berikan obatnya sama mama”
“makasih dokter…”. Ia kemudian
memberikan obatnya sama mamanya
“mama yang simpat obatnya ,
jangan kasih anak semua.”
“iya dokter”.
Disini jangankan anak-anak, orang
dewasa sekalipun kalau kita tidak benar-benar baik menjelaskan, sering salah.
Pernah suatu ketika pasien benar-benar makan obatnya satu-satu. Missal obat
yang kita kasih 3 macam Paracetamol,Amoxicilin dan CTM. Beberapa hari ini ia
menghabiskan dulu Paracetamolnya, kemudian Paracetamol habis baru lanjut makan
Amoxicilinya begitu seterusnya kemudian makan CTMnya. Atau ada juga yang tak
makan obatnya sama sekali,kemudian datang lagi minta obat karena tidak sembuh…
Tapi inilah Papua dengan segala
keunikannya…. I love Papua ^_^
suka melihat blog ini sudah update lagi. Hmm...jadi makin kepingin ke papua melihat keunikan dan kekayaan Indonesia :)
ReplyDelete