Wednesday 24 April 2013

Di Tengah Non-Muslim Saya Belajar Menjadi Muslim

Slmat Pagi Papua, selamat Pagi Indonesia tercinta!!!
“Masak apa kita hari ini? Sebentar lagi
kawan-kawan pulang dari Gereja.”
Inilah aktivitas kita hari minggu ketika kawan2 beragama Kristen beribadah ke gereja. Kawan-kawan biasanya berangkat jam 9 WIT dan pulang sekitar jam 12. Sebaliknya seperti itu juga ketika kami yang Muslim beribadah hari Jum’at, pokoknya pulang dari shalat jum’at makanan sudah terhidang.
Kita tinggal dalam 1 rumah ada 13 orang, 4 diantaranya kami Muslim dan kawan-kawan yang lain beragama Kristen. Kondisi seperti ini harus membuat kita berjiwa besar, menerima perbedaan. Apalagi 13 orang ini selain beda Agama, kita beda suku, beda tempat asal, beda Universitas lulusan. Ya klo kita menunjukkan ego masing-masing, yakinlah seminggu aja pasti pada bubar.
Dari awal kita sudah sama-sama punya komitmen untuk saling menghargai, klo masalah prinsip itu wilayah masing-masing jangan diganggu. Jadi kalau datang ke rumah jangan heran kalau menemukan di ruang depan ada yang tilawah, di ruang tengah ada yang baca Al-Kitab/Injil, ada yg bawain lagu-lagu rohani gereja, ada yang memutar Nasyid. Kawan-kawan juga sangat toleran makanan apa yang boleh dan yang gak boleh kami makan. Malah ketika acara buka puasa bersama di pesantren anak-anak Papua kawan-kawan juga bantu menyiapkan konsumsi, bantu kasih dana. Masalah niat itu tergantung masing-masingkan, yang tau hanya kita dan Tuhan.
Kebersamaan ini membuat wawasan saya lebih terbuka bagaimana memandang kawan-kawan yang Non-Muslim, bagaimana saya harus bersikap, saya banyak belajar dari mereka. Terkadang kita saling diskusi menanyakan ini itu kepada mereka, mereka juga bertanya kenapa muslim harus seperti ini, kenapa harus seperti, apa beda NU sama Muhammadiyah. Selama ini saya pikir konflik dan permasalahan banyak terjadi karena kita memang tidak mau tau dengan apa yang orang lain yakini, kita memaksakan sesuatu yang kita yakini kebenarannya kepada orang lain. Ya gak bisalah, sama juga seperti kita ketika orang lain memaksakan apa yang dia yakini benar kepada kita.
Salah seorang kawan bercerita dia punya tetangga muslim kalau datang bertamu ke rumahnya pasti gak mau minum air yang di sediakan, atau kalau ada acara pasti dia membawa makanan atau minuman sendiri, seakan dia jijik dengan kami,kata beliau.
Seperti ini kah akhlak yang dicontohkan Rasulullah untuk kita?seperti inikah seorang Muslim memperlakukan tetangganya. Jangankan menjadi simpatik orang pasti akan langsung antipati karena kita sudah membuat jurang pemisah terlebih dahulu.
Jadi teringat ketika Murabbi saya membacakan ayat ini
“Dan jika diantara kaum Musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar ia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. (demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS 9:6)
“ Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu.sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS 60:8)

Ikhwahfillah jangan karena sikap kita selama ini membuat Islam itu dimata yang lain jadi serem, islam itu begitu indah mengatur semuanya termasuk masalah hubungan kita dengan yang di luar Islam. Malah terkadang jangankan kepada yang Non-Muslim hubungan kita kepada yang sesama Muslim aja berantakan, mudahnya mengkafirkan, membid’ahkan, menuduh penyembah kotak suara, anjing-anjing demokrasi. Luar biasa nama-nama yang kita sematkan dengan orang-orang yang diluar kelompok/harakah kita.
Saat yang lain masih teriak-teriak isu toleransi, ya kita sudah praktekkan itu bisa dan bukan hal yang tidak mungkin. Papua ini banyak mengajarkan untuk saya bagaimana itu menghargai orang lain, menghargai keyakinannya. Salam rindu buat kawan-kawan semua, kebersamaan yang tak kan bias dilupakan begitu saja. Bg Agus, Nina,Putra,Harapan,Mita.Rizka,Sespri,Deny,Darius dan adek2 yg lain ….sukses buat semua ^_^

4 comments:

  1. Hanya bisa membayangkan tidak mudahnya hidup ditengah perbedaan agama, suku dan adat istiadat. Semoga istiqamah yan mas

    ReplyDelete
  2. Betul sekali, saya juga sangat merasakan akibatnya. Allah menciptakan sesuatu yg indah tapi beberapa umatnya menafsirkan amanahnya dengan terlalu ekstrem

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju mas, seharusnya kita mencontoh akhlak Rasulullah

      Delete