“Masak apa kita hari ini? Sebentar lagi
kawan-kawan pulang dari Gereja.”
Inilah aktivitas kita hari minggu
ketika kawan2 beragama Kristen beribadah ke gereja. Kawan-kawan biasanya
berangkat jam 9 WIT dan pulang sekitar jam 12. Sebaliknya seperti itu juga
ketika kami yang Muslim beribadah hari Jum’at, pokoknya pulang dari shalat jum’at
makanan sudah terhidang.
Kita tinggal dalam 1 rumah ada 13
orang, 4 diantaranya kami Muslim dan kawan-kawan yang lain beragama Kristen. Kondisi
seperti ini harus membuat kita berjiwa besar, menerima perbedaan. Apalagi 13
orang ini selain beda Agama, kita beda suku, beda tempat asal, beda Universitas
lulusan. Ya klo kita menunjukkan ego masing-masing, yakinlah seminggu aja pasti
pada bubar.
Dari awal kita sudah sama-sama
punya komitmen untuk saling menghargai, klo masalah prinsip itu wilayah
masing-masing jangan diganggu. Jadi kalau datang ke rumah jangan heran kalau
menemukan di ruang depan ada yang tilawah, di ruang tengah ada yang baca
Al-Kitab/Injil, ada yg bawain lagu-lagu rohani gereja, ada yang memutar Nasyid.
Kawan-kawan juga sangat toleran makanan apa yang boleh dan yang gak boleh kami
makan. Malah ketika acara buka puasa bersama di pesantren anak-anak Papua
kawan-kawan juga bantu menyiapkan konsumsi, bantu kasih dana. Masalah niat itu
tergantung masing-masingkan, yang tau hanya kita dan Tuhan.
Kebersamaan ini membuat wawasan
saya lebih terbuka bagaimana memandang kawan-kawan yang Non-Muslim, bagaimana
saya harus bersikap, saya banyak belajar dari mereka. Terkadang kita saling
diskusi menanyakan ini itu kepada mereka, mereka juga bertanya kenapa muslim
harus seperti ini, kenapa harus seperti, apa beda NU sama Muhammadiyah. Selama ini
saya pikir konflik dan permasalahan banyak terjadi karena kita memang tidak mau
tau dengan apa yang orang lain yakini, kita memaksakan sesuatu yang kita yakini
kebenarannya kepada orang lain. Ya gak bisalah, sama juga seperti kita ketika
orang lain memaksakan apa yang dia yakini benar kepada kita.
Salah seorang kawan bercerita dia
punya tetangga muslim kalau datang bertamu ke rumahnya pasti gak mau minum air
yang di sediakan, atau kalau ada acara pasti dia membawa makanan atau minuman
sendiri, seakan dia jijik dengan kami,kata beliau.
Seperti ini kah akhlak yang
dicontohkan Rasulullah untuk kita?seperti inikah seorang Muslim memperlakukan
tetangganya. Jangankan menjadi simpatik orang pasti akan langsung antipati karena
kita sudah membuat jurang pemisah terlebih dahulu.
Jadi teringat ketika Murabbi saya
membacakan ayat ini
“Dan jika diantara kaum Musyrikin
ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar ia dapat
mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya.
(demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS 9:6)
“ Allah tidak melarang kamu
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam
urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu.sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS 60:8)
Ikhwahfillah jangan karena sikap
kita selama ini membuat Islam itu dimata yang lain jadi serem, islam itu begitu
indah mengatur semuanya termasuk masalah hubungan kita dengan yang di luar
Islam. Malah terkadang jangankan kepada yang Non-Muslim hubungan kita kepada
yang sesama Muslim aja berantakan, mudahnya mengkafirkan, membid’ahkan, menuduh
penyembah kotak suara, anjing-anjing demokrasi. Luar biasa nama-nama yang kita
sematkan dengan orang-orang yang diluar kelompok/harakah kita.
Saat yang lain masih
teriak-teriak isu toleransi, ya kita sudah praktekkan itu bisa dan bukan hal
yang tidak mungkin. Papua ini banyak mengajarkan untuk saya bagaimana itu
menghargai orang lain, menghargai keyakinannya. Salam rindu buat kawan-kawan
semua, kebersamaan yang tak kan bias dilupakan begitu saja. Bg Agus,
Nina,Putra,Harapan,Mita.Rizka,Sespri,Deny,Darius dan adek2 yg lain ….sukses buat semua ^_^
Hanya bisa membayangkan tidak mudahnya hidup ditengah perbedaan agama, suku dan adat istiadat. Semoga istiqamah yan mas
ReplyDeleteamin. trmksh
ReplyDeleteBetul sekali, saya juga sangat merasakan akibatnya. Allah menciptakan sesuatu yg indah tapi beberapa umatnya menafsirkan amanahnya dengan terlalu ekstrem
ReplyDeletesetuju mas, seharusnya kita mencontoh akhlak Rasulullah
Delete