Kembali kita membahas
tentang tradisi bakar batu, tradisi bakar batu ini merupakan ungkapan
rasa syukur dari masyarakat ketika ada momen-memen tertentu misalnya
untuk merayakan kemenangan dalam peperangan antar suku, pernikahan,
kematian, peresmian gedung pemerintahan dll.
Pada acara bakar batu
masyarakat biasanya membawa hasil bumi berupa ubi jalar (Hipere),
sayur-sayuran dan beberapa ekor Babi (Wam) dan ayam. Awalnya kayu bakar
akan ditumpuk kemudian diatasnya akan diletakkan batu mulai dari ukuran
kepalan tangan sampai batu seukuran kepala. Kemudian akan ditutupi lagi
dengan kayu bakar, selanjutnya akan dibakar sampai kayu bakar habis dan
batu dipastikan sudah sangat panas. Bersamaan dengan itu sebuah lobang
besar akan digali, ini nanti berfungsi sebagai tempat memasak. Beberapa
warga membersihkan Ubi jalar, sayur2an . sedangkan Babi dan ayam
biasanya bukan disembelih tapi dipanah tepat di daerah jantungnya.
Batu yang sudah panas
akan disusun satu lapis di dasar lubang yang sudah digali biasanya
dipakai batu-batu yang berkuran besar kemudian ditutup dengan
rumput-rumput, di atas rumput tersebut akan disusun ubi jalar dan
sayur-sayuran yang sudah diberikan bumbu, setelah itu akan ditutupi lagi
dengan selapis rumput dan diatas rumput akan disusun lagi batu-batu
yang sudah dipanaskan/dibakar,kemudian akan ditutup lagi dengan rumput
dan diatasnya akan diletakkan Babi yang sudah dikeluarkan isi perutnya
dan sudah dibersihkan. Kemudian ditutup lagi dengan rumput kemudian akan
diikat agar panas uapnya tidak keluar. Berhubung saya Muslim maka
dibuat satu lagi lubang untuk memasak ayam, proses memasaknya juga sama
dengan bakar batu untuk babi tadi. Syukurlah tidak ada masalah dengan
saya tidak mau makan Babi dan makanan yang bercampur dengan babi, mereka
sangat menghargai perbedaan dan menghormati keyakinan saya. Dulu saat
baru nyampe di Papua ada yang cerita kalau kita dijamu makan, apapun
makanannya harus kita makan termasuk babi sekalipun, klo gak kita makan
bisa-bisa kita dipanah sama masyarakat karena itu akan menghina mereka.
Ternyata itu hanya cerita yang gak benar. Tak ada cerita seperti itu,
masyarakat sangat menghargai keberadaan kita dan memang pada dasarnya
masyarakat Papua itu baik. Jadi dimanapun kita berada keyakinan dan
prinsip yang kita yakini ya harus kita pegang kuat, tinggal masalah
komunikasi kita saja dengan masyarakat.
Setelah semua bahan
dimasukkan dan dibalut dengan rumput akan ditunggu sekitar 2-3 jam
sampai matang.uap panas dari batu inilah yang nantinya yang akan membuat
makanan menjadi matang. Sewaktu menunggu makanan masak acara
selanjutnya adalah seromonial berupa kata sambutan dari tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh adat,tokoh gereja dan juga nyanyi-nyanyian pujian yang
dibawakan oleh masyarakat.
Setelah acara
seremonial selesai dan makananpun sudah matang saatnya untuk makan .
Makanan dibagikan kepada masyarakat yang sudah menunggu membuat
kelompok2 kecil, kemudian selanjutnya akan disantap bersama.
Masih banyak lagi kearifan local pada masyarakat suku-suku di pegunungan tengah Papua yang perlu kita jaga bersama.
Terimakasih Akhi atas info menarik dari tanah Papua. Mohon izin psting ulang di http://yusufzulkarnain.blogspot.com/2013/05/pesta-bakar-batu-kisah-dokter-ptt-di.html dan mohon maaf jika ada sesuatu yang sekiranya tidak berkenan di hati.
ReplyDeletesama-sama akhi, silahkan dengan senang hati berbagi
ReplyDelete