Wednesday 10 June 2015

Pak presiden dan Jajaran, Fokus saja masalah Ekonomi

Isu Agama memang mungkin adalah yang paling mudah untuk digoreng di Negara manapun, tak terkecuali di negeri kita tercinta ini. Terkadang saya sudah mulai bosan dengan berita-berita yang berseliweran di media sosial. Ntah itu beritanya benar atau hoax atau sedikit pelintiran, tapi jelas akan sangat merusak kerukunan ummat beragama di Negeri ini. 
Sengajakah situasi dibuat seperti ini oleh pemerintah untuk mengalihkan isu kenaikan BBM? rupiah yang semakin melemah? Aset2 Negara yang semakin dikuasai asing? . Ah entahlah, yang jelas negeri ini semakin amburadul.
kita mulai dari Isu pemimpin DKI Jakarta yang nota benenya seorang Non Muslim. So what? Dia terpilih secara demokratis, kenapa ketika pilkada yang lalu ummat Islam gak habis2an mengusung pemimpin yang Muslim, kenapa baru kebakaran jenggot sekatang setelah ia naik jadi Gubernur, nikmati saja bagi anda yang setuju dengan demokrasi. Bagi anda yang anti demokrasi, jelas2 ini negara demokrasi kenapa anda ngotot khilafah? Turun ke jalan teriak2 demokrasi sesat nggak akan ada gunanya, mana ada yang peduli dengan teriakan anda. Noh duduk di Parlemen sana ganti undang2nya dengan hukum2 yang anda yakini benar.
terus masalah ngaji yang berisik dari speaker2 mesjid, imbauan menghormati yang nggak Puasa, ibu2 berjilbab yang kena HIV. seakan akan semua jajaran mentri ngomongin agama. Kenapa gak fokus saja dengan rupiah yang semakin hancur.
begini, saya punya banyak teman2 Non Muslim, ada Kristen, Hindu dan Budha. Bahkan 3 tahun saya tinggal dan bekerja bersama orang2 yang mayoritas Kristen. Gak ada masalah, sebagai minoritas saya tau diri untuk tidak menuntut banyak dan sebagai mayoritas mereka juga menghormati apa yang saya yakini. 
Sewaktu PTT kami serumah dengan 8 beragama Kristen dan kami 4 orang Muslim, setiap jum'at mereka yang akan menghandle semua pekerjan di rumah sampai memasak, pulang jumatan semua sudah selesai, masakan sudah terhidang, begitu juga hari minggu gantian kami yang menghandle pekerjaan rumah ketika kawan2 pergi ke Gereja. Di rumah itu bukan hal yang aneh ketika mendapati ada yang tilawah dan ada yang baca Injil atau nyanyi rohani.
sering saya shalat di Mesjid ditunggu sama teman yang Kristen sampai selesai, begitu juga saat ada yang mau ke Gereja butuh tumpangan saya antar. Toh gak mungkin saya maksa dia ke Mesjid atau dia maksa saya ke Gereja.
diacara2 teman2 yang kristen mereka berdoa pakai cara kristen ya wajar mereka lebih banyak, kita juga ketika di daerah mayoritas Muslim biasanya seperti itu juga pakai berdoa dengan cara Islam. Gak ada masalah asal jangan ikutan berdoa dengan cara mereka. 
Masalah makan, ketika saya bilang jangan pernah bawa babi atau yang haram ke rumah teman2 Kristen menghargai, gak ada mereka bawa ke rumah. Klo kepengen mereka akan makan di luar.
ketika saya puasa mereka menghargai saat saya bilang saya puasa. Makanan di acara2 itupun akan mereka bungkuskan untuk dibawa pulang. 
Saat di rumah teman yang Kristen , ketika saya mau shalat dia sediakan kain yang bersih untuk saya gunakan sebagai sajadah dan saya shalat mereka gak ada hang menghalangi saya. jadi gak ada masalah.
akan tetapi memang oknum 1 atau beberapa orang memang ada yang diskriminatif tapi itu bagian kecil tidak semua beroikiran seperti itu. Sama juga ketika di daerah kita yang mayoritas Muslim, 1 atau beberapa orang pasti ada yang berprilaku diskriminatif tapi itu bukanlah ajaran yang dicontohkan Rasulullah.
Rasulullah sangat baik kepada tetangganya yang Yahudi maupun Nasrani, tidak pernah beliau menganggu meraka bahkan dengan perkataannya sekalipun. 
belajarlah jadi mayoritas dan belajarlah jadi minoritas dan belajarlah kalau di Negeri ini kita bukan satu suku, bukan satu agama, bukan satu bahasa, kita hidup dalam keberagaman.
jadi sebaiknya janganlah masalah agama yang sebenarnya tidak perlu membesar menjadi diperbesar oleh komentar2 bapak2 pejabat kita. Fokus saja dengan ekonomi kita yang semakin morat marit, semakin banyaknya pengangguran. 

Bukan setahun atau 2 tahun kita hidup berdampingan di Negeri ini, kenapa sekarang ini jadi kacau balau kayak gini. 

Salam Damai

No comments:

Post a Comment