Tuesday 8 June 2010

MANUSIA-MANUSIA LANGIT

Siang itu, matahari tepat di arah jam 12 , bayangkan seperti apa suhu kota Padang saat itu, negeri gonjong limo ini benar-benar cukup panas, waktu yang tepat untuk menyuruh orang tak keluar rumah dan memilih di kamar dengan tiupan kipas angin atau memilih bersantai di ruang ber AC, wajar karena kota ini tepat di lintasan garis khatulistiwa. Biasanya saya pun lebih memilih untuk bersantai di kamar saat-saat seperti ini dengan ditemani segelas teh es yang begitu nimat, tapi tidak untuk kali ini saya harus ke pasar mencari buku buat bahan tutorial hari kamis depan, apa boleh buat saya harus pergi juga karena sampai hari ini bahanku belum ada. System PBL di kedokteran ini benar-benar membuatku harus ke sana kemari cari bahan buat didiskusikan nanti. Capek deh……!!!!

Dengan sedikit malas aku turun dari angkot biru jurusan jati-pasar raya tepat di depan sari anggrek, sebuah mini market sekaligus toko buku yang berada di lantai duanya, di banding Medan ibu kota kelahiranku toko buku ini masih terbilang kecil dan buku-buku yang tersedia juga tidak terlalu lengkap, tapi untuk kota padang lumayanlah setelah toko buku Gramedia. Klo milih ke Gramedia perlu jalan lagi beberapa puluh meter, jarak yang sangat jauh saat siang-siang begini di banding kalo kita milih di sari anggrek karena angkot tepat berhenti di depan toko buku itu . Langsung teriknya mentari di siang ini menyapaku sedikit ku coba menepis sentuhannya di wajahku dengan sebelah tangan , sebenarnya tak terlalu membantu, tapi lumayanlah minimal wajahku tidak gosong. Sebenarnya di tasku sih ada payung, tapi gengsi donk soalnya di sini cowok nggak biasa pakai payung klo panas, ntar dikirain ada selebriti yang lewat lagi. …panas itu semakin menjadi sehingga dengan sendirinya memaksaku untuk segera bergegas menuju toko buku. Namun belum sempat kakiku melangkah masuk, aku tertahan di depan pintu masuk. Ternyata ada dua makhluk aneh sedang duduk bersama pengemis tua di trotoar jalan. Aku sih nyebut mereka makhluk aneh ya karena mereka memang benar-benar aneh, makhluk langka, makhluk unik apalagi dengan suasana pasar yang menampilkan pameran dosa, aurat tersingkap di mana-mana dan jadilah mereka manusia-manusia aneh di pasar ini.

Penasaran neh ! lagi ngapain ya? Siang-siang begini dua akhwat duduk bareng ama pengemis tua di trotoar itu. Klo pengemis yang satu itu wajahnya sudah tak asing lagi di benakku, dia memang biasanya mangkal di sini dengan membawa sebuah tongkat dan sebuah kaleng plastic bekas cat tembok buat tempat uang yang ia peroleh,.dari kondisinya seh pengemis yang satu ini benar-benar agak kumal, kadang ia tanpa baju dan hanya mengenakan kain sarung yang sebatas lutut dan itu juga ada robekan di mana-mana. Dan yang paling membuatku agak mual adalah kakinya yang di kerubungi ama lalat-lalat hijau, mungkin sih kakinya itu dah berulat karena infeksi itu di biarkan begitu saja. Pokoknya kondisinya menyeramkan bangat, apalagi buat saya yang baru tahun satu saat itu di kedokteran.

Aku memperlambat langkahku berharap tahu apa yang sedang dikerjakan dua makhluk aneh itu di bawah terik-terik begini, mudah-mudahan saja saya mengenal kedua wajah ini karena klo dari sekedar wajah kebanyakan akhwat-akhwat kedokteran saya kenal. Sesekali ujung jilbab itu tertiup angin dan sebetar bermain dengan ujung jilbab yang melambai kemudian berhenti lagi, pemandangan yang membuat orang yang lewat semakin penasaran. Akhirnya saya sampai juga tepat sejajar dengan mereka sehingga saya benar-benar jelas melihat apa yang mereka kerjakan yang jelasnya sepertinya memang mereka bukan mahasiswa kedokteran unand. “ subahanallah “ spontan dengan perlahan kata-kata itu keluar dari kedua bibirku yang mulai mengering. Saya tidak terlalu lama memperhatikan pemandangan unik itu, saya terus melanjutkan langkahku dan mengurungkan niatku untuk ke toko buku, aku memilih untuk pulang ke wisma. Selama perjalanan pemandangan itu terus berkelebat. Yang berjilbab putih sibuk dengan kapas ditangannya sambil membersihkan tempat infeksi dan makhluk aneh yang satunya lagi sibuk menyiramkan sesuatu ke lukanya.

Tiap tetesan cairan itu seakan menyapaku dengan sinis “ mana ilmu kedokteranmu? Mana ilmu yang kau banggakan selama ini?”.

Kapas itu pun seraya berujar “ dasar makhluk menjijikkan!!! Memang sih kamu jijiknya hanya saat melihat luka orang yang tak berduit”.

Aku pun bergegas naik ke angkot biru jurusan jati-pasar raya yang sudah berhenti tepat di depanku,ku urungkan untuk ke toko buku aku memilih untuk pulang. kepalaku berkecamuk terus melihat adegan tadi. siang-siang begini dua makhluk langit turun kebumi.





Wahai manusia-manusia langit

Menjelmalah

Di kaki bumi yang kian rapuh

Hiduplah

Di tengah-tengah hati yang sudah mati

Sebagai jiwa-jiwa perkasa



Wahai manusia-manusia langit

Jadilah telaga kehidupan

Jadilah oase di gurun pasir

Atau setitik embun

bergelayut di ujung daun

yang padanya ada harapan

akan hari esok

Padang 2007

Almandily

No comments:

Post a Comment