Thursday 27 January 2011

"Katanya,Orang Miskin Dilarang Sakit"


Lega rasanya pagi ini bisa pulang kembali ke kosan, post dinas malam selalu memaksaku untuk menikmati empuknya kasur dan hangatnya selimut. seperti biasa dinas IGD tak pernah sepi, terkadang saya berfikir seperti inilah kiranya profesi yang banyak dicari orang lain, bahkan untuk masuk tak sedikit yang berusaha membayar mahal untuk ini, padahal pekerjaan ini sangat menyita waktu bahkan memiliki beban mental dan fisik luar biasa, bayangkan saja di saat orang lain bisa menikmati tidur dimalam hari kita harus terbangun dengan panggilan pasien yang baru masuk,berusaha memberi sedikit senyum dalam kondisi setengah sadar, belum lagi memikirkan diagnosanya apa, terapi yang diberikan apa, syukur-syukur pasien yang datang kooperatif mau ditanya-tanya tentang riwayat penyakit, atau jika datang pasien yang kadang merasa lebih pintar dari dokternya. dan belum lagi klo pasien yang datang pak presiden atau jajarannya, sedangkan baru seorang anggota DPRD saja sudah banyak bacotnya di IGD. ya, namanya juga berhubungan dengan manusia bukan makhluk mati yang bisa diapakan saja sesukanya.

sebelum merebahkan tubuh di atas kasur pagi ini, saya terpikir untuk sebentar melihat akun facebook ku, melihat-lihat sedikit apa yang terjadi, isu apa yang berkembang, atau paling sering berpikiran siapa yang komen distatus yang saya buat, atau apakah ada orang stress yang suka usil bertanya ini itu yang tidak penting SKSD tak karuan.makanya saya belakangan ini lebih suka meng Offlinekan kotak Chatnya setiap kali membuka akun FB...

beberapa saat kemudian saya menemukan sebuah poster ini di akun teman saya yang di tag kawannya dia, " ORANG MISKIN DILARANG SAKIT" kartoon di bawahnya menggambarkan seorang dokter dengan memakai jas putih sambil kakinya menyepak seorang ibu tua yang sakit-sakitan seraya seperti berucap seperti apa kata2 yang di atas, kemudian di bawahnya beberapa komen yang ngasal keluar namun komen yg menarik bagi saya "...ughang miskin mano bisa jd dokter.". memang gak ada masalah yang serius di sana, sah sah saja orang berekspresi seperti apa , namun saya hanya sedikit merasa kasihan kepada mereka yang sering ikut-ikutan tanpa memiliki pengatuhuan tentang apa yang mereka ucapkan, asal bunyi.

pertama saya akan bahas mengenai ketidak sepakatan saya dengan tulisan dan gambar di poster . memang media seringkali memberitakan pasien-pasien yang katanya ditolak oleh petugas rumah sakit, pasien yang tidak dilayani dokter dan perawat, biasalah media lebay yang ingin naek pamor demi rating di atas. menurut saya pribadi sebajingan apa pun dokternya , sesadis apapun perawatnya, mereka tak akan tega membiarkan pasien meregang nyawa di depan mata mereka, namun ada alasan tertentu untuk membuat mereka tidak bisa memberikan pelayanan kepada pasien. ketika saya berdinas di IGD kasus-kasus seperti ini sangat sering saya temukan, pasien Jamkesmas, pasien miskin yang tak punya ASKES, Pasien ini pasien itu, apakah kami lantas menyuruhnya pulang karena ia pasien jamkesmas atau tidak punya kartu sama sekali. banyak alasan yang kita lihat, cuma terkadang pasien tidak mengerti ketika kita sudah menjelaskan, atau yang kedua komunikasi yang dibangun petugas dengan pasien kurang bagus sehingga pasien salah persepsi dengan pelayanan yang diberikan. misalnya pasien datang dengan kondisi harus rawat ICU, sekarat, perlu penanganan segera, kemudian setelah dicek ICU penuh,petugas akan menyarankan dirujuk ke rumah sakit lain, namun ini terkadang dianggap pasien pihak rumah sakit tak mau melayani. atau contoh lain pasien Jamkesmas minta rawat ruang VIP atau kelas I, padahal pemerintah hanya menanggung biaya rawatannya sampai rawatan kelas 3 dengan berbagai batasan obat-obatan yang diberikan. siapa dokter yang tidak mau meresepkan dan memberi terapi yang bagus, menurut saya dokter akan lebih senang kalau pasiennya bisa cepat sembuh, andaikan ada obat yang bisa membuat sembuh saat itu juga kita akan langsung memebrikan obat-obatan seperti itu, tapikan kita juga punya protap sejauh mana yang harus bisa kita berikan, sejauh mana pembiayaan yang ditanggung pemerintah. jujur malah rumah sakit sering rugi dengan dengan paket pasien jamkesmas, setelah dihitung-hitung biaya labor, biaya rongen, biaya kamar, biaya perawatan, biaya obat-obatan,jasa medis, visite dokter, terakhirnya rumah sakit malah yang rugi. jadi tak sepenuhnya kita bisa menyalahkan rumah sakit, di sana ada peran besar pemerintah yang menanggung pembiayaan untuk pasien miskin, jadi kalau mau mengeluh ingin mendapat pelayanan baik mengeluhlah kepada pemerintah, mengeluhlah kepada asransi kesehatan yang sering telat membayarkan klaim asuransi pasien ke rumah sakit. seperti juga belakangan ini, keluar peraturan baru dari ASKES bagi setiap pasien yang masuk IGD kalau diagnosisnya tidak gawat darurat ASKES tidak mau menanggung, kemudian mengeluarkan daftar doiagnosis penyakit yang di tanggung ASKES, padahal pasien yang datang ke IGD kan tidak sepenuhnya gawat darurat, seperti tadi malam seorang pasien demam hari pertama masuk ke IGD dengan saran dokter tak perlu dirawat, sedangkan di ASKES peraturan yang baru obat-obatannya tidak ditanggung ASKES, apakah lantas pasien kita suruh pulang tanpa obat, atau kita meresepkan obat kemudian di apotek pasien komplain karena diminta tebusan dari apotek, padahal kalau mau komplen kan seharusnya ke ASKES, bukan ke pihak rumah sakit, dokter, perawat atau apotek.
atau juga pasien yang cedera kepala, setelah luka-luka dibersihkan kemudian diobservasi selama 2 jam di IGD, kemudian besoknya keluar di koran kalau pasien A telah ditelantarkan dokter dan perawat di IGD berjam-jam. atau pasien Konjungtivitis yang minta di foto rongen kepala dan dada.
pernahkah terpikir sama kartunis ini kami di IGD sering mengumpulkan lembar-demi lembar rupiah untuk menebus resep pasien yang tak punya ASKES, jamkesmas atau sejenisnya? pernahkah ia terpikir beban mental dan pikiran yang kami rasakan di IGD menghadapi berbagai polah tingkah laku pasien yang begitu banyak?. tapi seberapa sering kami bisa mengumpulkan rupiah di IGD untuk menebus pembiayaan pasien?, padahal kami juga punya kehidupan yang menuntut kami untuk bertahan hidup.jadi kalau kita menginginkan pelayanan yang lebih baik, bisa dirawat di VIP dengan Jamkesmas, bisa diobat dengan obat-obat paten, insyaallah bisa saja diberikan tapi dengan catatan pemerintah melalui Jamkesmasnya bisa menanggung seluruh pembiayaan.ya..sebejat apapun dokternya, sehina apapun dia dikepala anda, dia masih punya nurani untuk mengobati pasien.inilah yang seringkali masyarakat tidak mengerti. banyak kasus-kasus lain yang tidak bisa saya papakarkan satu persatu.

untuk komentar beberapa orang dibawah poster "....ughang miskin mano bisa jd dokter." mungkin anda bisa membaca tulisan saya di kompasiana ini linknya http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/19/siapa-bilang-jadi-dokter-harus-mahal/, biar wawasan anda bertambah sedikit dengan kondisi kuliah di kedokteran,tulisan itu saya buat untuk menjawab tulisan seseorang dulu dikompasiana yang mengeluhkan mahalnya kuliah dikedokteran saya kasihan dengan anda yang asal bunyi . itu hanya soal kemauan, soal kegigihan, yang kuliah dikedokteran mungkin banyak yang jauh lebih miskin dari saudara.

so berpikirlah sebelum berbuat!!! jangan buat saya tertawa dengan ketidaktahuan saudara.....


udah dulu ah.....tidur yuuuk...ngantuk!!! bismika allohumma ahya wa bismika amut...... semoga anda tidak bertemu dengan saya di IGD, atau berdoalah dari sekarang untuk tidak bertemu dokter dan perawat ^_^

Wednesday 26 January 2011

“ kita sudah tak sejalan”



Dalam diammu aku mulai berpikir kawan
Apakah akan sampai disini???
Bagaimana mungkin aku bisa menghapus jejakmu di benakku
Padahal jika penat ini mulai menyiksa inilah tempatku sejenak menenangkan diri

Ku dekatkan tubuhku
Aku duduk disebelahmu sambil berbisik
Bahkan engkau tak bergeming sedikitpun
Kenapa?
Aku pun mulai bertutur
Masih ingatkah kawan
Saat itu,
Tawa kita pecah saat kegilaan yang berhasil kita lakukan
Berlari di atas rumput dengan tulisan “ dilarang berjalan di atas rumput”
"Kita kan lari……."celoteh kita bersamaan
ngakak berdua laksana kitalah yang paling bahagia
atau saat kau rangkul pundak ini seraya memberiku nasehat
laksana kita terlahir dari rahim yang sama
ah…itukah yang kau paksa aku menghapusnya dari benakku?

Ku coba menatap jauh ke dalam hatimu
Tak lagi ku temukan kata itu
Berbahagialah mereka yang pernah jadi sahabat Rasulullah, bisikku
Bahkan dalam setiap doa nama mereka diikutkan
Apakah engkau tidak cemburu dengan persahabatan itu kawan???

Setetes bening disudut matamu pun terjatuh
“ kita sudah tak sejalan” seraya engkau beranjak
Terhenti kata-kata di ujung lidahku
Ku tatap engkau yang jauh semakin berlalu
Aku akan bersabar menunggumu disini kawan…..


catatan: for my brother dr. Eldi Sauma
saya yakin dia tak akan pernah berbuat seperti ini kepada saya
ini cuma wanti2 aja biar dia tak melakukan itu....he he he ^_^

Tuesday 25 January 2011

Pucuk Ubi Rebus Bundo Kanduang


Sudah hampir 7 tahun saya disini, Negeri yang pernah melahirkan orang-orang besar negeri ini.Seperti Hatta seorang yang pernah menjadi wakil presiden pertama republic ini, Muhammad Natsir seorang politikus Islam, Menteri Luar negeri H.Agus Salim, Muhammad Yamin seorang Filsuf Nasionalis, seorang Ulama besar seperti Hamka juga terlahir di Negeri ini, Rasuna Said seorang politikus wanita dan revolusioner, Sutan Syahrir seorang sosialis dan perdana menteri pertama, seorang Tan Malaka dengan pemikiran Komunisnya dan Ada El Rahma seorang tokoh wanita politikus yang memperjuangkan pendidikan untuk kaum perempuan sehingga di mata saya ia lebih hebat dari Seorang Kartini yang hanya jadi pahlawan emansipasi wanita dengan tulisan-tulisan di suratnya, bahkan sekolah Diniyah Putri Padang Panjang masih menjadi saksi sejarah perjuangan seorang El Rahma, ya benar-benar Mereka sangat memainkan peran yang baik buat Negeri ini di masanya. Dan banyak nama-nama lain yang belum terkenal atau memang sengaja di hilangkan dari sejarah. Saya banyak mengenal mereka lebih jauh dari blognya bang Ilham Fadli seorang pengagum Tan Malaka juga seorang Pengagum Ahmadi Neejad, meski terkadang tulisan-tulisannya tidak sejalan dengan cara berfikir saya , tapi saya sangat suka tulisannya. Saya lebih banyak tahu tentang pelaku-pelaku sejarah yang pernah terlahir di Negeri Gonjong Limo ini. Makanya saya banyak merekomendasikan blognya ke teman-teman saya agar mereka bisa tau perjuangan kakek nenek mereka dulu.

Mendung masih menggelayut di petala langit di sebelah barat siang ini, memberi kesan tak lama lagi akan turun hujan, beberapa tempat masih kelihatan birunya langit. Tapi itu tak menjadikan pemandangan di sekelilingku jadi tak menarik, rangkaian bukit barisan yang mengapit dua jalan setapak ini membuatku melempar pandangan jauh dari dalam mobil troper menyusuri kaki bukit barisan. Hamparan sawah penduduk dengan padi yang mulai menguning, sebagian baru siap panen dan padi yang di sabit masih di tumpuk dan di tutup dengan terpal pelastik di tengah sawah, jauh di ujung sana terlihat bukit barisan yang beberapa tempat gundul dan ternyata itu adalah ladang petani Gambir. Di sisi kiriku kebun cabai yang subur. Tak berapa lama, kami melewati semacam perkampungan penduduk, sederet rumah-rumah tua tak berpenghuni berjejer di pinggir jalan dengan ciri khas di kedua sisi atapnya runcing, saya sempat berpikir seandainya penerjun payung jatuh disini bisa gawat juga klo jatuhnya pas di ujungnya. Sebagian dindingnya terbuat dari bilah-bilah bamboo yang sudah dianyam rapi, sebagian lagi yang lebih unik dengan pola ukiran-ukiran di dinding kayu, hasil karya seni yang luar biasa, cita rasa yang tinggi di zaman orang-orang yang membuatnya. Tapi sayangnya sebagian sudah tak terurus bahkan mulai roboh, ntahlah kenapa rumah-rumah buatan tangan terampil ini tak diurus dan dihuni oleh anak cucunya. Emak-mak tua dengan kebaya yang sedang mengangkat padi yang dijemur dipinggir jalan, anak-anak kecil yang sedang bermain tanpa baju dan alas kaki. Beberapa petani yang sedang membungkuk di tengah sawah menyempatkan untuk menegakkan badan dan memperhatikan mobil troper kami yang melintas.
Jam di tangan ku sudah menunjukkan jam 02.34. jalan kecil beraspal sudah berakhir berganti dengan jalanan berbatu, tak berapa lama kami sudah memasuki jalan tanah liat kering yang seakan berharap hujan turun untuk bisa menjebak mobil yang lewat di bekas-bekas genangan air, jejak Ban mobil yang masih terlihat. Jalanan semakin kecil dan semakin sulit, beberapa tanjakan yang memilki kemiringan sekitar 45 derajat….
“ di tanjakan ini mobil kami pernah mundur lagi kri”
“ha??? Iya ustad??” gawat juga klo sempat masuk jurang pikirku.
“berapa jam lagi kita nyampe di lokasi ustad?”
“sekitar setengah jam lagi lah”
“ di sana mereka lagi banyak yang sakit Diare, sudah seminggu ini mewabah, terutama anak-anak” tambah Ustad
“ Iya ya Ustad….” Untunglah obat-obat diare tadi banyak di bawa
pinggangku rasanya sudah mau copot dan perutku seperti di aduk, syukurlah saya bukan tipe orang pemabuk saat berkendaraan. Sesekali kepalaku kejedot keatap mobil, bisa-bisa klo ada ibu-ibu hamil yang ikut langsung berojol kayaknya di mobil ini.
Tiang-tiang listrik PLN sudah tak ada lagi, sinyal Hpku sudah tak tau tinggal dimana. Saya masih sibuk menikmati pemandangan di luar sana dan mencoba melupakan jalan rusak ini, sesekali saya coba mengambil foto meski hasilnya jelek dari HPku, kamera di tasku ternyata baterainya sudah tak ada karena tak sempat di cas dan chargernya tertinggal di Padang. Pemandangan di luar sana semakin eksotis, sawah-sawah yang di olah oleh tangan-tangan pekerja keras.
“ beberapa waktu yang lalu saya sudah pernah ngasih mereka bantuan untuk membuat kincir agar bisa dijadikan pembangkit listrik, minimallah bisa mereka pakai sendiri tanpa berharap ke PLN” kata ustd. Zukron
“ trus ustd, kok mereka belum juga punya listrik sampai sekarang?”
“ itu dia masalahnya, uang yang sedikit itupun di habiskan sama perangkat Nagarinya”.
Gila pikirku, ….di tempat ini saja ada Gayus-Gayus tak punya nurani. Masa duit masyarakat buat kincir juga dimakan….
“ dia seringkali membodohi masyarakat disini….makanya bantuan bibit coklet yang 2000 batang ini kita langsung saja ngasih ke penduduk” Tambah ustd Zukron
Sulit memang di zaman sekarang memberikan kepercayaan kepada orang lain, mahal benar sebuah kejujuran di negeriku. Tidak orang besar, pejabat kecil-kecilan pun ikut-ikutan ambil bagian.
Pukul 03.40 kami akhirnya sampai ke lokasi baksos Mudik Coran, jorong Sungai Puah Kabupaten 50 Kota, sebuah Mushalla berukuran 10x6 meter mungkin. Di seberang jalan ada sebuah pancuran tempat berwudhu yang terbuat dari bamboo yang di belah, gemericik air membuat semakin alami tempat ini.
Melihat mobil kami datang penduduk mulai datang satu persatu, pengobatan kami mulai setelah solat Ashar. Cukup repot juga karena yang dari medis hanya saya yang bisa ikut, team medis yang biasanya menjelajahi negeri gonjong limo ini semua tak bisa , dr. Adi lagi dinas IGD, dr. Yani mendadak harus pulang ke lubuk Sikaping karena besok pagi ada acara di Rumah Sakit, dr. Rio ada urusan keluarga yang tak bisa di Tunda. Jadilah saya dokter sekaligus apoteker di baksos kali ini dibantu seorang ikhwah dari non medis.

Pasien cukup banyak, kebanyakan yang datang berobat anak-anak dan orang tua lanjut usia, ya memang banyak dari mereka yang lagi mengeluh diare. Ada dua orang pasien hamil memeriksakan kehamilannya. Seluruhnya sekitar 70 pasien. Karena banyaknya pasien dan tenaga yang kurang maka pengobatan kami lanjutkan selesai solat magrib, pengobatan lanjut dengan sebuah penerangan lampu petromax. Alhamdulillah sekitar jam 8 malam pasien yang berobat sudah habis. Di sela-sela saya mengobati pasien saya berdiskusi dengan mereka
“ Puskesmas di sini berapa jauh pak?”
“ sekitar 12 kilo”
“ Pustu???”
“ sekitar 4 kiloanlah nak dari sini dan disitu yang ada Cuma bidan”.
Bagaimana kalau malam-malam penduduk yang sakit ya, sedangkan ke Rumah sakit terdekat saja dengan kondisi jalan rusak parah seperti ini butuh satu jam lebih, belum lagi kalau hujan.
Penduduk sebagian masih di mesjid, berdiskusi dengan ustad bagaimana selanjutnya mengenai Listrik ke desa itu, mengenai pembentukan kelompok tani agar bantuan sapi dari pak Gubernur bisa turun . tak berapa lama ibu-ibu datang dengan masing-masing membawa rantang…
“Kok pakai acara makan segala ustd”, bisikku ke telinga ustad Zukron
“ gak papa, kita makan aja , nanti kalau kita nolak mereka bisa tersinggung”
Bukan itu yang bergelayut di kepala saya, tak habis pikir di tengah kemelaratan mereka dengan tangan terbuka mereka menyambut kami, menghidangkan makanan ala kadarnya yang dimata saya itu luar biasa. Telor mata sapi dan pucuk ubi rebus, nasi yang masih mengepul , harum pandan katanya itu padinya baru di Panen.
“ jan babaso nak, tambuahlah…” celoteh seorang ibu
“ iyo mak….”
Pucuk ibu rebusnya itu yang saya suka…..
Hujan di luar mulai turun, semakin lama semakin lebat. Langit akhirnya memuntahkannya juga malam ini. Tak terbayang bagaimana nanti jalan yang akan kami lalui untuk pulang, pas waktu kering aja tadi susahnya sudah seperti itu. Bersyukur bisa menginjakkan kaki disini, memberi sedikit apa yang bisa kami bantu untuk meringankan beban mereka. Memberi sedikit senyum di wajah Bundo kanduang, semoga ia tak lelah melahirkan orang-orang besar untuk negeri ini, senyum mereka tak akan bisa saya lupakan, apalagi telor mata sapi dan pucuk ubi rebus Bundo kanduang itu.

Wednesday 19 January 2011

Kisahku di IGD


Saya bukanlah tipe orang yang rajin karena kalau dibandingkan dengan kawan-kawan seangkatan saya ,jauh banyak yang lebih rajin dari saya. Tapi ntahlah, rasanya hanya keberuntungan saja yang selalu menyertai saya. Dan setiap kali dinas IGD saya selalu berharap pasien tidak ada. Ini dinas saya beberapa bulan yang lalu..ah saya tak bisa mengingat tepatnya dinas tanggal berapa. Maklumlah saya agak pelupa, sudah agak pikun ^_^.
“ Ya Allah, semoga pasien tidak ada hari ini, semoga orang-orang yang berada dalam perjalanan senantiasa dalam lindunganMu.” Doa saya dalam hati. Kemudian melangkah keluar kost menuju rumah sakit bersama motorku yang setia. Jam di tanganku mulai menunjukkan pukul 8 kurang seperempat malam, waktu yang sangat dinantikan-nantikan oleh dokter dinas shif sebelumku , tetapi tidak enak buat saya yang akan berangkat dinas apalagi dinas malam. Di kepala sudah mulai terbayang berbagai tipe pasien yang bakal bertamu ke IGD. Mulai dari pasien yang perlu penanganan serius sampai paien yang serius sungguh menyebalkan. Mulai dari yang penurut dengan terapi yang kita berikan sampai pasien yang berusaha untuk menterapi diri sendiri dengan mengajari dokter. Tapi namanya juga manusia , beda orang beda isi kepalanya, ya kita harus dituntut untuk banyak bersabar. Pernah suatu ketika saat dinas IGD seorang pasien datang dengan permintaan yang banyak, terakhir dia datang ke meja triase menemui saya…
“ Pak dokter…saya anggota DPR”
Sejenak saya mencoba berpikir, kening saya berkerut sedikit..
“ Apa hubungannya dengan saya pak!” jawabku singkat. Kemudian dia berlalu kembali ke bed nya.
Payakumbuh malam ini tak seramai biasanya, penjual makananpun beberapa yang biasa jualan disepanjang jalan tidak kelihatan, mungkin gerimis inilah alasan mereka tidak berjualan. Kota kecil ini biasanya hidup 24 jam dengan keberadaan pedagang-pedagang kaki lima. Di sekitar Tugu Adipura yang baru di bangunpun tidak ada anak-anak Punk yang mangkal, mereka biasanya berkumpul di sana dekat monument sepeda ontel raksasa dengan model khas pakaian dan rambut acak-acakan, sekilas melihat mereka ada rasa ngeri atau jijik karena penampilan mereka. Tapi, jangan salah ternyata mereka juga bisa berbuat yang bermamfaat. Seperti cerita kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh dr. Merry suatu ketika beliau pernah mengundang anak-anak jalanan di situ untuk makan nasi goreng di rumahnya kemudian mereka di suruh untuk membagi-bagikan lieflet ajakan anti rokok, luar biasa idenya menurut saya. Motor saya melewati Grand mallnya kota Payakumbuh, tak juga seramai biasanya. Kemudian disebelah kiri ada tempat makan Sudimoro tempat menghabiskan duit tunjangan internshif bersama dr. Adi minimal sekali seminggu untuk menikmati Sop Buntut Bakar Madu dan ice cream kelapa muda….nikmatnya…..
Tak sampai 10 menit saya sudah sampai di depan IGD, seperti biasa….sangat ramai. Kenapa seh, doa saya tak terkabul pikirku. Ternyata inilah penyebab payakumbuh lengang malam ini, orang-orang malam mingguannya ke IGD….
Malam ini saya dinas dengan dr. Lona, duet maut yang menjadi pemecah rekor selama dinasku di Payakumbuh. Pada pergantian jam dinas bed pasien di IGD hanya tersisa beberapa yang kosong, beberapa pasien belum diantar ke ruangan dan diserahterimakan dengan dinas berikutnya. Beberapa pasien juga gawat di ruangan Nusa Indah dan satu di ICU. Ya, memang akan menjadi dinas yang sangat menyenangkan. Saya sendiri berpikirin kalau dr. Lonalah yang pembawa pasien ini, sedangkan dr. Lona mengira saya yang mengundang Pasien ke IGD….yang jelas malam ini betapa malangnya team dinas IGD. Tak sedikitpun bisa istirahat. Setengah jam setelah pergantian dinas, masuk pasien kecelakaan. Anak muda 3 orang berusia sekitar 16 tahunan. Ceritanya mereka naik motor berboncengan 3 sambil kebut-kebutan. 2 diantaranya masuk dengan KU buruk GCS sekitar 8 dan satu masuk GCS 13 dengan multiple fraktur. Beberapa menit setelah dipasang infuse dan dipasang oksigen akhirnya satu dijemput oleh malaikat maut yang sedari tadi nongkrong di IGD, kemudian satunya lagi dianjurkan rujuk ke RSUP M.Djamil dengan perdarahan intracranial dan itu juga baru nyampai padang panjang pasiennya juga sudah dibawa Malaikat Israil yang ternyata mengikuti sedari tadi.
IGD belumlah lengang karena salah satu yang meninggal tidak diketahui siapa keluarganya, tak ada identitas di tubuhnya kecuali Hpnya yang sudah pecah. Beberapa pasien non trauma juga tak mau kalah, pasien Asma yang paling banyak dan ada satu pasien laki-laki yang dianiaya istri….makin aneh saja. Padahal biasanya KDRT dilakukan suami kepada istri. Pasien di ruangan juga ingin diperhatikan , satu persatu mulai berulah. Karena kami dokter intreshif terbatas dalam hal mengkonsul kepada spesialis makanya untuk penanganan pasien yang gawat di ruangan di tangani oleh dokter umum yang sudah PNS. Kami juga bingung kenapa kebanyakan spesialis disini tidak mau menerima konsul dari kami. Padahal dalam poses menjalani internshif status kami sudah disamakan dengan dokter umum yang lain karena kami juga sudah dinyatakan lulus Ujian Kompetensi Dokter Indonesia, semua kewajiban kami sama, pasien yang kami terapi dan tatalaksana jika terjadi kesalahan kamilah yang betanggung jawab, spesialis masih menganggap kami belajar dan tidak jauh beda dengan koas, tapi anehnya mereka juga tidak sepenuhnya mau mengajari kami jika ada kesalahan kecuali biasanya kami sering disalahkan. Ya sudahlah…saya juga tidak terlalu peduli dan ambil pusing, jalani saja. Siapa yang mau menerima konsul silahkan yang tak menerima juga tak masalah. Jalani saja sambil berharap bulan Maret 2011 cepatlah datang.
Uni Yen salah seorang perawat IGD masih sibuk mencoba menghubungi nomor-nomor di HP pasien yang sudah meninggal tadi, ada yang bilang tak mengenal, ada yang tak peduli, beberapa nomor mantan pacarnya. Lama juga tak ada hasil sama sekali, kami belum tahu siapa keluarganya. Terakhir mantan pacarnya mengangkat dan kami mendapat sedikit informasi kalau pasien yang meninggal merantau dari Jawa dan tinggal bersama orang tempatnya bekerja. Beberapa lama setelah itu akhirnya ada yang datang menjemput.
Di bed paling ujung seorang preman bertato masih tersengal-sengal menghirup nebulizer, berharap paru-parunya terisi kembali oleh oksigen. Terkadang sambil keluar kata-kata Tuhan dari mulutnya. Memang saat2 seperti ini orang akan banyak mengingat Rabbnya, tapi tunggu saja sebentar lagi. Ntar di pasar keluar caci maki indah dari mulutnya. Nikmat sehat itu seringkali kita lupakan. Tuhan memang adil member penyakit dan mencabutnya kembali dari seseorang.
Tak terasa jam didinding IGD hampir menunjukkan jam 7 pagi, sejam lagi pulang…saat2 yang ditunggu-tunggu untuk menikmati kasur empuk , berhibernasi sampai malam menjelang lagi.


ku tantang sunyi dengan sepiku
bercengkerama tanpa kata
jadi,
akupun disini menyimak keheningan
bismika allohumma ahya wa bismika amuut ( catt: post dinas malam)

matikan HP, tarik selimut,sampai ketemu di dunia lain…..hrggg…hrggg…hrggg. ^_^

Saturday 1 January 2011

PESTA YASBI PAYAKUMBUH-50 KOTA DI NGALO DEVILA


PESTA alias Pesantren Akhir tahun yang diadakan hari Ju'mat dan Sabtu tanggal 31 Desember 2010 sampai 1 Januari 2011 ini sungguh luar biasa. Semangat dan perhatian yang sangat antusias terlihat pada peserta yang terdiri dari beberapa siswa utusan SMA dan SMP se kota Payakumbuh dan 50 kota . tak Hanya pembekalan materi keIslaman saja, peserta juga diajak untuk mengikuti games-games menarik yang langsung di bawakan oleh instrktur dari Lantera Adventure. diantaranya adalah playing fox yang sangat menantang serta beberapa games lainnya. acara yang diangkatkan Yayasan Bina Insani ( Yasbi) kota Payakumbuh dan 50 kota ini bertempat di Ngalo devila dan berlangsung selama 2 hari, dimana instrktur dan peserta mengadakan perkemahan jum'at dan Sabtu.
Yasbi berharap semoga ke depannya adek-adek yang mengikuti acara ini senantiasa bisa terus melanjutkan dengan acara mingguan berupa mentoring yang langsung dipegang oleh kakak-kakak mentor dari YASBI.
semoga acara-acara seperti ini bisa terus diangkatkan untuk menyemarakkan kembali aktivitas dakwah sekolah, karena merekalah nantinya asset dakwah yang sangat potensial ketika mereka lanjut ke pergruan tinggi.
Yasbi Terdepan Dalam Dakwah Sekolah.......