Wednesday 19 January 2011

Kisahku di IGD


Saya bukanlah tipe orang yang rajin karena kalau dibandingkan dengan kawan-kawan seangkatan saya ,jauh banyak yang lebih rajin dari saya. Tapi ntahlah, rasanya hanya keberuntungan saja yang selalu menyertai saya. Dan setiap kali dinas IGD saya selalu berharap pasien tidak ada. Ini dinas saya beberapa bulan yang lalu..ah saya tak bisa mengingat tepatnya dinas tanggal berapa. Maklumlah saya agak pelupa, sudah agak pikun ^_^.
“ Ya Allah, semoga pasien tidak ada hari ini, semoga orang-orang yang berada dalam perjalanan senantiasa dalam lindunganMu.” Doa saya dalam hati. Kemudian melangkah keluar kost menuju rumah sakit bersama motorku yang setia. Jam di tanganku mulai menunjukkan pukul 8 kurang seperempat malam, waktu yang sangat dinantikan-nantikan oleh dokter dinas shif sebelumku , tetapi tidak enak buat saya yang akan berangkat dinas apalagi dinas malam. Di kepala sudah mulai terbayang berbagai tipe pasien yang bakal bertamu ke IGD. Mulai dari pasien yang perlu penanganan serius sampai paien yang serius sungguh menyebalkan. Mulai dari yang penurut dengan terapi yang kita berikan sampai pasien yang berusaha untuk menterapi diri sendiri dengan mengajari dokter. Tapi namanya juga manusia , beda orang beda isi kepalanya, ya kita harus dituntut untuk banyak bersabar. Pernah suatu ketika saat dinas IGD seorang pasien datang dengan permintaan yang banyak, terakhir dia datang ke meja triase menemui saya…
“ Pak dokter…saya anggota DPR”
Sejenak saya mencoba berpikir, kening saya berkerut sedikit..
“ Apa hubungannya dengan saya pak!” jawabku singkat. Kemudian dia berlalu kembali ke bed nya.
Payakumbuh malam ini tak seramai biasanya, penjual makananpun beberapa yang biasa jualan disepanjang jalan tidak kelihatan, mungkin gerimis inilah alasan mereka tidak berjualan. Kota kecil ini biasanya hidup 24 jam dengan keberadaan pedagang-pedagang kaki lima. Di sekitar Tugu Adipura yang baru di bangunpun tidak ada anak-anak Punk yang mangkal, mereka biasanya berkumpul di sana dekat monument sepeda ontel raksasa dengan model khas pakaian dan rambut acak-acakan, sekilas melihat mereka ada rasa ngeri atau jijik karena penampilan mereka. Tapi, jangan salah ternyata mereka juga bisa berbuat yang bermamfaat. Seperti cerita kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh dr. Merry suatu ketika beliau pernah mengundang anak-anak jalanan di situ untuk makan nasi goreng di rumahnya kemudian mereka di suruh untuk membagi-bagikan lieflet ajakan anti rokok, luar biasa idenya menurut saya. Motor saya melewati Grand mallnya kota Payakumbuh, tak juga seramai biasanya. Kemudian disebelah kiri ada tempat makan Sudimoro tempat menghabiskan duit tunjangan internshif bersama dr. Adi minimal sekali seminggu untuk menikmati Sop Buntut Bakar Madu dan ice cream kelapa muda….nikmatnya…..
Tak sampai 10 menit saya sudah sampai di depan IGD, seperti biasa….sangat ramai. Kenapa seh, doa saya tak terkabul pikirku. Ternyata inilah penyebab payakumbuh lengang malam ini, orang-orang malam mingguannya ke IGD….
Malam ini saya dinas dengan dr. Lona, duet maut yang menjadi pemecah rekor selama dinasku di Payakumbuh. Pada pergantian jam dinas bed pasien di IGD hanya tersisa beberapa yang kosong, beberapa pasien belum diantar ke ruangan dan diserahterimakan dengan dinas berikutnya. Beberapa pasien juga gawat di ruangan Nusa Indah dan satu di ICU. Ya, memang akan menjadi dinas yang sangat menyenangkan. Saya sendiri berpikirin kalau dr. Lonalah yang pembawa pasien ini, sedangkan dr. Lona mengira saya yang mengundang Pasien ke IGD….yang jelas malam ini betapa malangnya team dinas IGD. Tak sedikitpun bisa istirahat. Setengah jam setelah pergantian dinas, masuk pasien kecelakaan. Anak muda 3 orang berusia sekitar 16 tahunan. Ceritanya mereka naik motor berboncengan 3 sambil kebut-kebutan. 2 diantaranya masuk dengan KU buruk GCS sekitar 8 dan satu masuk GCS 13 dengan multiple fraktur. Beberapa menit setelah dipasang infuse dan dipasang oksigen akhirnya satu dijemput oleh malaikat maut yang sedari tadi nongkrong di IGD, kemudian satunya lagi dianjurkan rujuk ke RSUP M.Djamil dengan perdarahan intracranial dan itu juga baru nyampai padang panjang pasiennya juga sudah dibawa Malaikat Israil yang ternyata mengikuti sedari tadi.
IGD belumlah lengang karena salah satu yang meninggal tidak diketahui siapa keluarganya, tak ada identitas di tubuhnya kecuali Hpnya yang sudah pecah. Beberapa pasien non trauma juga tak mau kalah, pasien Asma yang paling banyak dan ada satu pasien laki-laki yang dianiaya istri….makin aneh saja. Padahal biasanya KDRT dilakukan suami kepada istri. Pasien di ruangan juga ingin diperhatikan , satu persatu mulai berulah. Karena kami dokter intreshif terbatas dalam hal mengkonsul kepada spesialis makanya untuk penanganan pasien yang gawat di ruangan di tangani oleh dokter umum yang sudah PNS. Kami juga bingung kenapa kebanyakan spesialis disini tidak mau menerima konsul dari kami. Padahal dalam poses menjalani internshif status kami sudah disamakan dengan dokter umum yang lain karena kami juga sudah dinyatakan lulus Ujian Kompetensi Dokter Indonesia, semua kewajiban kami sama, pasien yang kami terapi dan tatalaksana jika terjadi kesalahan kamilah yang betanggung jawab, spesialis masih menganggap kami belajar dan tidak jauh beda dengan koas, tapi anehnya mereka juga tidak sepenuhnya mau mengajari kami jika ada kesalahan kecuali biasanya kami sering disalahkan. Ya sudahlah…saya juga tidak terlalu peduli dan ambil pusing, jalani saja. Siapa yang mau menerima konsul silahkan yang tak menerima juga tak masalah. Jalani saja sambil berharap bulan Maret 2011 cepatlah datang.
Uni Yen salah seorang perawat IGD masih sibuk mencoba menghubungi nomor-nomor di HP pasien yang sudah meninggal tadi, ada yang bilang tak mengenal, ada yang tak peduli, beberapa nomor mantan pacarnya. Lama juga tak ada hasil sama sekali, kami belum tahu siapa keluarganya. Terakhir mantan pacarnya mengangkat dan kami mendapat sedikit informasi kalau pasien yang meninggal merantau dari Jawa dan tinggal bersama orang tempatnya bekerja. Beberapa lama setelah itu akhirnya ada yang datang menjemput.
Di bed paling ujung seorang preman bertato masih tersengal-sengal menghirup nebulizer, berharap paru-parunya terisi kembali oleh oksigen. Terkadang sambil keluar kata-kata Tuhan dari mulutnya. Memang saat2 seperti ini orang akan banyak mengingat Rabbnya, tapi tunggu saja sebentar lagi. Ntar di pasar keluar caci maki indah dari mulutnya. Nikmat sehat itu seringkali kita lupakan. Tuhan memang adil member penyakit dan mencabutnya kembali dari seseorang.
Tak terasa jam didinding IGD hampir menunjukkan jam 7 pagi, sejam lagi pulang…saat2 yang ditunggu-tunggu untuk menikmati kasur empuk , berhibernasi sampai malam menjelang lagi.


ku tantang sunyi dengan sepiku
bercengkerama tanpa kata
jadi,
akupun disini menyimak keheningan
bismika allohumma ahya wa bismika amuut ( catt: post dinas malam)

matikan HP, tarik selimut,sampai ketemu di dunia lain…..hrggg…hrggg…hrggg. ^_^

No comments:

Post a Comment