Thursday 27 January 2011

"Katanya,Orang Miskin Dilarang Sakit"


Lega rasanya pagi ini bisa pulang kembali ke kosan, post dinas malam selalu memaksaku untuk menikmati empuknya kasur dan hangatnya selimut. seperti biasa dinas IGD tak pernah sepi, terkadang saya berfikir seperti inilah kiranya profesi yang banyak dicari orang lain, bahkan untuk masuk tak sedikit yang berusaha membayar mahal untuk ini, padahal pekerjaan ini sangat menyita waktu bahkan memiliki beban mental dan fisik luar biasa, bayangkan saja di saat orang lain bisa menikmati tidur dimalam hari kita harus terbangun dengan panggilan pasien yang baru masuk,berusaha memberi sedikit senyum dalam kondisi setengah sadar, belum lagi memikirkan diagnosanya apa, terapi yang diberikan apa, syukur-syukur pasien yang datang kooperatif mau ditanya-tanya tentang riwayat penyakit, atau jika datang pasien yang kadang merasa lebih pintar dari dokternya. dan belum lagi klo pasien yang datang pak presiden atau jajarannya, sedangkan baru seorang anggota DPRD saja sudah banyak bacotnya di IGD. ya, namanya juga berhubungan dengan manusia bukan makhluk mati yang bisa diapakan saja sesukanya.

sebelum merebahkan tubuh di atas kasur pagi ini, saya terpikir untuk sebentar melihat akun facebook ku, melihat-lihat sedikit apa yang terjadi, isu apa yang berkembang, atau paling sering berpikiran siapa yang komen distatus yang saya buat, atau apakah ada orang stress yang suka usil bertanya ini itu yang tidak penting SKSD tak karuan.makanya saya belakangan ini lebih suka meng Offlinekan kotak Chatnya setiap kali membuka akun FB...

beberapa saat kemudian saya menemukan sebuah poster ini di akun teman saya yang di tag kawannya dia, " ORANG MISKIN DILARANG SAKIT" kartoon di bawahnya menggambarkan seorang dokter dengan memakai jas putih sambil kakinya menyepak seorang ibu tua yang sakit-sakitan seraya seperti berucap seperti apa kata2 yang di atas, kemudian di bawahnya beberapa komen yang ngasal keluar namun komen yg menarik bagi saya "...ughang miskin mano bisa jd dokter.". memang gak ada masalah yang serius di sana, sah sah saja orang berekspresi seperti apa , namun saya hanya sedikit merasa kasihan kepada mereka yang sering ikut-ikutan tanpa memiliki pengatuhuan tentang apa yang mereka ucapkan, asal bunyi.

pertama saya akan bahas mengenai ketidak sepakatan saya dengan tulisan dan gambar di poster . memang media seringkali memberitakan pasien-pasien yang katanya ditolak oleh petugas rumah sakit, pasien yang tidak dilayani dokter dan perawat, biasalah media lebay yang ingin naek pamor demi rating di atas. menurut saya pribadi sebajingan apa pun dokternya , sesadis apapun perawatnya, mereka tak akan tega membiarkan pasien meregang nyawa di depan mata mereka, namun ada alasan tertentu untuk membuat mereka tidak bisa memberikan pelayanan kepada pasien. ketika saya berdinas di IGD kasus-kasus seperti ini sangat sering saya temukan, pasien Jamkesmas, pasien miskin yang tak punya ASKES, Pasien ini pasien itu, apakah kami lantas menyuruhnya pulang karena ia pasien jamkesmas atau tidak punya kartu sama sekali. banyak alasan yang kita lihat, cuma terkadang pasien tidak mengerti ketika kita sudah menjelaskan, atau yang kedua komunikasi yang dibangun petugas dengan pasien kurang bagus sehingga pasien salah persepsi dengan pelayanan yang diberikan. misalnya pasien datang dengan kondisi harus rawat ICU, sekarat, perlu penanganan segera, kemudian setelah dicek ICU penuh,petugas akan menyarankan dirujuk ke rumah sakit lain, namun ini terkadang dianggap pasien pihak rumah sakit tak mau melayani. atau contoh lain pasien Jamkesmas minta rawat ruang VIP atau kelas I, padahal pemerintah hanya menanggung biaya rawatannya sampai rawatan kelas 3 dengan berbagai batasan obat-obatan yang diberikan. siapa dokter yang tidak mau meresepkan dan memberi terapi yang bagus, menurut saya dokter akan lebih senang kalau pasiennya bisa cepat sembuh, andaikan ada obat yang bisa membuat sembuh saat itu juga kita akan langsung memebrikan obat-obatan seperti itu, tapikan kita juga punya protap sejauh mana yang harus bisa kita berikan, sejauh mana pembiayaan yang ditanggung pemerintah. jujur malah rumah sakit sering rugi dengan dengan paket pasien jamkesmas, setelah dihitung-hitung biaya labor, biaya rongen, biaya kamar, biaya perawatan, biaya obat-obatan,jasa medis, visite dokter, terakhirnya rumah sakit malah yang rugi. jadi tak sepenuhnya kita bisa menyalahkan rumah sakit, di sana ada peran besar pemerintah yang menanggung pembiayaan untuk pasien miskin, jadi kalau mau mengeluh ingin mendapat pelayanan baik mengeluhlah kepada pemerintah, mengeluhlah kepada asransi kesehatan yang sering telat membayarkan klaim asuransi pasien ke rumah sakit. seperti juga belakangan ini, keluar peraturan baru dari ASKES bagi setiap pasien yang masuk IGD kalau diagnosisnya tidak gawat darurat ASKES tidak mau menanggung, kemudian mengeluarkan daftar doiagnosis penyakit yang di tanggung ASKES, padahal pasien yang datang ke IGD kan tidak sepenuhnya gawat darurat, seperti tadi malam seorang pasien demam hari pertama masuk ke IGD dengan saran dokter tak perlu dirawat, sedangkan di ASKES peraturan yang baru obat-obatannya tidak ditanggung ASKES, apakah lantas pasien kita suruh pulang tanpa obat, atau kita meresepkan obat kemudian di apotek pasien komplain karena diminta tebusan dari apotek, padahal kalau mau komplen kan seharusnya ke ASKES, bukan ke pihak rumah sakit, dokter, perawat atau apotek.
atau juga pasien yang cedera kepala, setelah luka-luka dibersihkan kemudian diobservasi selama 2 jam di IGD, kemudian besoknya keluar di koran kalau pasien A telah ditelantarkan dokter dan perawat di IGD berjam-jam. atau pasien Konjungtivitis yang minta di foto rongen kepala dan dada.
pernahkah terpikir sama kartunis ini kami di IGD sering mengumpulkan lembar-demi lembar rupiah untuk menebus resep pasien yang tak punya ASKES, jamkesmas atau sejenisnya? pernahkah ia terpikir beban mental dan pikiran yang kami rasakan di IGD menghadapi berbagai polah tingkah laku pasien yang begitu banyak?. tapi seberapa sering kami bisa mengumpulkan rupiah di IGD untuk menebus pembiayaan pasien?, padahal kami juga punya kehidupan yang menuntut kami untuk bertahan hidup.jadi kalau kita menginginkan pelayanan yang lebih baik, bisa dirawat di VIP dengan Jamkesmas, bisa diobat dengan obat-obat paten, insyaallah bisa saja diberikan tapi dengan catatan pemerintah melalui Jamkesmasnya bisa menanggung seluruh pembiayaan.ya..sebejat apapun dokternya, sehina apapun dia dikepala anda, dia masih punya nurani untuk mengobati pasien.inilah yang seringkali masyarakat tidak mengerti. banyak kasus-kasus lain yang tidak bisa saya papakarkan satu persatu.

untuk komentar beberapa orang dibawah poster "....ughang miskin mano bisa jd dokter." mungkin anda bisa membaca tulisan saya di kompasiana ini linknya http://sosbud.kompasiana.com/2010/10/19/siapa-bilang-jadi-dokter-harus-mahal/, biar wawasan anda bertambah sedikit dengan kondisi kuliah di kedokteran,tulisan itu saya buat untuk menjawab tulisan seseorang dulu dikompasiana yang mengeluhkan mahalnya kuliah dikedokteran saya kasihan dengan anda yang asal bunyi . itu hanya soal kemauan, soal kegigihan, yang kuliah dikedokteran mungkin banyak yang jauh lebih miskin dari saudara.

so berpikirlah sebelum berbuat!!! jangan buat saya tertawa dengan ketidaktahuan saudara.....


udah dulu ah.....tidur yuuuk...ngantuk!!! bismika allohumma ahya wa bismika amut...... semoga anda tidak bertemu dengan saya di IGD, atau berdoalah dari sekarang untuk tidak bertemu dokter dan perawat ^_^

2 comments:

  1. Assalamu'alaikum.
    Mohon maaf, dengan sangat bangga sebelumnya ana telah me-link blok abang ini di:

    http://widodosaputrajundullah.blogspot.com/

    Mohon izinnya, jika tidak izin segera konfirmasi ke alamat di atas. Syukron..
    (Jika tidak ada konfirmasi ana anggap setuju bang)

    ReplyDelete
  2. waalaikumsalam do, gak pa pa silahkan.....

    ReplyDelete