Friday, 11 February 2011

Penaklukan Ikhwan Di Eropa (1)


Sejak didirikan pada tahun 1928, Ikhwan jelas telah mempengaruhi kehidupan politik di Timur Tengah. Moto "Allah adalah tujuan kami, Rasul adalah pemimpin kami, Al Qur'an adalah hukum kami, Jihad adalah cara kami, Syahid di jalan Allah adalah harapan tertinggi kami" begitu sangat populer di kalangan generasi muda Islam.

Sementara selama dua dekade terakhir ide-ide Ikhwan membentuk keyakinan generasi Islam, Ikhwan juga menuai hasil dari represi keras rezim local; mereka rontok sebagian kekuatannya dan mulai kehilangan daya tarik di Timur Tengah. Yang lebih menyedihkan, Ikhwan—secara umum—dianggap remeh oleh generasi muda Islam yang biasanya lebih memilih organisasi yang lebih tegas.

Tetapi Timur Tengah hanya satu bagian dari dunia Muslim, dan Eropa saat ini telah menjadi inkubator bagi pemikiran dan pembangunan politik Islam. Sejak awal 1960-an, anggota dan simpatisan Ikhwan telah pindah ke Eropa dan perlahan tapi pasti, mendirikan sebuah jaringan mesjid, amal, dan organisasi Islam yang luas dan terorganisir dengan baik. Berbeda dengan komunitas Islam yang lebih besar lainnya, tujuan utama Ikhwan mungkin tidak hanya "untuk membantu Muslim menjadi warga negara terbaik," melainkan untuk memperluas hukum Islam di seluruh Eropa dan Amerika Serikat.

Empat puluh tahun sudah Ikhwan menghabiskan waktu di Eropa. Para mahasiswa yang bermigrasi empat puluh tahun yang lalu dari Timur Tengah dan keturunan mereka sekarang memimpin organisasi yang mewakili komunitas Muslim lokal dalam keterlibatan mereka dengan elit politik Eropa. Mereka memimpin jaringan terpusat yang mencakup hampir setiap negara Eropa.

Organisasi-organisasi ini mewakili diri mereka sebagai arus utama, bahkan saat mereka terus merangkul pandangan Ikhwan. Dengan retorika moderat dan berbicara, fasih dalam Bahasa Jerman, Belanda, dan Prancis, mereka mendapatkan pengakuan pemerintah dan media Eropa. Politisi di seluruh spektrum politik buru-buru melibatkan mereka setiap kali sebuah isu yang melibatkan warga Muslim lahir atau, ketika mereka mencari suara dari komunitas Muslim. Percayalah, suara umat Islam saat ini di Eropa cukup signifikan untuk menambah pundi-pundi kursi di parlemen.

Tapi, Eropa juga ternyata melihat Ikhwan bermuka dua. Bagaimana tidak, media Eropa mencatat sementara perwakilan Ikhwan berbicara tentang dialog antaragama dan integrasi di televisi, tetapi di masjid para aktivis Ikhwan tak pernah berhenti memperingatkan akan budaya masyarakat Barat. Sementara Ikhwan secara terbuka mengutuk pembunuhan komuter di Madrid dan anak-anak sekolah di Rusia, mereka terus mengumpulkan uang untuk Hamas, sebagai rasa ukhuwah dan kemanusiaan yang mendalam atas kondisi rakyat Palestina.

Kasus ini terutama terlihat di Jerman, yang merupakan tempat kunci penting di Eropa, bukan hanya karena lokasinya di jantung Eropa, tetapi juga karena Jerman bertindak sebagai tuan rumah untuk gelombang besar pertama imigran Ikhwan. Jerman juga menjadi rumah yang nyaman untuk Ikhwan. Reaksi pemerintah Jerman akan berubah sangat instruktif hanya jika retorika Ikhwan menunjukkan gelaja bahaya, tanpa melihat ruang lingkup kegiatan Ikhwan dalam skala yang lebih luas. Tetapi, sejauh ini tidak ada gejala yang dianggap membahayakan bagi pemerintah Jerman.

Situasi di Jerman sangat strategis. Lebih dari tempat lainnya di Eropa, Ikhwan di Jerman telah menjadi kekuatan yang signifikan dan mendapat penerimaan politik. Organisasi Islam di negara-negara Eropa lainnya sekarang sadar dan tengah mengikuti model yang dipelopori oleh rekan-rekan mereka di Jerman.
Selama periode 1950-an dan 1960-an, ribuan mahasiswa Muslim meninggalkan Timur Tengah untuk belajar di universitas-universitas Jerman, ditarik tidak hanya oleh reputasi teknis lembaga Jerman belaka, tetapi juga oleh keinginan untuk melarikan diri dari rezim-rezim represif. Penguasa rezim Mesir, Gamal Abdel Nasser terutama gencar dalam upaya membasmi oposisi Islam. Awal tahun 1954, beberapa anggota Ikhwan Mesir melarikan diri, menghindari penangkapan atau pembunuhan. Jerman Barat memberikan perlindungan. Motivasi Bonn itu tidak hanya altruistik, tapi juga memotong hubungan diplomatik dengan negara-negara yang diakui Jerman Timur. Ketika Mesir dan Suriah menjalin hubungan diplomatik dengan pemerintah komunis, Bonn memutuskan untuk menyambut pengungsi politik Suriah dan Mesir. Banyak anggota Ikhwan sudah sangat terbiasa dengan Jerman.

Salah satu pelopor pertama Ikhwan di Jerman adalah Sa'id Ramadan, sekretaris pribadi Hassan al-Banna, pendiri Ikhwan. Ramadan, orang Mesir yang memimpin Ikhwan di Palestina pada tahun 1948, pindah ke Jenewa pada tahun 1958 dan menjadi mahasiswa sekolah hukum di Cologne Di Jerman. Ia mendirikan salah satu dari tiga organisasi Muslim utama di Jerman, Islamische Gemeinschaft Deutschland (Masyarakat Islam Jerman,) di mana dia memimpin dari tahun1958 sampai 1968. Beliau juga membentuk Muslim World League

Hani Ramadan, putra Said, saat ini memimpin Islamic Center. Anggota dewan lainnya adalah Tariq Ramadan, yang baru-baru ini menjadi berita utama di Amerika Serikat ketika Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mencabut visa-nya untuk mengajar di Universitas Notre Dame. (sa/meforum/ikhwanweb)

No comments:

Post a Comment