Sunday 17 April 2011

Kami dan Gempuran Media


Tahun 2004 waktunya kami harus fokus dengan UAN dan SPMB, sekolah yang termasuk bagus di daerahku ini dengan sistem Islamic Boarding School tak mungkin mau menanggung malu jika tingkat kelulusan sekolah ini harus turun karena disibukkan oleh hal-hal yang tidak lebih penting dari belajar, maka dikeluarkanlah peraturan dari sekolah bahwa kami yang sedang duduk di kelas tiga tidak boleh ikut acara apapun , apalagi kampanye partai. dimungkinkan dengan kesibukan kami ini,kami nanti tidak akan fokus untuk belajar. ya, yang namanya masih muda, melihat adek-adek kelas bersemangat berangkat DS(direct selling dan kampanye) mana bisa konsentrasi untuk belajar. duduk di depan buku, bermain angka demi angka, merekam kata demi kata ke dalam memory otak kayaknya tidak lebih menarik dari pada pergi dari rumah ke rumah untuk meperkenalkan partai ini. kami mulai protes agar dibolehkan untuk ikut, tetap saja jaaban kepala sekolah kami harus belajar. namun ,setelah beberapa kali lobi2 politik dilakukan akhirnya kami dibolehkan untuk ikut. senang luar biasa, apalagi alasan bisa keluar asrama untuk sejenak. menikmati dunia luar yang lebih menantang, berdialog dari rumah ke rumah dengan orang-orang yang jauh lebih dewasa dari kami.berdialog tetang partai yang kami tawarkan, bukan ajang bagi2 amplop dari rumah ke rumah.

" dek klen berapa dibayar sama PKS?". pertanyaan itu langsung terlontar saat saya dan seorang teman memasuki kantor cabang Partai lain, sebenarnya kami terjebak masuk ke rumah itu, dari luar tidak jelas kalau disitu ada papan kecil dewan pimpinan ranting partai X, karena sudah terlanjur masuk ya hadapi saja. toh bapaknya juga menyambut baik kedatangan kami.
"gak ada pak, kami tak ada dibayar sama PKS".
mana mungkin partai ini bisa membayar kami untuk DS ini, anggota2 Dewan yang duduk di sana kami tahu sendiri bagaimana kodisi ekonominya, bahkan mungkin diantara kami banyak yang lebih baik dari segi ekonomi ketimbang mereka. teringat juga saat2 kami juga menyablon sendiri kaos-kaos yang berlambang bulan sabit kembar itu, beberapa malam kami berganti2 menyablonnya di mesjid Asrama. karena jumlahnya sangat sedikit, akhirnya beberapa diantara kami menyumbang kaos dan jaketnya buat disablon. saya sendiri menyablon jaket saya untuk dipakai kampanye nanti karena saya tidak kebagian kaos.
"ah..masa seh dek, gak ada dibayar..klen bohong ya?"
"serius pak,, kami melakukan ini benar2 ikhlas untuk ibadah."
"klo gitu kasih bapak kaosnya lah satu."
"maaf pak, kami gak punya bajunya lagi, saya aja baju sendiri yang saya sablon pak". sepertinya bpak ini tidak puas dengan jawabanku, wajar saja beliau berpikir mana mungkin kami sudah tidak dibayar malah kaos satu pu tidak dapat.jaman sekarang malah gabung sama partai, bahkan jadi pengurus bisa jadi tempat mata pencaharian.
biarlah, inilah tugas kita buat memperkenalkannya ke masyarakat, kemungkinan besar mereka belum tahu, ya makanya kita kasih tau.
akhirnya hampir 15 menit diskusi dengan bapak tersebut, meperkenalkan partai dan berusaha menjawab pertanyaan2 penasaran bapak itu. kemudian di siang yang terik itu, kami kembali menyusuri rumah demi rumah sampai selesai satu kampung, dari pintu ke pintu, terkadang diterima dengan tangan terbuka, terkadang acuh takacuh, bahkan terkadang ada yang tidak mau diskusi dan bahkan menyuruh kami untuk ke rumah yang lain saja. menurut saya inilah tantangan yang membuat adrenalin saya semakin terpacu. pendidikan yang tak mungkin saya dapatkan duduk dibangku sekolah.
kesibukan demi kesibukan berlanjut antara belajar untuk UAN dan SPMB dengan Kampanye dan DS dari pintu ke pintu. tiba masanya pemilu tiba, alhamdulilah tidak sia-sia keringat ini, meski belum diposisi tiga besar, tapi kamilah pemenang pemilu 2004.
UAn saya dan kawan2 pun lulus sedangkan SPMB mengantarkan kami diatas 80% memasuki dunia kampus beberapa Perguruan Tinggi Negeri, Saya sendiri diterima di Fakultas Kedokteran...luar biasa, tak terkira syukurku untukmu ya Rabb.
memasuki dunia kampus rasanya saya tidak gamang lagi, perang ideologi bukan menjadi momok yang menakutkan, karena bekal dari guru2 saya sewaktu SMA mebuat saya menjadi punya prinsip. saya terjun diberbagai aktivitas dakwah kampus meski tidak berada dijajaran para petinggi, saya juga aktif dikegiatan luar kampus salah satu lembaga kemanusiaan.
pernah disuatu aksi penggalangan dana untuk Palestina, saya dan beberapa teman, adek-adek bahkan senior2 saya yang sudah jadi dokter menyusuri satu persatu toko2 dan pedagang kaki lima di Pasar raya Padang untuk menggalang lembar demi lembar, receh demi receh rupiah. yang terpikir saat itu, bagaimanapun, sekecil apapun kami harus memberikan kontribusi untuk perjuangan saudara-saudara kami di Palestina. Sejenak menanggalkan predikat dokter dan gelar Mahasiswa kedokteran yang terkenal dengan kutu buku, jarang ikut aksi menyusuri gang-gang becek Pasar raya Kota padang.

" pak,Assalamu'alaikum...minta sumbangannya buat palestina"
"kalian ini kayak kurang kerjaan, Negara orang diurus..."
"makasih pak...."
berlalu kemudian ke toko berikunya
" assalamu'alaikum....ibu mohon sumbangannya buat Palestina..."
"eh..buat palestina ya...ini dek.."
"alhamdulilah...mksh bu"
ke toko selajutnya

" assalamu'alaikum...pak mohon sumbangannya buat Palestina pak"
sejenak bapak itu melongo, kemudian beranjak dari tempat duduknya menghampiri kami, dipikir mau ngasih sumbangan ternyata ngasih ceramah lama bangat...
" dek, kalian ini bukannya belajar..klen disuruh orang tua ke sini untuk kuliah kan bukan untuk ini, gimnaa klo kalian gagal, gmn klo kalian tidak lulus-lulus..bla..bla..bla...sudahlah ini tak ada gunanya. klen belajar, klen perbaiki IPK"...

piiuuuuuhhhh.....degup jantung seakan berpacu saling berebut untuk berdetak, menahan emosi jangan sampai membalas memaki orang tua sok tau ini...menahan mulut untuk tidak sedikitpun mengeluarkan kata-kata, mencoba untuk tetap mengangguk layaknya mengerti dan mengiyakan ceramahnya....bayangkan sendiri orang tua saya sendiri tak pernah menghalangi aktivitas saya bahkan mendukung aktifnya saya di Partai dan organsasi lain, lho tiba-tiba bapak yang tak saya kenal ini memarah-marahi mengatakan orang tua saya akan kecewa dengan kegiatan saya....aneh..pikirku

seandainya kembali berjumpa dengan bapak tersebut, saya akan menunjukkan IPK saya kepadanya, saya akan menunjukkan lama masa pendidikan saya. Saya tamat pas pada waktunya dan tidak lebih, dengan predikat sangat memuaskan...jadi tak ada kontra antara saya aktif dimanapun dengan akademik saya, bahkan itu saya rasakan mendukung sekali.

Memasuki dunia profesi, saya dan kawan-kawan terus berusaha untuk bisa bermamfaat, beberapa kali mengadakan pengobatan gratis di payakumbuh dan 50 kota, kalau saya hitung2 dalam waktu setahun sejak 1maret 2010 sampai 1 maret 2011 kami melaksanakan lebih dari 30 kali pengobatan gratis dengan ikhwah disana. di tengah gempuran media berusaha memberikan gambaran kalau Partai ini bukan seperti yang dulu lagi, dari desa ke desa kami masih melayani masyarakat miskin. di tengah-tengah Media mencoba mengkotak-kotakkan kader Tua (keadilan ) dengan kader Muda (kesejahteraan), setiap minggu kami yang muda masih melingkar bersama kader tua itu yang sabar memberikan jatah ruhiyah. di tengah media mati-matian menggambarkan kalau anggota dewan PKS sudah pada sejeahtera, saat itu saya dan seorang kawan masih duduk di kursi sederhana, rumah tanpa perabot,rumah tak berpagar tanpa satpam, tanpa anjing penjaga, di depan terparkir mobil tua..sambil saya bergurau dengan teman " ini rumah anggota dewan???". ^_^

Apalagi yang akan media tampilkan? apalagi yang akan kawan2 Pers karang?...silahkan, bagaimana mungkin kalian bisa meyakinkan kami kalau PKS sama saja dengan yang lain....

"Harapan itu Masih Ada"

2 comments:

  1. masyaAllah , adik yang satu ini tidak ada 'matinya',,goresan penanya setajam dan seampuh kerja nyatanya..
    saluuuttt...tuk mu wahai brother ^^

    ReplyDelete
  2. mksh Uni, karena Uninya juga semangat jadi yang muda gak boleh kalah dunk...^_^

    ReplyDelete