Wednesday 1 September 2010

Hitam putih Kehidupan....


Hujan di luar masih gemericik, malam kian pekat, sore telah berlalu meninggalkan jejak jejak masa lalu untuk mempersiapkan hari esok yang lebih baik. bersabar dalam sebuah proses pendewasaan diri senantiasa terus memperbaiki kekurangan dan mensyukuri kelebihan yang diberikan. sulit memang menjadi apa yang diinginkan orang lain, terkadang sebagian besar menilai hidup ini hanya hitam dan putih, pendosa dan ahli ibadah. tidak ada ruang untuk wilayah abu-abu . ah...terlalu sempit kita memandang dan menilai sesuatu hal. seakan kitalah yang paling benar, seakan kitalah perpanjangan tangan Tuhan yang berhak untuk menghakimi seseorang. menghukumnya dengan hukuman yang tak setimpal dengan dosa yang ia perbuat, dengan kesalahan yang ia lakukan. sehingga kerap kali kita lihat di negeri ini sebagian orang langsung menggunakan kekerasan untuk menghukum orang lain, untuk menghukum kelompok lain. saya tidak mengatakan tindakan itu salah, tapi dari hati kecil saya, saya tak bisa menerima perlakuan seperti itu. meski sebagian mengatasnamakan agama tertentu, golongn tertentu...ya intinya kita tidak bisa menerima perbedaan, kita hanya menginginkan dominasi di atas orang lain, kitalah pemenangnya. masih ada jalan lain untuk mengingatkan orang lain dengan cara yang ahsan. kenapa kita harus memilih cara yang sulit diterima oleh mayoritas masyarakat yang nota benenya masyarakat yang santun dan ramah. bahkan tindakan kita tersebut memperburuk citra kita sendiri. berharap orang lain bisa berubah ke jalan yang benar, tapi sayang seribu kali sayang penolakan dengan sendirinya akan datang dari hati kecilnya. siapa yang mau diperlakukan dengan kasar?...siapa yang mau diingatkan dengan dipermalukan?...pada dasarnya manusia lebih bisa menerima kebaikan yang kita sampaikan dengan cara yang bijak, yang ahsan....dan kita juga perlu kesabaran. merubah orang lain bkanlah hal yang mudah, semuanya butuh peroses kawan. di jalan dakwah ini kita juga berproses, di jalan dakwah ini kita juga tidak langsung menerimanya begitu saja dan dibalik semua proses perbaikan kita disana ada campur tangan orang-orang yang ikhlas dan dengan sabar menghadapi kita....

hujan diluar belum juga berhenti menjadikan malam ini semakin dingin, disepuluh malam terakhir ramadhan ini, sebagian kita sibuk dengan ibadah namun sebagian lagi sibuk dengan urusan dunianya....bahkan sebagian lagi sibuk dengan saling menghujat di dunia maya....apakah memang sebagai manusia kita juga tercipta dengan ego yang tinggi? mungkin....sehingga kita sangat sulit sekali menerima kebaikan yang disampaikan orang lain, kebaikan yang dilakukan orang lain, kita selalu memandangnya dari sisi yang berlawanan, atau lebih sering kita menilai dari sisi negatifnya....beberapa hari ini saya mengamati fenomena komentar para facebooker di statusnya Menkominfo pak Tifatul Sembiring, banyak yang memberi komentar miring, komentar curiga, permusahan luar biasa bahkan sampai pada tingkatan menghujat dan mencaci...ya meski ada juga yang berpandangan positif dengan status beliau. kebanyakan dari yang tidak menerima kalau saya amati, kita tidak siap dengan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik, ada juga yang tidak bisa menerima dengan cara beliau berdakwah melalui jalur parlemen ikut dalam sistem pemerintahan....ada yang menilai kinerja beliau lamban, menilai kerjanya sia-sia, cuma pandai ngomong, cuma pandai berpantunlah. saya bertanya dalam hati...saya sendiri apa yang sudah saya perbuat buat negeri ini? apa yang sudah bisa saya sumbangkan?pengorbanan apa yang sudah saya berikan?ah...masih kecil sekali pengorbanan saya dibanding beliau...ada juga yang menilai beliau Thogut, penjilat para penguasa, pemakai sistem kafir, ahli bida'ah....huuuh betapa kita merasa paling benar dari segalanya, merasa jalan perjuangan kita yang direstui oleh Tuhan, perjuangan orang lain hanya sia-sia belaka. kita lebih mengedepankan perbedaab ketimbang banyak persamaan yang ada pada kita....saudaraku kita sama-sama rukuk, kita sama-sama sujud pada Tuhan yang satu dan kita sama-sama berusaha meneladani Rasulullah, kitab yang kita baca sama-sama al-Qur'an, sama-sama sholat wajib 5 waktu, puasa, zakat, haji.....semuanya masih tetap sama, kecuali sebagian kecil perbedaan kita pada hal-hal yang masih cabang. antara haramnya berpolitik dengan tidak, celana menggantung atau tidak, becadar atau tidak..........tidakkah kita melihat tujuan kita juga sama???
ntahlah ya, saya hanya menilai dari kebaikan yang disampaikan orang lain..karena saya juga belum tentu bisa untuk melakukannya...

Hujan di luar mulai berhenti, sesekali gemericik masih terdengar antara air hujan yang beradu dengan atap rumah....sunyi mulai merayapi malam ini, menelan segala hiruk pikuk kehidupan. merangkul lelah dalam dekapan istirahat...... hamba-hamba yang berproses tetap sibuk dan sabar, bercengkrama dengan malam yang sunyi, melantunkan bait-bait suci seakan kerinduannya tak pernah terbayarkan....sujudnya masih panjang dengan harapan ia terlahir kembali dalam kondisi fitrah nantinya....ibarat kepompong yang berisi ulat menjijikkan, andai ia tak bersabar berada di dalam bungkusan kepompongnya, maka takkan pernah ia menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah....

1 comment:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    ReplyDelete