Friday, 1 October 2010

Ketidakadilan dibelakang G30SPKI....


dulu sewaktu masih SD, guru disekolah selalu mewajibkan untuk menonton film G30SPKI, film yang mengerikan untuk anak seumurku, ntah karena belum ada film Doraemon atau film animasi-animasian yang di indosiar makanya mungkin guruku mewajibkan menonton itu, alias gak ada pembanding yang lebih bagus....masih mending disuruh nonton Ayat-Ayat Cinta, tapi sayang saat itu Kang Abik katanya belum selesai buat ceritanya ....he he he
"darah itu merah jendral" dialog yang masih saya ingat atau dialog saat di rumah Panjaitan.." jangan menyerah Tulaaaang...". disayat pakai silet, di kasih asam sama garam, bahkan ada yang dipotong penisnya oleh GERWANI. kemudian setelah penyiksaaan dimasukkan ke sebuah sumur tua kemudian ditembaki lagi dari atas sebelum di timbun dengan tanah.
cerita yang mengerikan , sebuah pembantaian sadis yang penuh rekayasa untuk sebuah kepentingan politik. ya wajar saja orang sangat anti mendengar PKI, tiap tanggal 30 september dicekcoki dengan film hitam putih itu. saya pribadi memang tidak sefaham dengan ide komunis yang di usung PKI , tapi yang perlu kita lihat adalah banyaknya bentuk ketidakadilan saat itu. bahkan sampai sekarang membicarakan tentang PKI dirasakan tabu di masyarakat , ntah karena terlalu seringnya menonton film itu atau ketakutan akan ancaman2 yang dulu saat rezim orba berkuasa.tapi apakah kita tahu kesadisan saat rezim orba berkuasa, bahkan pembantaiannya lebih sadis dibanding dengan G30SPKI yang kita tonton ,penangkapan kepada anggota PKI dan orang-orang yang terlibat dengan partai tersebut terjadi diseluruh daerah, mulai dari kota-kota besar dan terlebih di daerah, penangkapan, orang hilang, pembuangan dan semuanya tak ada proses peradilan.

" di sungai inilah dulu, anggota PKI dibantai oleh tentara." kata nenekku saat ia bercerita kepada kami waktu kecil...
" sungai Batang Natal ini lebih dari seminggu tak bisa dipakai untuk keperluan apapun, bau amis, bau bangkai, terkadang juga potongan jari jemari manusia kami temukan di sungai ini." tambah nenekku lagi . mereka hanya petani biasa yang tak tahu menahu apapun soal politik, jangan berpolitik baca tulis saja mereka tak mengerti. hanya di kasih cangkul atau alat pertanian trus terdaftar jadi anggota partai maka mereka pun dilenyapkan oleh penguasa saat itu. terlebih lagi bagi sanak keluarga, bahkan sampai tujuh turunan mereka mendapatkan hukuman sosial dari masyrakat. susah untuk diterima bekerja apalagi dilingkungan pemerintahan.

itu hanya tinggal cerita turun temurun yang mulai menghilang ditanah kelahiranku bagaimana kesadisan pembantaian orang-orang yang dituduh PKI di Hulu Sungai Batang Natal. tak pernah diusut, tak pernah terdengar ada yang menuntut. semuanya seakan sudah melupakan di tanah kelahiranku ini pernah terjadi perlakuan tidak adil dari penguasa.....

1 comment:

  1. Sangat Menyedihkan.. Bila itu sebuah kebenaran.

    ReplyDelete