Tuesday, 19 October 2010
Siapa Bilang Jadi dokter harus Mahal???
Maret 2004
“ ayah,…saya mau kuliah di kedokteran “. Tiba-tiba suasana meja makan malam itu menjadi sunyi, masing-masing melanjutkan makannya setelah beberapa saat berhenti dengan pertanyaanku, saya pandangi ibuku untuk meminta sedikit dukungannya….ah apalah yang bisa beliau bantu, ia hanya seorang istri yang sangat penurut apapun kata ayah. Ibu hanya mendukung keinginanku apabila dibelakang ayah.
“ kuliah di kedokteran? Darimana nak, ayah bisa dapat uang sebanyak itu…100 juta? Dikumpulin dari harta kakek ampe buyutmu aja gak bakal terkumpul sampe segitu….tak usah berpikir yang macam-macam.”
Kembali saya telan penolakan ayah dengan makanan yang serasa tersekat di kerongkonganku…
“ siapa bilang 100 juta yah?...”
“itu anak tetangga kita contohnya, bapaknya yang sekaya itu aja kewalahan bayar uang kuliahnya…”
“ Diakan kuliahnya di swasta yah….” saya masih terus meyakinkan orang tua.
“ sama aja gak jauh beda di Negeri sama swasta….kamu ambil Hukum saja”
Halah…mulai ayahku terobsesi lagi dengan anaknya seorang ahli hukum, pengen sekali beliau klu saya mengikuti jejak kakek semargaku Adnan Buyung Nasution mungkin….ha ha ha….nggak saya akan buktikan saya bisa. Ku bulatkan tekadku malam itu di meja makan.
Saya terlahir sebagai anak ke 6 dari 8 bersaudara, ayah seorang wiraswasta berdagang kecil-kecilan, klu saya melihatnya ayah lebih sering ruginya dari pada untungnya, ntahlah ya mungkin jiwa bisnisnya sangat kurang sekali. Ibu seorang tukang jahit biasa, penghasilan beliau Cuma cukup buat kebutuhan kami sehari-hari. Meski setengah mati menelusuri garis silsilah keluarga tak bisa saya temukan kalau saya berdarah biru, memang ternyata saya hanya makhluk berdarah merah..he he he…tak juga keturunan raja-raja di tanah Batak, dipaksa-paksakan pun jadi cucunya Sisinga Mangaraja atau Willem Iskandar tetap gak bisa….ah ya sudahlah saya harus menerima takdir sebagai anak dari keluarga biasa-biasa aja. Tak ada “vertebre” yang bisa menyokong untuk berdiri. Seperti kata seorang kawan kami hanyalah Molluska yang bertekad untuk menjadi tingkatan yang lebih tinggi.
Syukurlah Tuhan memang adil menciptakan kita ke dunia ini, ada kekurangan dan ada juga kelebihan yang diberikan kepada kita. Singkat cerita saya masuk di salah satu sekolah bagus di Kota Padangsidempuan, saya masuk di salah satu sekolah swasta yang menerapkan system boarding school alias asrama. Di saat orang lain yang sederajat dengan kami berpikir seribu kali untuk masuk SMA swasta karena biaya yang super mahal, Alhamdulillah saya tetap mendaftar ke SMA swasta untuk test di sana. Islamic Boarding School SMP-SMA Nurul ‘Ilmi salah satu sekolah islam terpadu syukurlah saya diterima di sana diantara ratusan siswa yang ikut test. Seperti sangkaan kebanyakan orang SMA swasta mahal, ternyata tidaklah demikian. 3 tahun sekolah dan diasramakan di sana, semuanya saya menikmatinya gratis tanpa biaya apapun, mulai biaya sekolah, biaya makan, biaya asrama, hanya 500 ribu sumbangan untuk pustaka sekolah dan itupun bisa dicicil selama 3 tahun. Sekolah yang luar biasa menurut saya, meski gratisan sekolahnya kwalitasnya tetap bagus, sehingga di atas 80% kami lulus di perguruan tinggi negeri.
Tamat dari SMA bukanlah hal mudah untuk saat ini, masuk kedokteran katanya harus butuh duit ratusan juta, punya orang tua konglomerat atau minimallah punya orang tua seorang dokter. Percakapan beberapa bulan yang lalu di meja makan dengan ayahku masih terngiang-ngiang saat lembaran SPMB ini mau di isi. Ah…semua rezeki dah ada yang ngatur pikirku, Allah takkan menyianyiakan keninginan saya. Akhirnya saya bulati pilihan FK Universitas Andalas sebagai pilihan pertama saya. Orang tua juga tak tahu apa sebenarnya yang saya pilih saat itu, mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur lagi. Baru setelah keluar pengumuman di Koran saya kasih tau sama orang tua, bukan wajah gembira yang saya dapat dari orang tua saat mendengar kelulusanku di kedokteran, tapi wajah cemas memikirkan kemana mau dicari pinjaman ratusan juta.
Saat itu Cuma 3 juta uang yang saya bawa menuju kota Padang untuk daftar ulang, itulah semua simpanan orang tua saya. Di saat orang lain diantar orang tuanya untuk sekedar mendaftar, saya berangkat tanpa mereka untuk lebih menghemat biaya. Dengan bantuan beberapa orang senior, khirnya dalam satu hari urusan daftar ulangpun selesai, tak ada ratusan juta, tak ada yang ditakutkan orang tua saya, tak ada yang ditakutkan oleh semua orang. 1,6 juta total keseluruhan biaya daftar ulang saat itu, sudah termasuk biaya kuliah satu semester, biaya praktikum, baju almamater, biaya bakti, test Toefel, biaya bus kampus. Lebih mahal uang masuk anak SD swasta di sebelah kost saya, anaknya masuk SD saja sudah 2 juta saat itu. Mendengar kabar itu, terisak ibu saya di ujung telpon di seberang sana…..
Saya bukanlah seorang kutu buku apalagi kutu busuk..he he he..sehingga nyampe kampus rasanya gak betah Cuma jadi seorang mahasiswa yang taunya Cuma kost ama kampus, saya pun masuk ke salah satu UKM di FK saya memilih untuk aktif di Lembaga Dakwah Kampus, tak cukup dengan kegiatan itu di tahun ke 2 saya masuk kesalah satu Perhimpunan Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia cabang Padang. Aktif diberbagai kegiatan kampus bukan berarti saya harus mengorbankan kuliah saya,kuliah nomor satu dan oraganisasi saya juga nomor satu. teman2 seangkatan saya lulus , alhamdulilah saya juga lulus. Mereka jadi dokter saya juga akhirnya jadi dokter dalam masa pendidikn 5 tahun 3 bulan dengan predikat sangat memuaskan. Desember 2009 kemarin akhirnya saya wisuda meski seorang ibu yang sangat saya cintai sudah tiada, beliau menghadapNya saat saya masih di tahun 3 di kampus. Tapi semangat juangnya masih mengalir di darah saya yang bukan berdarah biru ini.
Tulisan ini saya rangkai bukanlah untuk berbangga diri, hanya sekedar membuka sedikit mata kita dan cara berfikir yang jangan terlalu sempit. Memberikan semangat buat ibu-ibu yang memiliki harapan dan jiwa juang yang besar, menambah semangat buat adek-adek saya yang hendak merangkai mimpi kuliah di kedokteran. Bermimpilah…… jadi dokter itu tidak harus mahal….^_^
Labels:
jendela hati
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
semangatnya perlu diteladani...
ReplyDelete^_^......smngt!!!
ReplyDeletememang betul tu bang,
ReplyDeleteAZZAm yang kuat adalh kunci dari rahmat...
..
sedikit tersanjung saat abng ceritakan sekolah itu...
sekolah yang tegel ruangannya sudah agak menguning , karena kuah gulai ayam di hari senin dan kamis.......hahahahah
aku RINDU bang.!!!
benar.. bermimpilah!!! ^o^/
ReplyDeletesemoga jadi dokter yang selalu memberikan manfaat bagi sesama
eh, af1, mumpung lagi blogwalking di blog anak kedokteran. mau nanya..
apa ya hikmahnya Allah menciptakan organ indera di daerah kepala yang berdekatan dg otak (kecuali indera peraba yang disebar keseluruh tubuh)? ada penjelasan secara fisiologis?
hehe.. ada tugas dari dosen psikologi kognitif :D