Saturday, 13 November 2010

Kisah Perjalanan Relawan ke Mentawai #1


Wajah-wajah lelah kami menunggu keberangkatan semakin terpancar satu persatu, awan yang semakin hitam menyelimuti pelabuhan Bungus , beberapa detik kemudian Hujan deraspun mengguyur bersama angin kencang yang bertiup. Kami berlindung di sebuah tempat pelelangan ikan , duduk pasrah dan masih berharap cuaca membaik lagi. Semoga keberangkatan kali ini tidak tertunda lagi seperti kemarin. Satu persatu saya tatapi wajah lelah sahabat-sahabat saya, namun semangat mereka tetap tak bisa dibendung. Saya yang di tunjuk sebagai ketua rombongan tentu harus lebih bijak mengambil keputusan, dipaksakanpun untuk pergi kalau membahayakan menurut saya bukanlah sebuah keputusan yang tepat. Sesekali saya dilempar pertanyaan dan kritikan dari kawan2. Tetap saja saya meyakinkan mereka untuk lebih bersabar, kita semua berniat membantu ke sana, tapi jangan sempat kita yang merepotkan orang lain . hujan semakin deras, kami pun mengalihkan perhatian dengan bercanda, membosankan adalah kata yang paling tepat untuk menunggu, sebagian ada yang memutuskan untuk membeli makanan karena lapar yang mulai terasa. Hati kecil saya terus berdoa, semoga perjalanan ini dimudahkan, luruskan niat kami ya Rabb semata-mata untuk membantu saudara-saudara kami di sana. Kasihan juga kalau seandainya keberangkatan kami ke Mentawai tidak jadi, padahal sebagian besar dari kami sudah berusaha keras untuk mendapatkan izin dari orang tua. Jam di HP saya sudah menunjukkan pukul 2 siang, namun hujan belum juga reda, awan gelap juga belum berkurang sama sekali.
“ pak, maaf kita tidak bisa berangkat hari ini, kita tunda sampai besok subuh, klu mau nginap di sini juga gak papa, masih ada penginapan yang kosong”. Nakhoda kapal Patroli DKP menghampiri saya
Beberapa relawan mengusulkan untuk tetap menunggu hujan reda, dengan semangat luar biasa mereka tak mau keberangkatan di tunda lagi. Saya putuskan untuk menunggu sampai subuh sesuai saran dari Nakhoda kapal, saya tak ingin terjadi apa-apa kalau keberangkatan ini dipaksakan. Penginapan yang ditawarkan dengan halus kami tolak karena ada dua orang relawan perempuan yang ikut, sedangkan kamar yang disediakan Cuma satu. Kami memutuskan untuk kembali ke secretariat Bulan Sabit Merah Indonesia, menginap di sana dan menunggu sampai subuh. Saya telepon kembali ketua BSMI Cabang Padang agar menjemput kami kembali ke pelabuhan karena keberangkatan di tunda. Jam 15.30 hujan mulai berhenti, awan hitam mulai berkurang, siap-siap menuju secretariat BSMI…tiba-tiba Nakhoda Kapal menemui kami kembali….” Kita coba aja untuk berangkat, semoga perjalanan lancar”. Tepat pukul 15.45 jum’at 29 Oktober 2010 kami bertolak dari Pelabuhan Bungus menggunakan Kapal Patroli Dinas Kelautan dan Perikanan, kami dari BSMI sendiri terdiri dari 5 orang dokter dan 2 relawan non Medis,2 orang dari Muslim Hands, 2 orang mahasiswa Universitas Bung Hatta yang juga akan mengirimkan bantuan logistic, dan sekitar sepuluh orang kru kapal. Saya meng-sms beberapa kawan kalau kami sedang bertolak dari Bungus…..
Baru sekitar 30 menit perjalanan Badai kencang muncul lagi, awan mulai menghitam, hujan kembali turun. Akhirnya Nakhoda kapal memutuskan untuk bersembunyi di balik Pulau Sikuai sampai menjelang magrib kami berada disitu, sampai akhirnya kami disuruh harus pergi oleh penghuni Pulau tersebut karena katanya kami akan merusak trumbu karang disitu, padahal Hujan dan Badai lagi kencang2nya diluar. Ya ..tanpa ingin membuat masalah jadi lebih panjang akhirnya kami meninggalkan Sikuai menuju Pulau yang lain, padahal kami hanya ingin berlindung di Pulau itu. Sekitar 15 menit perjalanan dengan menempuh ombak yang sebesar rumah dan lebih gede dari kapal kami, akhirnya kami sampai di Pulau Simangke, beberapa dari kami sudah muntah-muntah akibat mabuk laut, beberapa pucat pasi melihat ombak yang segede2 rumah….^_^ ( termasuk saya he he he). Nakhoda kapal akhirnya memutuskan kami bermalam di sekitar pulau Simangke. Alhamdulillah semua aman2 saja.kembali saya mengabari beberapa kawan di Padang bahwa kami tidak apa-apa. Pagi menjelang hujan sudah berhenti, namun ombak masih tinggi, kapal memutuskan menuju ke Painan, karena rute Painan Mentawai lebih dekat di bandingkan rute Padang-Mentawai . sekitar jam 8.00 pagi kami merapat di pelabuhan Carocok Painan. Belum ada tanda-tanda kapal bisa menembus ke Mentawai karena Badai masih kencang, sebagian kawan2 sudah mulai tak sabar untuk berangkat. Kami diminta Nakhoda menunggu sampai jam 11 untuk kemudian nanti mencoba lagi. Tapi sampai jam 11 memang badainya tak reda juga, saya telpon ke Padang. Katanya ada Kapal besar Ambu-Ambu yang berangkat ntar sore, disana juga ada kawan2 relawan BSMI dari Lampung, dari BSMI pusat dan dari Malaysia. Akhirnya saya memutuskan kami kembali ke Padang untuk naik kapal Besar karena kapal kecil sudah tidak memungkinkan. Melalu jalur darat dengan naik Ambulance BSMI kami menuju padang. Alhamdlillah akhirnya Do’a kami terkabul, kamipun berangkat bersama Kapal Ambu-Ambu Menuju Mentawai…..Salam Kemanusiaan!!!
( salam rindu buat seluruh relawan BSMI, dr.uum, dr. iat, dr.Hendra, dr. rizka, Ayumi, dr.Johan, dr.Aidi, sopyan, aziz, mas Novi, mas erfan, pak rudi, uni ani, uni Teppy, mas syekh, Rizki, Pak Hisyam……semangat kalian luar biasa).
Nanti tunggu ceritanya di episode selanjutnya

No comments:

Post a Comment