Wednesday, 17 November 2010

Selamat Tinggal Persia


Aku harus menemui Muhammad secepatnya, kemarahan yang Mulia Kisra sungguh luar biasa setelah pengiriman utusan Muhammad kepada Raja kami itu. Rasanya kurang tepat ajakan Muhammad untuk mengajak sang Raja mengikuti agamanya, mengingat posisi Muhammad tidaklah baik, selain permusuhannya dengan Quraisy , beberapa kali penghianatan dari Yahudi baik di dalam dan di luar Madinah sungguh luar biasa. Meskipun sekarang Persia sering mengalami kekalahan dari Raja Heraklius di Romawi tapi bukan alasan Muhammad menganggap remeh bangsa kami, terakhir bangsa Persia mengalami kekalahan perang dengan Romawi di Niniveh 2 tahun silam 626 Masehi, sungguh kerugian yang luar biasa di pihak kami.dan sangat wajar yang Mulia Kisra marah apalagi ditengah gejolak bangsa Persia, selain itu kami sendiri sudah memiliki Avesta kitab suci Zoroastrian, kami memilki Dewa Ahura Mazda Sang Dewa terang. Selama ini bangsa Arab tak pernah terlintas di benak kami untuk memilikinya begitu juga dengan Romawi, tak ada untungnya memilki daerah ini, daerah tandus padang pasir tak memiliki kekayaan apapun kecuali gurun pasir yang luas.
Langkah kaki kudaku melambat di celah-celah bebatuan pegunungan Asir, kota Thaif ini di apit oleh pegunungan Asir dan pegunungan Al-Hada, meski kota ini didominasi oleh bebatuan akan tetapi tanahnya sangat subur dan didukung oleh iklim yang sejuk sehingga Thaif terkenal sebagai daerah penghasil sayur mayor. Dari Thaif ke Mekkah masih harus menempuh sekitar 80 Km, kira-kira masih butuh 2 hari perjalanan atau bahkan lebih kalau ada halangan di perjalanan. Ku pandangi surat Guburnur Yaman Badzah yang masih terselip dipinggangku, gulungan kertas kayu yang berisi panggilan Raja Kisra untuk Muhammad agar menemuinya. Pepohonan berduri tajam sesekali ku temui di kiri kanan jalan setapak di celah bebukitan.
Suhu dingin Thaif sudah berganti dengan panasnya gurun Pasir Mekkah, seakan tanah ini sudah dikutuk Ahura Mazda, murkanya sangat terasa menyengat menembus baju yang ku pakai hingga kulit. Ntah makhluk seperti apa yang sanggup bertahan di tanah kutukan ini. Saya menemui pembesar Quraisy menyampaikan berita gembira bahwa yang Mulia Kisra akan membunuh Muhammad . seperti mendapat hadiah yang luar biasa dari Persia kepada Mekkah, sehingga kaum Quraisy menyambutku dengan baik dan penuh bahagia. Menurut informasi yang ku terima dari Mekkah ke Madinah masih berjarak 420 km bisa sekitar seminggu lagi dengan mengendarai kuda.
Aku mulai membayangkan Muhammad seperti apa, Istananya sebesar dan semegah apa sehingga dia sanggup mengirimi yang Mulia Kisra sepucuk surat ajakan masuk Islam, sebuah agama baru yang bahkan di sini ditempat asalnya mendapat penolakan yang luar biasa. Aku juga sudah mempersiapkan diri bilamana kepalaku melayang dipenggal pengikutnya Muhammad karena ini adalah resiko pekerjaanku sebagai pengirim pesan Raja. Tak jarang kepala kami melayang di depan Raja-raja, kami dipenjarakan tanpa ada jaminan untuk dibebaskan.
Perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya aku sampai di kota kecil Madinah, kota yang di kelilingi bebukitan dan pegunungan, di beberapa tempat ku temui kebun kurma. Setelah beberpa kali bertanya kepada penduduk setempat akhirnya aku berdiri deadpan Istananya Muhammad, aku masih tak yakin gubuk reot ini adalah tempatnya Muhammad, rasanya aku seperti dibohongi penduduk disini.
“ Muhammad..keluarlah saya utusan Raja Kisra.” Saya memanggilnya masih dari atas kuda
Tiba-tiba sesosok tubuh keluar dari balik pintu, pasti ini yang disebut-sebut pembesar Qurais beberapa hari yang lalu, jangan sampai tersihir dengan penampilannya, hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya dia adalah penyihir hebat. Aku terdiam sesaat….
“ wahai Muhammad, Raja Kisra menyuruhmu untuk menemuinya….”
“ Istirahatlah dulu, besok temui aku kembali….”. seperti tersihir dengan kata-kata lembutnya yang penuh karisma, aku langsung menurut mengikuti orang suruhan Muhammad untuk menuju penginapan yang disediakan.
Keesokan harinya saya menemui Muhammad kembali
“ pulanglah temui Badzah kembali, sampaikan bahwa rajamu Kisra sudah di bunuh anaknya tadi malam, sampaikan padanya untuk mengikuti agama Islam niscaya Yaman akan kuberikan kepadanya….”
Orang ini memang sudah benar-benar gila, bagaimana ia sok tahu mengatakan Raja saya sudah mati.
“ bagaimana aku bisa mempercayaimu Muhammad?.” Aku semakin bingung, apakah perjalananku berhari-hari dari Yaman ke sini tidak menghasilkan apa-apa kecuali berita kematian yang Mulia Kisra yang telah dibunuh anaknya Kavadh II. Mustahil,,mustahil..pasti ini akal bulusnya Muhammad agar ia tak ikut bersamaku.
Memang lagi-lagi Muhammad telah menyihirku, aku mengikuti apa yang dikatakannya, aku segera berbalik lagi kembali menemui Badzah di Yaman…..
Kutulis ini disaat Persia mulai runtuh, puing-puing kekuasaan Kisra yang mulai hancur di tangan pemberontakan anaknya Kavadh 2 dan serangan-serangan yang beruntun dari Romawi dan pengikut agama Muhammad. Terlebih ketika aku menyampaikan berita yang disampaikan Muhammad kalau Kisra dibunuh kavadh II dengan berakhir gubernur Yaman memeluk Islam…akhirnya beberapa diantara kami pemeluk agama penyembah api memilih untuk berpindah ke India dan beberapa yang lain memilih tinggal di bawah kekuasaan Islam, sedangkan tak sedikit juga memilih mengikuti agama Muhammad itu. Aku sendiri tetap berpegang pada agama nenek moyangku…..Gathas yang berisi puji-pujian kitab pegangan kami setelah Avesta ku masukkan dalam tas perbekalanku. Selamat tinggal Persia…..

2 comments:

  1. Masih adakah pemimpin seperti Muhammad... yang mau tinggal di gubuk reyot ?

    ReplyDelete
  2. kita sangat merindukan pemimpin2 seperti beliau, seprti sahabat2nya, seperti Umar bin abd aziz yg tak tau lagi menyalurkan zakat kepada siapa karena rakyatnya makmur....

    ReplyDelete