Wednesday 23 November 2011

Hati2 Dukun Malpraktek!!!


Banyaknya kasus dukun malpraktek sudah sangat sering ditemukan, namun tak satupun kasusnya yang diangkat ke permukaan. Saya sendiri belum pernah mendengar kasus kelurga pasien menuntut dukun gara-gara salah diagnosis, dukun salah obat, paling-paling yang sering dituntut adalah dukun cabul ^_^. mungkin memang karena tidak adanya undang-undang yang bisa menjerat mereka. ntahlah yang penting kasus-kasus malpraktek dukun sangat sering ditemui. misalnya pasien patah tulang akhirnya cacat permanen, atau pasien patah tulang terbuka akhirnya kaki membusuk dan diamputasi dan banyak lagi kasus lainnya.seperti kasus yang saya temui hari ini, begini ceritanya.....
Usianya 38 tahun, masuk IGD kemarin sore di temani suaminya beserta seorang perawat yang mengantar. tubuhnya terbaring lemah tak berdaya, anggota gerak sebelah kanan sama sekali tidak bisa lagi di gerakkan, sedangkan anggota gerak sebelah kiri masih bisa digerakkan sedikit. kesadarannya masih bagus, cuma ia tidak mampu membuka matanya karena merasa kepalanya sangat sakit sekali. saya menanyakan tentang riwayat penyakit ibu tersebut. ternyata dari hasil anamnesa sudah di diagnosis menderita tumor otak di padang dan dianjurkan operasi.hasil scan 2 bulan yang lalu juga menerangkan bahwa ditemukannya massa di Lobus Intra temporal kiri dengan edema luas. yang namanya manusia dokter juga tidak mungkin bisa menjanjikan kesembuhan 100% kepada pasien ( saya jamin siapapun dokternya tidak akan bisa menjamin kesembuhan 100%), dan juga tidak bisa memastikan berhasil tidaknya operasi apalagi ini bukan operasi biasa. karena alasan tersebut keluarga akhirnya memutuskan untuk membawa keluar dari salah satu rumah sakit di padang dan akhirnya memilih ke jawa, beda sekali dengan iklan para dukun dan para normal "bisa menyembuhkan segala penyakit", " dijamin sembuh"..benar-benar kepedean jadi manusia. Di Jawa pasien di bawa berobat katanya ke seorang kiyai. dengan mantra dan jampi2 tak jelas setelah beberapa minggu berobat ke sang Kyai, kesimpulannya kata kyai tersebut bahwa Tumor tersebut sudah ia angkat dan pasien hanya tinggal menunggu pemulihan saja ( kereeen kan...kalah Spesialis Bedah Syaraf....^_^). Mungkin beginilah orang awam, dengan kesimpulan dari kyai tersebut keluarga pasienpun langsung percaya bahwa tumor tersebut sudah diangkat. akhirnya dibawa kembali ke Sumatera.

Pasien pun saya konsulkan ke spesialis penyakit syaraf , tetap sama anjuran dokter tersebut bahwa jalan satu satunya adalah operasi. tapi keluarga pasien tetap bersikeras kalau tumor tersebut sudah diangkat Kyai dan kondisi sekarang hanya tinggal pemulihan.
secara logika saja jika seandainya tumor tersebut sudah benar2 hilang dan diangkat oleh Kyai tersebut, tidak mungkin kondisinya bertambah buruk, pasti pasiennya sudah membaik.
keluarga akhirnya minta di scan ulang untuk memastikan. spesialis syaraf tetap menyarankan agar langsung saja di bawa kembali ke Padang dan tidak usah scan ulang, karena pasti hasilnya sama saja dan malah mungkin bisa jadi makin parah. tetap keluarga minta di scan lagi.
singkat cerita hasil scan keluar dan hasilnya malah Tumor bertambah besar dan edema bertambah luas.

Saya mulai berpikir, klo kayak gini bisa gak sang kyai dituntut malpraktek? coba saja seandainya yang melakukan itu adalah dokter pasti media massa sudah heboh.padahal disini jelas pasien sudah dirugikan dan sudah dibodohi, mana mungkin dengan jampi2 tumor bisa hilang sekejap. kalau ada dukun seperti itu, betapa banyak pasien tumor dan kanker di Negeri ini yang sudah terbantu dan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya besar untuk operasi. Beban Negara berkurang.
Sebagai awam kita juga seharusnya memainkan logika kita, jangan menelan mentah-mentah apa yang dikatakan baik itu oleh dokter atau dukun atau pun kyai.
tapi bukan Indonesia kalau masyarakatnya gak percaya Dukun. lihat saja pasien yang berobat ke Ponari, mereka rela antrian panjang demi mendapat air bekas celupan tangannya, ntah si Ponari sudah cebok apa belum, air itu pula yang diminumkan ke pasien.
Tapi pasien tidak juga bisa kita salahkan kenapa harus membawa ke dukun, terkadang mereka terkendala biaya berobat ke petugas kesehatan, berobat ke dukun cukup infak seikhlasnya ya langsung dapat pelayanan, sedangkan berobat ke petugas medis , sudahlah ribet, bayar mahal lagi. mereka tak juga bisa kita salahkan kenapa terlalu percaya dengan pendapat dukun, memang pendidikan mereka sendiri banyak yang tidak tamat Sekolah Dasar bahkan banyak yang tak pernah sekolah. pernah saya minta tanda tangan dari keluarga pasien, ia menjawab" saya bodoh pak,saya gak pernah sekolah, tak bisa tantangan pak" miriskan mendengarnya?.
Hayo ini tanggung jawab siapa???
Mana program wajib belajar 9 Tahunnya? Mana program berobat gratisnya? ^_^

Tapi Tetap hati-hati jika Dukun Malpraktek !!!!

No comments:

Post a Comment