Friday 9 April 2010

kisah seorang pengguna DMP


Seorang pemuda 26 tahun sekarang terbaring lemah dengan cairan infuse yang masih terpasang, matanya sayu ntah itu sebuah ungkapan penyesalan saya juga tak mengerti menafsirkannya dan saya juga bukan seorang ahli tafsir…^_^, tato di beberapa bagian tubuhnya terukir indah dengan tinta warna biru bisa menggambarkan siapa ia sebenarnya, bagaimana kesehariannya. Tato tidak selamanya menggambarkan seseorang berandalan kata beberapa orang….memang ada sedikit benarnya tapi menurut saya opini ini lebih banyak salahnya, bagaimanapun selebriti membangun image positif orang-orang bertato di infotaimnt, tetap aja di mata saya pasti ada sesuatu yang salah yang harus dipertanyakan dengan si pemakai tato.setinggi apapun nilai seninya, secantik apapun lukisannya, bagi saya tubuh bukanlah tempatnya menggambar. Coba saja ke rumah sakit manapun berobat, orang-orang pasti akan sangat hati-hati melayaninya karena seringkali pemakai tato yang datang berobat sudah menyimpan penyakit yang menakutkan ditubuhnya. Saya sebenarnya bukan ingin mempermasalahkan tatonya.
Visite pagi ini bersama dokter spesialis penyakit dalam sebenarnya sudah selesai. Tapi, untuk kedua kalinya bersama seorang dokter senior sesama laumni FSKI kami mendatangi pasien itu kembali, ada sedikit tanggung jawab moral yang harus disampaikan, semoga pasiennya mengerti dan kami tidak ditafsirkannya dokter SKSD…..sok kenal sok dekeeeet….
“ dek a masuak kamari?”
“wak makan ubek pak…” jawabnya terbata-bata tanpa mau menatap kea rah kami dalam bahasa minang logat payakumbuah yang khas.
Padahal sebenarnya kami sudah tahu dia masuk ke sini gara-gara over dosis keracunan DMP 30 butir….
“bara butir dimakan?”
“tigo puluah pak…..” mantap mantap pikirku
“ dima dapek ubek tu?”
“bali di apotek pak……” ( makanya urang apotek seharusnya sedikit pintar, jangan sembarang ngasih obat tanpa resep….ini tiga puluh butir lagi, apakah tidak timbul sebuah pertanyaan….ini untuk apa?....)
Nanya-nanya sebentar ternyata pasien sudah sering makan obat itu dalam jumlah yang banyak, gara-gara untuk sekedar mendapatkan efek flynya…..tapi, biasanya makan 20 butir dan sekarang 30 butir langsung KO…..begitu mudahnya masyarakat umum mendapatkan obat tanpa resep.kesalahan siapakah ini?. Kasus keracunan DMP ini bukanlah kasus yang pertama, tapi sudah sering, anak smp, pengangguran, anak sma….bahkan kabarnya sebelum saya tugas di rumah sakit ini sudah ada seorang yang meregang nyawa dengan kasus yang sama. Selain obat yang begitu mudah didapat juga harganya yang relative murah, jadi dari pada menguras kantong buat beli sabu sabu atau sejenisnya mending beli sebotol DMP yang isinya seribu butir.
Seringkali tempat pelarian kita adalah hal-hal buruk yang merugikan diri, lari dari masalah dan membuat masalah baru yang lebih besar. Apakah itu hanya sekedar coba-coba atau mungkin penghilang stress untuk melupakan permasalahan sesaat. Apa gunanya otak kita diciptakan kalau bukan untuk berpikir? Apa gunanya kita terlahir normal kalau kita lebih begok dari seorang idiot yang bahkan tidak mau melakukan tindakan bodoh seperti ini?.
Satu persatu tetesan infuse mengalir masuk ke selang infuse sampai pembuluh darah dan menyatu dengan tubuh, mencoba memperbaiki tubuh yang sengaja dirusak oleh pemiliknya, ia hanya melakukan tugasnya membantu untuk memperbaiki kondisi yang ada. Begitu juga kami waktu kami disni sekitar 15 menit semoga tidak sia-sia, nasehat-nasehat kami bukanlah kata-kata yang keluar dari mulut seorang malaikat, kami hanya orang-orang yang berusaha senantiasa memperbaiki diri dan lingkungan kami. tak didengarkan juga tak ada masalah. Kami hanya menyampaikan…..

Ruang rawat Nusa Indah
RSUD ADNAAN WD PAYAKUMBUH
Rabu, 10 Maret 2010

No comments:

Post a Comment