Sunday 29 August 2010

Dinas Pertamaku....Coass Obgyn



Hari pertama masuk siklus Obsgyn,gw langsung dapat dinas jaga malam. Tak ada yang tau sama sekali, ilmu waktu di kampus dulu hanya tinggal sedikit lagi yang bisa dimamfaatkan, biasalah tergerus dan terkikis oleh waktu jadi semuanya harus buka buku lagi. Pas ditanyain ama residen tentang persalinan normal gw hanya bisa tersenyum, masa ditanya berapa jam kala aktif aja gw kagak tau.....pimpinan persalinan kala III apalagi.....akhirnya karena para koas Cuma senyam-senyum aja, udanya nyerah juga dan menerangkan tentang persalinan normal. Alhamdulillah ada modal dikit buat dinas ampe besok....Gw diminta untuk kontrol terus pasien preeklamsi di KR, tiap satu jam tensinya harus di ukur dan BJAnya juga harus terus dicatat. Seorang perempuan umur 44 tahun dengan kehamilan 33-34 minggu. Sang ibu sudah punya 3 anak dan sekarang anak yang dikandungnya adalah anak ke 4, alasan kehamilannya adalah karena anaknya yang tiga sebelumnya semuanya adalah perempuan dan dengan kehamilanya ini ia sangat berharap yang lahir nanti adalah seorang laki-laki. Riwayat penyakit sebelumnya sang ibu sebenarnya tak pernah menderita hipertensi, tak ada penyakit jantung, ginjal maupun DM. Tak lain penyebab hipertensinya adalah janin yang sekarang berada dalam perutnya.gw kembali mengukur tensinya 180/120, BJA 124, gw llangsung lapor ama dr. Benny uda residen yang kebetulan dinas malam itu. Akhirnya pasien diberi nifedipine, satu jam kemudian ditensi lagi tidak terlalu jauh turun hanya 170/100. Dari ruangan sebelah seorang ibu dari siang tadi terus-terusan teriak-teriak karena mau melahirkan alias partus. Dari jam pertama masuk dinas ibunya sudah teriak-teriak menahan sakit sampe isya selesai belum juga anaknya keluar-keluar. Ruangan ini rasanya begitu menegangkan, BJA janin yang terus-terus berdetak di ruangan ini seakan menjadi musik pengiring untuk menyambut kelahiran bayi. Para koas dan beberapa anak akbid yang kebetulan dinas malam itu langsung berkumpul saat ibu tersebut mau melahirkan. Begitu beratnya perjuangan seorang ibu saat berjuang untuk melahirkan anaknya, bahkan saat dilakukan episiotomi untuk memperlebar jalan lahir tak ada yang namanya obat bius untuk diberikan. Wajar saja Allah menghadiahi syurga untuk para ibu yang meninggal saat melahirkan dan mengibaratkan bahwa surga di bawah telapak kaki ibu. Ibu betapa besarnya pengorbanan yang engkau berikan, sudah mengandung 9 bulan dengan susah payah, ditambah lagi melahirkan yang mempertaruhkan nyawamu sendiri. Tak layak rasanya seorang anak berlaku kasar kepada ibunya, bahkan untuk berwajah masam saja rasanya itu adalah sebuah kekurang ajaran. Tak sebanding apa yang kita berikan kepadanya dengan peluh dan air matanya yang dikeluarkannya untuk kita saat berteriak kesakitan melahirkan kita. Tak sebanding dengan darahnya yang bersimbah . tak terbayangkan jika setelah besar ada seorang anak yang dengan tega menghardik ibunya bahkan sudah tidak asing lagi ditelinga kita seorang anak yang begitu tega membunuh ibunya. Dimana letak nurani kita sebagai anak.
Untukmu saudaraku yang masih memiliki seorang ibu di dunia ini, janganlah siakan ia, jangan pernah menyakiti hatinya,jangan pernah membuat ia menangis karena ia sudah cukup banyak menderika karena kita, karena air matanya sudah cukup banyak untuk membesarkan kita sampai kita seperti sekarang. Kita pintar adalah semata karena peran besarnya di sana, kita masuk kedokteran adalah karena penjagaan yang begitu baik untuk kita, kita jadi ini jadi itu tak lain adalah hasil jerih payang sang ibu yang melahirkan kita, maka apakah masih wajar setelah kita berhasil kita lupa akan semua pengorbanannya untuk kita.
Saudaraku!!! Sangat perih sekali ketika kita sudah tidak bisa lagi memanggil ibu karena ia telah dipanggil terlebih dahulu, tak ada tempat lagi untuk bermanja, tak ada tempat lagi untuk berkeluh kesah, semuanya rasanya seperti sudah tak berarti tanpa ibu. Bahkan semangat untuk pulang kampung sendiri sudah tidak ada karena dulunya beliaulah yang dengan setia menungguku di depan rumah ketika turun dari mobil, ia memelukku, menciumiku, aku tak pernah malu sama sekali meski aku sudah kuliah dan semua orang melihat ke arah kami. Saat itu rasanya dunia itu begitu indah, begitu bangga untuk berkata pada dunia ini, bahwa ini adalah ibuku. Begitu juga saat aku hendak berangkat lagi untuk kuliah ke padang ia selalu menangis memelukku seakan tak mau berpisah, ia akan menciumiku begitu lama. Ya ...itu adalah cerita dulu, saat beliau masih bisa memelukku, saat beliau masih selalu berusaha untuk memasak makanan kesukaanku. Terakhir aku menciumnya saat tubuhnya sudah dingin dan kaku setelah aku selesai mengimami mensolatkannya.bahkan janjinya untuk hadir pada wisudaku kemarin hanya tinggal sebuah harapan yang tidak tercapai.
Ibu setahun sudah dengan ramadhan ini tak lagi bisa aku memelukmu, setahun sudah aku tak mendengar lagi suaramu, meski sesekali engkau masih hadir dalam mimpiku, tapi hati ini sangat merindukanmu, sangat dan sangat merindukanmu...

3 comments:

  1. tulisan ini pernah saya postkan di multiply saya dlu tanggal 22 sepetember 2008..karena MP saya susah mengelolanya...ya sedikit-sedikit pindahan ajalah k blog ini...^_^

    ReplyDelete
  2. makanya dek, selagi beliau ada bahagiakanlah ia...

    ReplyDelete