Sunday 29 August 2010

Tears of Heaven from Beirut to Jerussalem


25 tahun sudah setelah pembantaian besar-besaran yang dilakukan tentara Israel di kamp pengungsian sabra dan shatila, baru sekaranglah aku merasakan kepedihan itu. Tak banyak yang aku ketahui selama ini tentang pembantaian pada tahun 1982 itu,terlebih mungkin pada saat kejadiaan itu aku belum terlahir ke dunia ini, namun setelah membaca buku catatan perjalanan Dr. ang swee chai “ tears of heaven from Beirut to Jerussalem “betapa aku seperti berada di sana saat terjadi pembantaian itu dan sedang menyaksikan saudara-saudara saya di bantai habis, seperti aku melihat di depan mataku anak kecil yang tak berdosa diledakkan hidup-hidup setelah dipasangi bom, ibu-ibu yang diberondong dengan tembakan hanya karena mereka mencari makanan buat anak-anak mereka yang kelaparan. Dengan segala cintanya terhadap rakyat palestina dokter spesialis ortopedi ini begitu lugas dan detail menceritakan hari-harinya bersama rakyat palestina, perjuangan yang begitu hebat dari dokter perempuan ini patut di acungi jempol , bahkan saat ketua PLO menganugerahinya penghargaan star of Palestine dengan lantang ia berkata “ sebagaimna halnya orang-orang palestina, saya juga berasal dari sebuah pergerakan yang tak memiliki pahlawan individual. Kehormatan yang anda berikan kepada saya ini seharusnya dipersembahkan kepada rakyat palestina yang gagah berani yang kini dikepung di dalam kamp pengungsian di Lebanon, para syuhada Palestina, keapada Nahla, Nabila, dan Nidal, dan banyak lagi lainnya yang telah mengorbankan nyawa mereka demi perjuangan. Juga kepada mereka yang menderita dalam penjara-penjara Israel, kepada anak-anak yang akan menulis babak baru sejarah Palestina, kepada teman-teman di seluruh duania yang terus menunjukkan solidaritas kepada rakyat Palestina dalam keadaan yang sulit sekalipun. Dan kepada penduduk Shatila yang tak punya atap untuk melindungi kepala mereka dari datangnya musim dingin Lebanon yang tetap kuat bertahan menghadapi serangan-serangan dan pembantaian demi pembantaian. Terima kasih atas penghargaan anda, tetapi saya tahu kepada siapa penghargaan ini seharusnya diberikan, yaitu kepada orang-orang yang tindakan mereka terus menginspirasi kami setiap hari, dan saya hanya bersedia menerimanya karena mereka tidak hadir disini untuk menerimanya , karena keaadan mereka hari ini……” tindakan yang ikhlas jelas tergambar dari perkataan dr. ang. Betapa ia sangat mencintai rakyat Palestina sekalipun mengorbankan nyawanya . bom-bom Israel ,peluru, bahkan berbagi tekanan demi tekanan yang ia hadapi karena membantu rakyat Palestina tak sekalipun menyurutkan langkahnya bahkan ia bertambah kuat dengan itu semua. Pengorbanan yang sangat-sangat besar menurutku untuk seorang yang bernama Dr. ang swee, bertahun-tahun di kamp-kamp pengungsian bersama pengungsi palestina saling berbagi suka dan duka. Kepada dr. ang swee melaluli tulisan ini saya mengucapkan banyak terima kasih atas pengorbanan anda kepada saudara-saudara saya di Palestina kepada saudara-saudara kita, kepada sudara-saudara orang –orang yang terbuka mata hatinya untuk rakyat palestina, bahkan mungkin saya secuil pun tak ada yang saya bisa lakukan seperti yang anda lakukan. Kepada saudara-saudaraku sesama muslim tidakkah terbuka pintu hati kita buat saudara-saudara kita Di Palestina dan di belahan bumi yang lain yang sedang tertindas? Kenapa seorang dr. ang swee yang nota benenya beragama Kristen mampu menitiskan air mata melihat penderitaan rakyat palestna sedangkan kita sesama muslim bahkan banyak yang tak mau tau? . di tulisan terakhirnya dr. ang swee dengan optimis menuliskan “ meskipun tak ada kepastian akan masa depan, mereka tahu, suatu hari mereka akan kembali. Dan jauh dalam lubuk hatiku, aku berdo’a bersama mereka dari Beirut menuju jerussalem, tahun depan mereka akan kembali ke Palestina”. Semoga allah membukakan pintu hati kita



padang,26 February 2008




foto dr. Ang Swee Chai spesialis ortopedi, beliau beragama kristen katolik namun sampai sekarang masih mendedikasikan dirinya untuk perjuangan rakyat palestina....Bagaimana dengan anda yang Muslim?

2 comments:

  1. buku yang sangat menginspirasi...semoga suatu saat saya juga bisa ke sana....Tanah Palestina milik Muslim sedunia....

    free Palestine, free Gaza...Save our brother's

    ReplyDelete